EMPAT

1.2K 219 16
                                    

Revan dan inti Outlander lainnya kini sudah berada di arena sirkuit tempat biasa mereka mengadakan balapan antar geng. Malam ini, Revan kembali menerima tantangan balapan dari ketua Omorfos, Malvin. Sudah menjadi rahasia umum jika Omorfos dan Outlander terlibat perang dingin, entah alasan apa yang melatarbelakangi kedua geng itu bermusuhan, namun yang jelas Outlander tak pernah sekalipun mengusik Omorfos hingga menimbulkan pertikaian besar.

Revan tampil maskulin dengan pakaian serba hitamnya. Jika di lihat dari dekat, ketampanan lelaki itu akan meningkat berkali kali lipat, bahkan bisa di pastikan Vania pun akan goyah imannya jika melihat Revan malam ini.

"Denger denger, lo lagi deket sama cewek, tapi sayang, gak jelas hubungannya." Malvin tersenyum smirk mulai menyulut emosi Revan.

Revan yang sedang bertukar pesan dengan Vania pun tertawa singkat, "Yakin dek?" Dengan sengaja ia memutar voice note yang sempat Vania kirimkan untuknya tadi.

'Mau tidur dulu ya, lo jangan malem malem tidurnya, nanti mata panda nya gak sembuh sembuh'

"Gimana?" Revan tersenyum puas melihat wajah kesal Malvin. Lagian, suhu di lawan, ya gak bisa.

"Gue saranin jangan terlalu percaya diri, kasian kalau jatoh nanti, sakit!" Revan menepuk sekilas bahu Malvin sebelum melangkah pergi menanti gilirannya bertanding dengan ketua Omorfos itu.

Malvin mengepalkan kedua tangannya dengan sorot mata tajam memandang kepergian Revan. Hatinya bergemuruh hebat melihat kebahagiaan yang dengan jelas terpancar dari sorot mata rivalnya itu. Dari dulu ia sangat menyukai jika Revan berada dalam keterpurukan, namun sekarang, apa yang di lewatkannya selama satu tahun ini tentang rivalnya itu?

"Gue bersumpah akan buat lo kembali menderita, apapun caranya."

Sementara Revan, sembari menunggu gilirannya bertanding dengan Malvin, lelaki itu memilih untuk menghubungi Vania yang kedapatan masih online di tengah malam seperti ini, padahal wanita itu sudah pamit tidur di jam 10 tadi, berbohong kah?

Panggilan pun tersambung.

'Gimana Van?'

"Gimana Van gimana Van, lo yang gimana jubran! Udah tengah malem begini masih melek, ngapain?!"

'Hehehe, nonton drakor'

"Tidur ay, udah malem loh ini."

'Sebentar lagi, nanggung banget ini.'

"Berapa menit lagi?"

'Enam puluh menit lagi.'

"Enam puluh menit lo bilang nanggung? Matiin laptopnya sekarang, segala boong lo tadi pamit tidur jam 10."

'Ih Revan, bentar doang.'

"Enam puluh menit lama sayang. Mau gue yang dateng kesana?"

'Eh, enggak enggak, gue matiin sekarang nih laptopnya.'

"Good girl, jangan lupa bersih bersih sebelum tidur, ambil wudhu, baca doa."

'Iya iya.'

"Hmm, gue tutup."

Panggilan pun terputus.

Revan memijat pelipisnya pelan, ada ada saja tingkah gadisnya yang membuatnya harus banyak bersabar. Kalau saja tadi ia tak menelpon, mungkin Vania akan terjaga dari tidurnya semalaman penuh hanya untuk menonton drama Korea itu, ia hanya takut Vania drop dan kesehatannya terganggu karena hal itu, akan langsung menjadi titik terlemahnya.

"Aduh pak ketua, posesif amat sih." Genta mengerling jahil menggoda sang ketua.

"Cewek gue langka soalnya." Jawab Revan sekenanya yang justru membuat Genta mendengus malas. Niat hati ingin menjahili malah dirinya sendiri yang kesal.

REVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang