Pijat Mbak Tina - Bagian 9

6.8K 24 10
                                    

Tubuhku rasanya lemas dengan lendir spermaku yang berceceran di perutku. Mbak Tina sukses mengerjaiku didepan kedua tetangganya. Kulihat tangan Mbak Tina pun belepotan basah terkena minyak pijat bercampur lendir spermaku, dia pun pergi ke kamar mandi untuk cuci tangan tanpa membersihkan ceceran sperma di perutku. Dia pun meminta tolong Mbak Jum untuk membantu membersihkan lendir spermaku dengan tissu yang sudah disiapkan.

Saat Mbak Tina kembali, Mbak Jum dan Mita sudah sama-sama memegang tissu di tangannya. Mbak Jum mengelap ceceran sperma di area perutku namun Mita masih saja bengong menatap penisku.
"Pegang aja, trus diangkat dikit. Barulah dilap di bagian ujungnya." Ujar Mbak Jum kepada Mita yang sepertinya sungkan memegang batang kejantananku. Dengan tangan kanannya, Mita memegang batang penisku. Tangan kirinya memegang tissu dan perlahan mengusap kepala penisku yang masih meneteskan lendir sperma.

Meski perlahan namun karena kepala penisku jadi super sensitif setelah menyemburkan sperma, dengan sedikit usapan tissu pun rasa geli kembali kurasakan. Pahaku bergerak secara refleks karena geli pada ujung penisku, Mita pun kaget.
"Ehm....gak apa mbak, cuma geli aja kok."
"Eh iya....maaf mas, aku gak tau "
"Ditekan aja sedikit di bagian bawah, lalu diurut keatas."
Mita pun melakukannya. Maka keluarlah sisa lendir sperma yang tadi masih didalam batang penisku. Lendir itu meleleh membasahi tissu yang dipegang Mita. Aku minta Mita melakukannya lagi agar lendirku benar-benar keluar semua. Kulihat tangan Mita terkena lendir spermaku saat membersihkan batang penisku.

Aku tergolek lemas, puas, setelah mengeluarkan lendir berprotein tinggi itu dari batang penisku. Mbak Tina menawariku mandi namun aku beralasan masih lemas. Mbak Jum dan Mita membantuku berdiri dan mengantarku sampai kamar mandi, lalu Mita kembali ke ruang depan untuk mendapat giliran dipijat. Kubasahi tubuhku dan kubersihkan  dari sisa-sisa minyak yang melekat. Bagian selangkang sampai ke kaki paling banyak terkena minyak. Mbak Jum masih saja mengajakku ngobrol sambil melihatku yang sedang mandi, memang sengaja pintu kamar mandi tidak kututup.

Dia menawarkan bantuan untuk menggosok bagian belakang tubuhku karena memang aku kesulitan mnjangkaunya. Aku setuju, dan dia langsung saja masuk kamar mandi mengguyur punggungku dan mengoleskan sabun, lalu menggosoknya dengan bertenaga. Cipratan air itu membuat baju dan celananya agak basah. Dia minta waktu sebentar untuk melepas kaos dan celananya. Bagiku tak masalah, toh aku membelakanginya. Namun saat kedua kalinya dia mengguyur punggungku, air itu mengenai pakaian dalamnya.

"Haduh mas...bh dan celana dalamku kena air jadi ikut basah."
"Lagian mbak tadi katanya mau gosokin, ini malah mandiin aku. Ya basah heehehe."
"Bentar mas, aku lepas aja sekalian biar gak basah kuyup."
"Lho mbak....dilepas semua, malah kayak mandi bareng sama aku."
"Ya udah gak apa, aku mandiin kamu sekalian aku juga mandi. Lah gimana udah terlanjur basah ya sudah mandi sekalian "
"Nyanyi mbak....?"
"Mandi mas, sambil mandiin kamu."

Memang simbok yang satu ini orangnya supel dan gak sungkan, nggak malu mandi bareng aku. Aku menggosok bagian depan tubuhku dengan sabun, sedangkan kedua tangan Mbak Jum sudah turun sampai ke pinggulku. Digosoknya dengan telaten bahkan daki ku pun sampai rontok. Sambil terus ngobrol dan becanda, dia jongkok dan mulai menggosok kakiku mulai dari betis lalu perlahan naik. Agak lama saat dia menggosok pahaku karena memang banyak minyak tersisa disana. Tangannya dengan lincah menggosok pahaku bagian belakang dan bagian dalam, sesekali jemarinya menyenggol biji pelerku.

Bagian pantatku tak luput dari gosokan Mbak Jum. Dengan sabun yang banyak dia menggosok pantatku sambil meremasnya bahkan sesekali menepuk pantatku sambil becanda. Bahkan dia tak sungkan membuka belahan pantatku, menuangkan sabun lalu menggosok anusku sampai bersih dan licin. Tangannya bahkan sempat gerilya sambil memainkan biji pelerku dari belakang. Entah berapa lama sudah kami didalam kamar mandi, mungkin hampir 20 menit.

Mbak Tina pun datang dan melihat diriku yang sedang mandi bareng Mbak Jum.
"Heh....kalian ngapain hayo...?"
"Eh mbak.....ini...lagi dibantu gosok badan bagian belakang sama Mbak Jum."
"Kenapa Tin, mau ikut mandi juga? Ayok deh biar rame, nanti aku gosok sekalian."
"Yaudah lanjut aja, tapi jangan berisik. Itu si Mita lagi dipijit soalnya."
Mbak Tina pun kemudian kembali ke depan untuk melanjutkan pijatannya. Aku masih heran kenapa tidak boleh berisik, toh namanya juga mandi dan becanda. Kemudian kutanyakan ke Mbak Jum.

"Iya soalnya Mita kalau dipijit tuh biasanya sampai ketiduran."
"Hah...sampai berapa lama tuh?"
"Kadang bisa sejam atau dua jam."
"Beneran gak sadar, harus dibangunkan?"
"Iya, sering aku nemenin dia pijat disini."
"Langganan Mbak Tina juga ternyata."
"Iya sama kayak si mas. Dia kalau pijet juga telanjang, luluran juga."
"Bodinya bagus ya kayaknya."
"Mulus, teteknya bulat, gak ada jembut."
"Ah...Mbak Jum nih bikin penasaran aja."
"Nanti kamu lihat deh. Tapi balik badan dulu, sini aku gosok bagian depan."

Saat aku balik badan....aku terkejut melihat Mbak Jum yang telanjang bulat dan badannya basah. Dadanya memang sudah agak turun tapi lumayan besar, dengan puting warna cokelat cerah. Perutnya agak buncit tapi tidak kulihat adanya jembut pada kemaluannya. Dengan sigap dia menggosok bahuku, turun ke dadaku. Di bagian ini gosokannya tak terlalu kuat, malah kesannya hanya mengelus saja. Saat tangannya menggosok bagian pinggulku, batang penisku yang bergoyang ini perlahan mulai mengeras.

"Lho mas....bangun lagi titit nya. Apa mau dikeluarin lagi disini."
"Oh....nggak mbak. Biasanya kalau dilihatin cewek memang dia jadi tegang."
Mbak Jum menggenggam batang penisku  dan perlahan menariknya keatas, sementara satu tangannya lagi memainkan biji pelerku. Dituangkannya sabun cair pada batang penisku lalu dikocoknya perlahan. Mosok harus dikeluarkan lagi, padahal baru saja keluar banyak tadi.

"Aduh....mhhh....mbak....tadi kan baru aja keluar, nanti lecet kalau dikocok lagi."
"Yaudah ditahan dulu, dikeluarin nanti aja sambil nonton Mita dipijat."
"Waw....memang boleh nih?"
"Bisa...kan dia tidur kalau dipijat."
Ditempelkannya tubuhnya kepadaku lalu diguyurlah badanku. Batang penis ini menempel pada perut Mbak Jum. Kedua bongkahan dadanya menempel pada kulitku, saat kupegang dadanya ternyata dia tidak marah.
"Bagus mbak...tetek nya, masih kenceng."
"Apa iya? Padahal udah nyusui 3 anak lho, ditambah bapaknya."

Datang lagi Mbak Tina membawakan handuk untukku, dia heran atas kelakuan Mbak Jum yang genit.
"Tin...si Mita masih dipijit, ketiduran gak?"
"Iya, nyenyak banget tidurnya. Kenapa?"
"Ini....si mas penasaran pengen lihat."
"Lihat apaan mas?"
"Oh...gak mbak, cuma penasaran aja."
"Heleh....bilang aja pengen lihat Mita dipijat telanjang kan?"
"Ehm....hehehe....emang boleh?"
"Itu dia baru sampai punggung udah tidur, aku selimutin pakai sarung."

Pijat Mbak TinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang