ENAM

686 98 10
                                    

Vania tersenyum ramah sambil menerima nampan berisi makanan yang di berikan salah satu penjual kantin untuknya. Begitu bel istirahat berbunyi, Vania dan Veve langsung tancap gas ke kantin guna mengisi perut mereka yang lapar, keadaan kelas yang kosong membuat mereka tak perlu repot repot menunggu lebih lama seperti biasanya.

Vania berjalan menghampiri salah satu meja yang sudah duduk seorang Veve disana. Masih sama seperti sebelum istirahat tadi, Veve masih bergelut dengan ponselnya mencari 'jodoh online' yang akan menemaninya beberapa hari kedepan.

"Makan Ve, hp mulu lo!" Cetus Vania sembari menyuap pentol bakso kedalam mulutnya

"Bentar-bentar!"

Vania mengedikkan bahunya acuh lalu kembali melanjutkan makannya. Tak ada yang spesial daripada menikmati semangkuk bakso panas dengan cita rasa pedas di jam istirahat seperti ini.

"Van, menurut lo gantengan Sehun EXO atau V BTS?"

"Gantengan bokap gue."

"Si bod*h! Gue tanyanya siapa lo jawabnya siapa, gak jelas!"

"Ya gue mana tau begituan bolo!"

"Ehehe, gue lupa." Veve tersenyum lempeng menampilkan deretan giginya tanpa rasa bersalah.

"Lieur!" Vania mendengus malas.

Dengan berat hati Veve pun meninggalkan sejenak aksi pilih memilihnya because melihat makanan yang di santap Vania sudah hampir habis sementara miliknya masih utuh belum tersentuh sama sekali, kan males ya kalau tetiba bel masuk terus makanan dia belum abis, repot urusannya ntar sama guru BK kalau ketahuan masih di kantin.

"Coba gue liat cowok cowok yang tadi lo omongin." Celetuk Vania setelah menyelesaikan makannya.

Veve pun menyerahkan ponselnya serta menyebutkan kata sandinya, "Di galeri yak, cari aja folder namanya 'Jodoh Veve hari ini'."

Vania mengangguk lantas membuka ponsel sahabatnya itu. Sampai sesuatu yang ia lihat di lock screen Veve mengalihkan fokusnya.

Sebenarnya tak ada yang aneh dari pesan yang di kirim Keenan untuk Veve, hanya sedikit salfok dengan emot yang di berikan Veve di ujung namanya, namun bukan itu  yang menjadi topik utamanya, melainkan pertanyaan kenapa si Keenan nge-chat Veve, segala nanyain dimana, mengingat Keenan adalah tipe lelaki cuek bebek yang irit bicara, pasti ada sesuatu di antara keduanya yang ia tak tau, di tambah lagi kejadian tempo lalu yang menguatkan argumennya jika keduanya memang terlibat sesuatu.

"Ketemu gak Van?"

Vania mengerjap singkat seakan tersadar dari lamunannya, "Gimana?"

"Apanya yang gimana?"

"Lo tadi?"

Veve mendengus malas, "Iya, lo ketemu gak foldernya, kok malah bengong."

"Oh itu. " Vania mengembalikan ponsel Veve, "Si Keenan nge-chat, lo balesin dulu gih."

Uhuk!

Veve langsung tersedak begitu nama Keenan di sebutkan, gadis itu buru buru mengambil ponsel yang di sodorkan Vania lalu dengan cepat jarinya bergerak di atas keyboard hingga akhirnya ponsel itu tenggelam dalam saku sang pemilik.

Vania mengernyit bingung, sebegitu berpengaruhnya kah Keenan hingga respon Vania benar benar sepanik tadi?

"Kenapa lo?" Tanya Vania.

Veve menggeleng singkat.

"Lo ada something ya sama si Keenan?"

"Gak ada, gak ada hubungan apa apa gue."

REVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang