Pijat Mbak Tina - Bagian 6

8.5K 24 5
                                    

Mbak Jum sempat salah tingkah ketika kudapati dia menatap area kejantananku yang bersih dan mulus tanpa jembut. Kulihat dia menyeruput teh hangat sambil sesaat mengalihkan pandangannya. Sedangkan Mbak Tina yang memperhatikan ulah Mbak Jum pun sedikit tersenyum.

Dengan perlahan tangan Mbak Tina meratakan minyak di area telapak kaki kiri hingga lututku. Dipijat dan diurutnya dengan lembut mulai dari telapak kaki hingga betis.
"Tin...punya cemilan nggak?"
"Wah...kebetulan pas habis, tadi pagi dihabisin anak sebelah tuh pas pada nonton tv."

Mbak Jum pun pergi sebentar lalu kembali membawa beberapa cemilan dan hp. Dia sempat menawariku cemilan tapi posisi tidur begini mosok mau makan? Tak berapa lama, pijatan Mbak Tina sampai ke paha kiriku. Lagi dan lagi Mbak Tina memintaku membuka paha agak lebar. Dengan tekanan yang pas jemari Mbak Tina menekan dan menarik otot pahaku. Gerakan pahaku membuat batang penisku bergerak ke kanan dan kiri. Terlihat beberapa kali Mbak Jum melirik ke arah alat kelaminku sambil pura-pura main hp.

Mbak Tina memintaku mengubah posisi kaki kiri agar terbuka lebar. Dengan posisi paha kiri ngangkang ke samping, batang kejantananku dan kedua bijinya terpampang jelas. Ditambah lagi pijatan Mbak Tina kini berfokus di paha dalam. Ketika jemarinya memijat area pangkal paha maka pelan tapi pasti....batang penisku mulai membesar dan mengeras. Semakin diperparah ketika jari Mbak Tina meraba sampai area antara biji peler dan anusku. Semakin keras batang penisku dan semakin terlihat jelas uratnya. Mbak Jum pun menatap dan bengong.

Perlahan tapi bertenaga, tangan lembut Mbak Tina mengurut pahaku. Tangannya lebih lama mengurut bagian pangkal paha hingga sering kali bergesekan dengan biji pelerku. Gerakan itu membuat penisku yang keras pun sedikit bergoyang. Kedua wanita itu masih saja tetap ngobrol meski Mbak Jum kadang telat nanggapi, mungkin karena dia fokus memperhatikan batang kejantananku. Kini Mbak Tina giliran memijat tanganku bagian kiri namun posisi kaki kiriku masih saja ngangkang. Entah dia lupa memintaku meluruskan kaki atau memang sengaja.

Bisa kurasakan hembusan udara dari kipas angin dan berpadu dengan hangatnya udara dari luar menerpa area selangkang ku. Pijatan lembut pada tangan kiriku membuat penisku sedikit rileks, tidak setegang tadi. Mbak Jum sibuk ngemil dan memainkan ponselnya namun beberapa kali kulihat seolah layar ponselnya berkedip seperti sedang memotret alat kelaminku. Sesaat kemudian pijatan area tangan kiri selesai. Saat Mbak Tina akan memijat kaki kananku, aku memintanya memijat tangan kananku dulu.

Sekitar 15 menit pijatan di tangan kanan berlangsung dan kini Mbak Tina hendak memijat kaki kananku. Lagi dan lagi....Mbak Jum harus pindah lokasi duduk.
"Mbok Jum...sorry ye, saya gusur lagi soalnya mau mijit sebelah kiri."
"Yaaah...digusur lagi deh."
Mbak Jum pindah lagi ke sebelah kiriku. Terpaksa kaki kiriku yang tadi posisinya ngangkang aku luruskan namun tetap saja  lurusnya agak ke samping agar selangkanganku tetap terbuka lebar. Mbak Jum duduk tepat di sebelah kiri pinggangku, sedangkan kedua tanganku sengaja kuletakkan dibelakang kepalaku.

Sambil ngobrol, Mbak Jum mencolek pahaku yang berkilau karena minyak dan sempat menanyakan ini minyak jenis apa. Kebetulan minyak yang daritadi digunakan Mbak Tina hampir habis, dia lalu pergi kebelakang untuk mencari botol kedua. Sementara itu aku dan Mbak Jum sempat ngobrol dan sedikit becanda. Sekarang dia berani memegang dan mengelus pahaku hingga tangannya pun juga kena minyak. Akibat ulahnya itu, batang penisku kembali mengeras secara pelan tapi pasti, makin mengembang dan berurat. Aksi usilnya pun berlanjut bahkan tangannya kini diletakkan di pinggulku, hanya beberapa senti dari batang kejantananku.

Mbak Tina malah ijin keluar sebentar, mau beli minyak katanya, pakai helm pula. Pasti agak lama nih. Dia meninggalkanku telanjang bulat, terlentang, dan bersama seorang wanita paruh baya yang juga tetangganya.
"Mas...biasanya kalau pijat berapa lama?"
"Kadang sejam atau lebih dikit."
"Kalau tangan, kaki, dan punggung sudah dipijat berarti selesai ya pijatnya. Atau ada bagian lain yang mau dipijat?"
"Biasanya sih pundak dan..."
Kuarahkan tatapan mataku ke alat kelaminku dan Mbak Jum paham maksudku.

"Bagian itu juga biasa dipijat?"
Dia bertanya sambil menunjuk ke arah penisku yang berurat.
"Ehm....diurut aja sih mbak, terapi biar nambah daya tahan, sukur-sukur nambah ukuran hehehe...."
"Ah....udah besar gitu, mau nambah segede apa mas...segede timun?"
"Mosok sih mbak segini termasuk besar?"
"Cukup besar itu mas, keras juga kan?"

Belum sempat kujawab tapi jari telunjuk Mbak Jum sudah menekan batang penisku beberapa kali. Dari tadi dibahas, penisku pun makin mengeras.
"Eh...maaf mas, tadi aku reflek aja nyentuh burungnya Mas Deni karena penasaran aja seberapa keras tegangnya."
"Oh...iya...gak apa mbak, santai aja. Mau dipegang juga gak apa, atau malah mau bantu ngurut hahhahaha..."
"Yasudah mas...kalau gitu aku mau pegang lagi biar gak penasaran."

Mbak Jum tak segan lagi menyentuh alat kelaminku. Sekarang digenggamnya batang kejantananku ini sambil dieksplorasi. Bagian biji pelerku pun tak luput dari tangannya. Dia sempat menggenggam erat batang penisku untuk mengetahui seberapa keras otot penisku. "Mas Deni...aku boleh foto gak?"
"Foto maksudnya gimana mbak?"
"Foto burungnya Mas Deni."
"Oh...ehm...boleh sih mbak, tapi buat apa?"
"Buat ditonton aja kalau mas pas gak disini."
"Sekalian aja foto selfie bareng mbak hahahahaha...."
"Wah boleh nih mas...?"

Niatku hanya becanda tapi Mbak Jum benar-benar melakukan selfie denganku yang telanjang rebahan ini setelah berkali-kali dia memotret penisku. Lebih nekat lagi...dia pun selfie sambil menyandarkan kepalanya diatas perutku. Bisa kurasakan hembusan nafasnya menerpa kepala penisku, cukup lama dan cukup banyak foto yang diambilnya dalam posisi itu. Lalu dia pun berfoto selfie sambil senyum dan memegang batang penisku yang tegang maksimal.

Pijat Mbak TinaWhere stories live. Discover now