Pijat Mbak Tina - Bagian 7

7.9K 23 3
                                    

Sebenarnya aku khawatir jika ada orang lewat dan menengok kedalam rumah karena pintu terbuka lebar, mungkin dia bakalan melihat aksi tak senonoh ini. Mbak Jum kini menyudahi aksi selfie nya, dia malah fokus memainkan batang penisku sambil mengajakku ngobrol dan sesekali bertanya tentang alat kelaminku ini. Kedua tangannya bergantian memegang penisku dan mengusap kedua biji pelerku.

"Hati-hati mbak, nanti kalau ada orang lewat nengok kesini jadi kaget lihat live show pencabulan."
"Aman mas...jam segini sepi, bocah pada main di lapangan, yang kerja pada belom pulang."
"Beneran nih mbak, diluar sepi?"
"Iya bener mas, lihat aja kalau gak percaya."
Aku pun berdiri lalu menengok keluar pintu dan benar saja, diluar sepi, tidak ada satu orang pun. Mbak Jum heran melihatku berdiri telanjang didepan pintu dengan penis menjulang berurat. Beberapa menit didepan pintu disinari cahaya matahari membuat urat-urat batang penisku terlihat semakin jelas.

"Mbak, kamar mandi sebelah mana ya? Aku mau numpang pipis."
"Ayo sini mas, ada itu dibelakang."
Dengan tubuhnya yang agak gempal, Mbak Jum berjalan didepanku menuju kamar mandi. Dibukakan pintu kamar mandi, namun karena si mbak masih didepan pintu dan aku buru-buru masuk maka batang penisku menggesek bagian perutnya. Saat itu juga tangan kanannya menggenggam batang penisku dan sedikit memainkannya, aku pun tersenyum.

Saat kencing pun aku menghadap ke samping, bukan membelakangi Mbak Jum. Supaya dia bisa leluasa melihat batang penisku menyemburkan air seni. Setelah itu kusiram kamar mandi dan kubilas batang penisku, tak lupa membersihkannya dengan sabun. Sengaja agak lama dan kubuat gerakan seperti mengocok sebagai tontonan untuk Mbak Jum, dia pun menikmati pertunjukanku. Kubilas lagi penisku yang tegang ini dengan air. Namun aku bingung dengan apa aku mengeringkannya, karena tak ada handuk didalam kamar mandi.

"Mbak...ada handuk atau lap buat ngeringin titit aku nggak?"
"Duh...gak tau si Tina naruh dimana, udah pakai ini aja."
Mbak Jum menggunakan kaosnya yang longgar untuk mengelap penisku. Dipegangnya batang penisku lalu dimasukkan dibalik bajunya hingga penisku yang basah menyentuh kulit perutnya. Dilingkarkannya kaosnya itu lalu dia genggam batang penisku dari bagian luar kaosnya. Diremas dan diputar perlahan, lalu digerakkan naik turun seperti dikocok. Rasanya sangat ngilu saat genggamannya mengenai kepala penisku.

Kini dibebaskannya batang penisku dari balik kaosnya namun gantian biji pelerku yang diusapkan ke kaosnya. Tangan kirinya memegang batang penisku dan tangan kirinya mengelap biji pelerku. Betah sekali dia memainkan alat kelaminku. Setelah kering kembali diusapnya seluruh area alat kelaminku dengan tangannya, menastikannya benar-benar kering.
"Udah kering dan bersih, wanginya sampai kecium nih mas."
"Ah mosok sih mbak...sabunnya kan dikit mosok wanginya semerbak."
"Wangi khas kontol maksudnya, aromanya menggairahkan."
"Bisa aja Mbak Jum nih."

Tangan kanan Mbak Jum masih saja sibuk memainkan biji pelerku, sedangkan tangan kanannya menggenggam batang kejantananku sambil jempolnya bergerilya mengelus kepala penisku. Rasa geli dan ngilu bercampur jadi satu namun aku tak mau tumpah disini. Aku memutuskan kembali ke depan dan berbaring telanjang lagi meski batang ini tetap tegang. Tak lama kemudian suara motor Mbak Tina terdengar, Mbak Jum kembali ke posisi semula dan aku kembali ke pose semula. Mbak Tina masuk, menyapa kami lalu ke belakang menaruh barang bawaannya. Namun tak lama kemudian ada seseorang menengok kedalam rumah.

"Bu Jum...ini pesenan yang kemarin, eh..."
Seorang wanita berumur sekitar 19 tahun melongok kedalam rumah dan hendak memberikan sesuatu kepada Mbak Jum.
"Makasih ya Mita, sini masuk dulu."
"Iya Bu Jum. Ehm...ini lagi ada apa ya?"
"Oh ini....lagi nonton mas nya dipijit."
Gadis bernama Mita itu pun masuk kedalam rumah, agak sungkan dan canggung tapi Mbak Jum menyuruhnya duduk. Dia pun duduk didekat pintu, sangat dekat dengan telapak kakiku. Dari tempatnya itu dia bisa langsung melihat selangkangan ku yang tak tertutup sehelai kain pun dengan kedua biji peler terekspos serta batang penis yang ereksi maksimal.

"Pijat apa ini budhe, kok mas nya gak berpakaian gitu?"
"Pijat sebadan, semuanya dipijat."
Tak lama kemudian Mbak Tina kembali dari ruang tengah membawa minyak dan, handuk kecil, dan tissu.
"Eh....Mita, tumben main kesini."
"Iya budhe, ini tadi nyari budhe Jum mau ngirim pesenan kemarin."
"Mita mau dipijit juga, udah lama lho kamu gak pijit."
"Ehm...entar deh budhe, kalau ada waktu."
"Ada kok, tunggu aja bentar. Ini Mas Deni udah mau selesai kok."
"Ehm...iya deh boleh."
Dari tadi tatapan mata Mita tak pernah lepas dari alat kelaminku. Apalagi ketika Mbak Tina mengurut pahaku dari bagian dalam ke depan, membuat batang kejantananku yang keras ini ikut bergerak. Sentuhan di bagian biji pelerku membuatku semakin terangsang. Aku tak peduli lagi mau ditonton 2 wanita, 3 wanita, ataupun 100 wanita.

Akhirnya sesi pijat pun selesai, Mbak Tina meluruskan lagi kedua kakiku meski batang penis ini masih sangat keras. Mbak Tina pun mengelus pinggul dan perutku
"Mau diurut sekalian gak mas?"
"Urut yang mana mbak?"
Mbak Tina pun hanya senyum sambil melirik ke batang penisku. Aku pun membalas senyumannya dan Mbak Tina pun kembali membenahi posisi kakiku.

Mita yang tadi duduk didepan pintu kini mulai kepanasan terkena sinar matahari, Mbak Tina pun menyuruhnya duduk didekat Mbak Jum. Kini kedua kakiku terbuka lebar, Mbak Jum dan Mita duduk di sebelah kananku, sedangkan Mbak Tina duduk diantara kedua pahaku yang terbuka lebar. Kedua wanita itu sepertinya mendapat tontonan gratis saat Mbak Tina mulai menumpahkan perlahan minyak urut khusus nya ke area batang penisku. Mbak Jum tak sungkan lagi menatap alat kelaminku sedangkan Mita masih beberapa kali mengalihkan pandangan meski sering kudapati dia menatap batang penisku.

Jemari Mbak Tina yang basah oleh minyak mulai menyapu area pangkal pahaku, kedua jempolnya bermain sangat halus mengurut area di samping biji pelerku. Tangannya membelai lembut area diantara anus dan biji pelerku. Diurutnya perlahan dari anus sampai pangkal batang penisku membuat seolah kedua biji pelerku sedang LDR. Kedua jempol Mbak Tina bergantian melakukannya. Terkadang dia seperti sedang memainkan kantong biji pelerku.

Mbak Jum melirik ke Mita yang menatap batang penisku sambil salah tingkah.
"Hei....bengong aja, kayak belom pernah lihat peler."
"Ih...budhe, gak juga."
"Pernah lihat berarti, punya siapa? Pacarmu ya hahaha..."
"Ada deeeh..."
"Tapi belum pernah pegang kan?"
Mita pun hanya nyengir sambil sesaat memalingkan pandangannya. Mbak Tina dan Mbak Jum pun tertawa cekikikan dan terus menggoda Mita, namun dia tidak baper justru membalasnya dengan candaan. Suasana jadi ramai.

Pijat Mbak TinaWhere stories live. Discover now