TUJUH

845 99 19
                                    

Vania mengerjap singkat merasakan usapan lembut di kepalanya. Gadis itu terbangun dari tidurnya dan mendapati sang umma duduk di sebelahnya. Vania beranjak dari posisinya dan kembali menjatuhkan kepalanya di pangkuan sang umma, mencari kenyamanan karena rasa kantuk masih menguasainya.

"Ih, meni manja pisan kamu teh." Meskipun begitu, tak urung ia tetap mengusap lembut kepala gadisnya itu.

"Nanti maghrib bangunin Vania ya umma." Tukasnya sebelum kembali menyelami alam mimpi.

"Kamu tidur dari kapan sih kak, ini mah udah isya, lewat malah!" Jawab sang umma yang langsung membangunkan Vania.

Gadis itu meringis pelan sebelum akhirnya mengacir ke lantai dua guna menunaikan ketertinggalan sholatnya. Umma Mira menggeleng pelan, kejadian seperti ini memang sering terjadi, ia sampai bingung bagaimana mengubah kebiasaan buruk Vania itu.

Ting nong!

Umma Mira berdecak pelan mendengar bel rumahnya berbunyi, baru wanita paruh itu ingin menikmati acara TV kesukaannya namun harus di urungkan karena tamu yang berkunjung.

Ceklek!

"Assalamualaikum umma." Revan tersenyum simpul seraya mengangguk sopan. Ya, tamu yang berkunjung adalah Revan, lelaki itu menepati janjinya pada Vania untuk mengajarkan gadis itu matematika.

"Umma kira siapa, ayo masuk atuh."

Revan mengangguk patuh, ia mengikuti langkah sang umma yang membawanya masuk ke ruang keluarga rumah itu. Tak usah heran bisa sampai di ruang keluarga karena memang Revan sudah dianggap seperti keluarga sendiri, terlebih kedekatannya dengan Vania yang sudah menjadi rahasia umum.

"Tungguin aja ya anak umma, lagi sholat orangnya di atas. Kelewat maghrib dia."

"Ketiduran lagi anaknya ma?"

"He'eh, umma kira udah sholat isya dia, ketiduran disini masih pakai mukena. Udah weh umma biarin dulu, tau taunya belum maghrib." Jelas sang umma menggeleng singkat.

Revan terkekeh geli, Vania itu tipe orang yang mudah tidur. Jika memang kantuk sudah melanda, mau dimanapun tempatnya gadis itu akan nyenyak bermimpi, tak perduli jika sedang di kelas sekalipun.

"Revan ajak jogging aja kali ya kalau sore, biar anaknya gak suka tidur sore lagi." Tukas revan.

"Sok aja ajakin, kalau gak mager anaknya."

Suara tangga yang di pijak mengalihkan atensi keduanya, disana nampak Vania turun dari tangga dengan wajah kantuknya dan masih mengenakan mukena. Ia masih belum menyadari keberadaan Revan yang datang berkunjung ke rumahnya, ia kembali merebahkan dirinya di sofa dengan paha sang umma yang menjadi bantalannya.

"Vania kok ngantuk banget ya umma." Gadis itu terus menduselkan wajahnya pada perut sang umma.

"Ya sok atuh bobo, tapi Revannya suruh pulang dulu kalau mau bobo."

"HAH?!" Vania langsung bangun dari tidurnya dan mencari sosok Revan yang ternyata duduk tepat di depannya.

"Kok lo disini sih?" Vania bertanya ngegas.

"Amnesia lo! Siapa yang dari pulang sekolah nge spam chat gue minta ajarin MTK!"

Vania tersenyum kikuk mengingat kebodohannya, namun tak sampai membuat gadis itu meminta maaf padanya. Vania mendesah pelan seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, ia benra benar tak bohong jika dirinya sangat mengantuk sekarang.

"Makanya jangan suka tidur sore, ngantuk kan lo sekarang." Peringat Revan.

Umma Mira menggeleng pelan, "Kerjain dulu tugasnya, kasian Revan udah dateng kesini tapi kamunya malah gak mau. Nanti kalau udah selesai langsung tidur, jangan nonton drakor, okay?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

REVANIAWhere stories live. Discover now