Pijat Mbak Tina - Bagian 2

29.1K 61 2
                                    

"Ahahahaha....ya bisa lah, dilulur sambil diangkat pisangnya."
"Ah...mosok tanganku yang satu megang pisangnya mas Deni, nanti kalau salah pegang gimana? Mas Deni...tolong diangkat dikit ya..."
Kuturuti permintaan mbak Sri. Kuangkat keatas batang penisku yang tegang dan berurat menggunakan tangan kananku agar tidak menyentuh perutku, itu membuat pandangan mereka semua fokus ke arah yang sama yaitu tentu saja penisku. Mbak Sri lalu menggosok area sekitar pusarku dengan lulur di kedua tangannya. Kemaluanku yang mulus tanpa jembut membuat mudah proses lulurnya.

Tak hanya mbak Sri, ketiga temannya pun ikut melulur perut bagian bawahku, daerah kemaluan  bahkan sampai selangkanganku. Cukup lama mereka menyentuh area itu karena sambil ngobrol dan becanda juga, sudah hampir 10 menit.

Karena lelah maka kulepaskan tangan kananku yang dari tadi memegang penisku agar tegak keatas. Saat itu juga batang kejantananku yang keras dan berurat itu kembali ke posisi semula dan bersentuhan dengan tangan mbak Sri.
"Aw...eh...kena titid." Mbak Sri kaget sambil menarik tangannya dan seisi ruangan pun tertawa.

Aku pun berusaha menenangkannya dan sedikit becanda agar mbak Sri tidak sungkan.
"Gak apa mbak, santai aja. Kesenggol dikit gak apa, dipegang juga gak apa."
Jemari lentik tangan kiri mbak Sri mulai berani memegang batang kejantananku, mengangkatnya sedikit agar tak menempel pada perutku. Sedangkan tangan kanannya meratakan lulur di perutku bagian bawah.
Dia mengarahkan batang penisku ke kanan dan kiri menyesuaikan gerakan tangan kanannya.

Mbak Dewi dan lainnya pun ikut melulur bagian perutku, bahkan ada yang sengaja memegang biji pelerku. Sedangkan mbak Sri masih asik menggenggam batang penisku. Mbak Ria pun terus memandang ke arah alat kelaminku itu sambil mengomentari mbak Sri.
"Ibu Sri...ini acaranya belajar lulur ya, bukan bermain dengan mainannya mas Deni hahahahaha...."
Mbak Sri lalu kaget dan melepaskan genggaman tangannya dari penisku.
Tangan-tangan lembut mereka kini masih saja membaluri perut bagian bawahku tapi tetap saja fokusnya ke area yang sudah kucukur jembut.
Itu membuat tangan mereka sangat sering bersenggolan dengan batang kejantananku.

Sensasi ini membuatku makin terangsang. Semakin keras dan menegang bahkan sesekali berdenyut. Tambah parah lagi saat kepala penisku beberapa kali bergesekan dengan kulit tangan mereka, rasa ngilu bercampur nikmat.
Entah sudah berapa lama mereka melulur bagian sekitar penisku, mereka betah saja seolah tak ada bosan nya. Sampai mbak Tina datang dari dapur.

"Oke ibu-ibu, kita biarkan dulu lulurnya mengering lalu nanti kita bersihkan ya."
"Trus bagian itu nggak dilulur ya?" Pertanyaan dari mbak Ria sambil menunjuk ke alat kelaminku.
"Ehm...bagian itu nggak dilulur, tapi bisa diurut."
"Waaaw....nanti kita diajari ngurut pisangnya mas Deni nih hahahaha...."
"Tapi tergantung mas Deni nya juga, bersedia atau nggak. Siapa tau mas Deni ada acara lain hari ini."
"Ehm....gimana ya mbak. Aku sih gak ada acara hari ini. Cuma....takut kalau salah urut nanti malah jadi gangguan hehehe...."
"Itu urut untuk memperlancar peredaran darah di bagian batang penis aja kok mas, biar rileks juga. Tapi kalau mas Deni ragu ya gak usah gak apa-apa."
Mbak Ria pun menatapku dan batang penisku sambil tersenyum nakal.

Sekitar 20 menit aku berbaring terlentang dan telanjang dengan batang penisku yang mengeras maksimal, dikelilingi 5 wanita yang sedang ngobrol asik sambil minum teh hangat. Tak jarang beberapa dari mereka pandangannya terfokus ke arah alat kelaminku. Sensasinya benar-benar luar biasa. Mbak Tina pun kemudian memberikan aba-aba untuk memulai membersihkan tubuhku dari lulur, dia menyarankannya menggunakan telapak tangan.

Seperti tadi...2 wanita mulai dari bagian atas dan 2 lainnya mulai dari kaki. Mbak Dewi terlihat sangat senang mengelus bagian dadaku yang bidang, tangannya betah disana sambil sesekali senyum padaku. Sedangkan 2 wanita lain sudah sampai bagian pahaku, digosoknya dengan sedikit bertenaga agar lulurnya cepat bersih. Itu membuat bagian pinggulku sedikit bergoyang kanan kiri dan batang penisku pun bergoyang juga. Mbak Ria pun sengaja menggoyang pahaku agak keras hingga batang penisku bergerak ke kanan dan kiri.

"Ayo ibu-ibu, mas Deni nya sudah mulai kedinginan. Sudah gak sabar pingin nyruput teh hangat juga nih." Kata mbak Tina sambil membantu membersihkan lulur di bagian pinggangku. Lulur di bagian perut dan sekitar penis masih agak tebal, maklum tadi ada 8 tangan yang membubuhkan lulur di bagian itu.
Sekarang mereka pun bekerja sama membersihkan bagian sekitar penisku. Kini giliran mbak Ria yang memegang dan mengangkat batang kejantananku.
"Maaf ya mas Deni, aku pegang dikit."
"Oh iya mbak gak apa, santai aja. Pegang banyak juga gak apa kok hehehe...."
"Ah mas Deni bisa aja nih hehehe..."

Genggaman mbak Ria sangat mantap di batang kejantananku. Genggamannya mulai naik sampai jempolnya mengenai kepala penisku. Digosokkannya pelan tapi pasti jempolnya itu ke kepala penisku yg jadi pusat rangsangan seksual. Tentu saja rasanya ngilu dan geli jadi satu. Mbak Ria sesekali melirikku sambil senyum melihat ekspresiku menahan geli. Sesekali diarahkannya batang penisku ini ke kanan dan ke kiri sambil jempolnya tetap menyusap kepala penisku. Rasa gelinya sangat nikmat. Aku menahan nya sampai merem melek.

Pertunjukan berakhir, sesi lulur selesai. Meninggalkan nafsuku yang nanggung. Mbak Tina mempersilahkan aku duduk dan minum teh bersama 4 wanita, tentu saja aku masih telanjang bulat dan masih ereksi maksimal. Aku duduk bersila dan batang kejantananku tegak keatas, jadi bahan perhatian semua wanita di ruangan itu. Kami duduk bersama sambil ngobrol dan minum teh hangat.

"Mas Deni, habis ini jadi percobaan praktek urut ya, gak apa kan?"
Aku lumayan kaget mendengar mbak Tina bertanya seperti itu, kukira dia sudah lupa. Keempat wanita lainnya pun serempak menatapku dan tersenyum.
"Ehm...iya deh mbak, sekarang ya. Tapi pelan aja ya mbak, jangan terlalu keras ngurutnya."
"Iya beres mas, pokoknya dijamin mantep."

Aku kemudian berbaring lagi, terlentang. Mbak Tina membuka kakiku sangat lebar lalu dia duduk tepat diantara kedua pahaku. Kedua tangannya mulai mengelus pangkal paha dan pinggulku, perlahan makin masuk ke selangkanganku. Dioleskannya minyak pijat beraroma zaitun ke telapak tangannya.
Dia mengurutku dari selangkangan lalu naik ke biji pelerku dengan telapak tangannya, lembut tapi berasa, sementara 4 wanita lainnya memperhatikannya tanpa berkedip.

Mbak Tina mengurut daerah antara anus dan biji pelerku dengan kedua jempolnya, sedikit tekanan dan membuat batang kejantananku berdenyut. Dioleskannya minyak itu lebih banyak di telapak tangannya dan perlahan diusapkan ke batang kejantananku, perlahan dari pangkal sampai ke ujungnya.
"Rileks ya mas, nggak sakit kok."
Kembali kedua jempolnya mengurut batang kejantananku dari pangkal ke ujung, mengusapnya perlahan dan nikmat rasanya.
Digenggamnya batang kejantananku dengan kedua tangannya lalu mengurutnya perlahan.

Nafasku sudah tersengal menahan birahi, kucoba sekuat tenaga agar lendir spermaku tidak tumpah. Kulihat mbak Tina masih menggenggam batang penisku dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya memutar-mutar batang penisku. Kadang gerakannya naik turun seperti dikocok.

Pijat Mbak TinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang