Pijat Mbak Tina - Bagian 3

23.5K 49 7
                                    

Mbak Tina masih sibuk dengan gerakan tangannya memutar-mutar penisku. Lendir kenikmatanku serasa sudah sampai diujung. Kalau semenit lagi tidak berhenti maka pasti spermaku akan muncrat ke tangan mbak Tina.

"Mbak Tina, ngurutnya cuma gitu doank? Kayaknya gak begitu sulit ya, boleh aku coba gak?" Mbak Ria langsung tertarik mencoba mengurut penisku. Bahaya ini...sepertinya dia udah profesional dalam urusan handjob alias ngocok penis. Benar saja, sekali genggam terasa mantap dan jempolnya langsung menekan ke titik sensitif di batang penisku. Dia mengurutnya mulai dari pangkal batang penis lalu naik kearah kepala penis. Gerakannya diulang terus seperti yang dilakukan mbak Tina tp sepertinya yang ini lebih profesional.

Kini tangan kirinya menggenggam bagian pangkal batang kejantananku sampai menekan biji pelerku, sedangkan tangan kanannya menggenggam dan memutar batang kejantananku, naik dan turun. Rasanya lendir ini sudah di ujung penis dan hendak keluar namun kutahan sekuat tenaga. Terlihat ekspresiku menahan birahi, mbak Ria dan yang lainnya malah tertawa. Bahkan ada yang mengambilkan tissu, untuk persiapan kalau tumpah.

Saat aku akan menyemburkan lendirku, mbak Ria melepaskan kedua tangannya, sesi urut penis nya selesai. Ah sial....lagi-lagi nanggung, tak jadi keluar. Mbak Ria pun mengelap tangannya yang penuh minyak.
"Udah bener kayak gitu ya bu Tina?"
"Iya bener banget, hebat ya langsung bisa. Udah ahli nih kayaknya, mas Deni sampai lemes gitu."
Aku melihat ke arah batang penisku yang tegang maksimal dan mengkilat karena penuh dengan minyak. Kuambil tissu lalu mengelapnya.

Mbak Ria pindah ke posisi duduk semula dan mbak Tina kembali duduk diantara kedua pahaku.
"Jadi sudah jelas ya ibu-ibu, tehnik mengurutnya seperti itu."
"Mbak Tina, numpang ke kamar mandi ya, mau bersih-bersih badan dulu."
"Oh iya mas, silahkan. Aku juga mau bersih-bersih kasur dulu."
Aku berdiri dan membersihkan sisa-sisa lulur scrub yang menempel di tubuhku, tak sadar 4 wanita tadi masih duduk dibawah dan melihatku. Pandangan mereka fokus ke arah penisku yang tegak, keras, berurat, dan berminyak.

Seorang dari mereka lalu berdiri dibelakangku, dia mbak Intan yang dari tadi jadi penonton.
"Sini mas aku bantuin bersihin bagian belakang"
Dengan cekatan tangannya menggosok pundakku, punggung, pinggang, lalu ke pantatku. Kini dia jongkok, menggosok pahaku kanan dan kiri. Kedua tangannya masuk ke sela-sela pahaku, naik sampai ke selangkangan.
Melihatku masih sibuk di bagian dada, dia menyuruhku balik badan.

Aku balik badan, mbak Intan kaget karena ujung kepala penisku hampir mengenai wajahnya. Tatapan matanya sesaat terfokus pada batang penisku yang tegak tepat didepan wajahnya. Mbak Intan agak salah tingkah saat membantuku membersihkan sisa lulur yang menempel di pahaku bagian depan.
"Nah udah bersih mas."
"Oh iya trims mbak Intan."

Aku berjalan telanjang ke kamar mandi disusul mbak Tina yang membawakan handuk.
"Trims ya mbak buat lulurnya, bisa dikerjain barengan gitu, sensasinya beda hehehe..."
"Iya sama-sama mas. Masih mau ditreatment rame-rame gitu lagi ya?"
"Boleh aja sih mbak, cuma takut aja pas diurut, takut ada yang salah ngurutnya."
"Tapi ngurutnya udah bener kan mas, itu sampai sekarang masih keras gitu hahaha..."
"Iya masih keras nih titidku. Tadi nanggung soalnya, malu juga kalau sampai kebablasan disana."
"Kebablasan gimana maksudnya mas?"

Belum sempat kujawab pertanyaan mbak Tina, datanglah mbak Dewi yang hendak ke dapur membawa piring kosong bekas tempat cemilan.
"Lho mas Deni, udah selesai mandinya?"
"Eh mbak Dewi, aku baru mau mandi nih mbak."
Belum kulanjutkan bicaraku tiba-tiba mbak Tina menyela pembicaraanku.
"Ini mas Deni tadi sungkan katanya, nanggung takut kalau kebablasan."
"Kebablasan gimana mas Deni?"
"Oh....itu mbak..ehm...nggak, tadi aku hampir keluar tp untungnya masih bisa aku tahan. Jadinya gak sempat tumpah."
"Tadi mau keluar tapi mas Deni malu gitu?"
"Rasanya gimana gitu kalau sampai keluarnya dilihatin mbak-mbak. Agak malu hehehe..."

Mbak Tina lalu mengambil piring yang dibawa mbak Dewi dan menaruhnya di tempat cuci piring tak jauh dari kamar mandi.
"Nanti diurut lagi aja mas, nanggung kalau gak keluar gitu, nanti pusing lho." Kata mbak Tina sambil kembali nimbrung.
"Iya bener juga mas, biasanya kalau laki gak jadi keluar gitu suka uring-uringan nantinya."
"Ah gak apa mbak, nanti aku keluarin aja sambil mandi biar plong."
"Ah mas Deni....apa gak lebih enak kalau keluarnya pas lagi diurut?"
"Ehm...iya juga sih tapi kan tadi udah diurut."
"Kalau mau nanti aja habis mandi diurut lagi, tinggal dilap tissu basah deh."

Aku menyetujui usulan mereka lalu mandi. Selesai mandi pun batang kejantananku ini masih saja berdiri tegak. Saat aku keluar dari kamar mandi ternyata mbak Tina dan mbak Dewi masih disana menungguku.
"Gimana mas Deni, jadi kan? Itu masih tegak begitu."
"Ehm....iya deh mbak."
Mbak Tina pun meraih tanganku dan menariknya menuju ke ruang tengah dimana ibu-ibu tadi mengurutku.
"Mbak, ngurutnya ditempat tadi ya?"
"Iya mas, mau dimana lagi kan gak ada tempat."
"Beneran aku diurut lagi sampai keluar ditonton teman-temannya mbak Tina?"

Kami bertiga pun kembali ke ruangan tadi.
"Mas Deni sudah bersih dan wangi habis mandi, nah ibu-ibu....siapa yang tadi belum panen pisang nih?"
Seisi ruangan tertawa, aku yang berdiri telanjang dengan penis ereksi maksimal jadi pusat perhatian mereka. Mbak Sri mengambil lagi minyak urut tadi dan menyiapkannya. Mereka saling pandang lalu sepakat bahwa mbak Intan yang akan mengurut penisku. Mereka belum tau kalau urut kali ini bakalan sampai klimaks. Mbak Intan yang pura-pura malu pun tersipu dan mengambil bantal untukku, aku dipersilahkannya berbaring lagi.

Pijat Mbak TinaWhere stories live. Discover now