Pijat Mbak Tina - Bagian 5

8.9K 26 3
                                    

Beberapa hari kemudian timbul keinginanku untuk perawatan lagi di tempatnya Mbak Tina, maka segera aku chat dia dan ada jadwal nanti siang. Setelah makan siang, aku bergegas menuju tempat Mbak Tina. Aku disambut dan dipersilahkan masuk, secangkir teh hangat disediakan untukku. Aku ngobrol dengan Mbak Tina di ruang tamu sambil lesehan dan memang tak ada kursinya, style lesehan.

"Mas Den....mau pijit didalam atau disini?"
"Hah....disini, di ruang tamu?"
"Iya, kipas didalam lagi rusak dan belum dibenerin, jadinya pengap."
"Tapi beneran gak apa disini?"
"Iya gak apa, nanti pakai kain sarung kalau Mas Deni malu."
"Gak usah pakai sarung deh mbak, sama aja pengap."
Mbak Tina pun dengan segera membawakan perlengkapan tempurnya. Minyak pijat, body lotion, dan body scrub.

Aku segera membuka pakaianku dan telanjang bulat didepan Mbak Tina. Posisiku berdiri dan Mbak Tina duduk lesehan didepanku. Pas sekali penisku mengarah ke kepala Mbak Tina. Segera aku tengkurap diatas kasur kecil yang sudah disediakan. Namun aku baru sadar ternyata pintu depan tidak tertutup, entah Mbak Tina lupa atau sengaja. Mbak Tina yang selalu mengajakku ngobrol dan becanda membuatku lupa tentang pintu yang terbuka itu.

Benar saja ada tetangga yang mampir. Seorang wanita paruh baya, Mbak Tina memanggilnya Mbak Jum. Dia sempat ngobrol berdiri didepan pintu dan aku yakin dia dari tadi melihatku telanjang tengkurap. Mereka berdua asik mbahas stok gas LPG yang menipis, lalu Mbak Tina mempersilahkannya duduk. Mbak Jum duduk didekat kaki kiriku dan masih tetap ngobrol. Saat Mbak Tina sedang ke dapur membuat teh hangat, Mbak Jum mengajakku bicara. Aku agak canggung karena belum kenal, lagipula aku tengkurap telanjang.

Tak lama kemudian Mbak Tina malah keluar rumah, mau beli gula untuk bikin teh lagi katanya. Beberapa menit berlalu hanya aku dan Mbak Jum.
"Mas....temennya Bu Tina atau pasiennya?"
"Oh...saya mau diterapi pijat Mbak Tina, ini tadi baru mau mulai."
"Mas namanya siapa?"
"Saya Deni, udah lama langganan pijat sama Mbak Tina."
"Ini udah dibaluri minyak sampai paha kok malah dianggurin sama Bu Tina sih, mana ditelanjangin lagi si mas nya."
"Ehm...iya mbak, gak apa. Saya kalau pijat memang selalu telanjang biar minyaknya merata di badan."
"Heh....emang mas gak malu?"

Karena kesannya kurang sopan kalau aku bicara tanpa lihat lawan bicara maka sesekali aku noleh ke arah Mbak Jum. Beberapa menit kami ngobrol ternyata Mbak Jum ramah dan supel juga tapi dia sempat beberapa kali mencolek pahaku. Bahkan saat becanda, dia sempat menepuk pantatku. Aku hanya tertawa sambil menikmati sentuhan tangannya di bongkahan pantatku. Namun beberapa kali dia minta maaf karena menyentuh pantatku. Supaya akrab dan tidak canggung maka kukatakan supaya dia santai saja.

Hampir 10 menit berlalu Mbak Tina masih belum pulang. Aku dan Mbak Jum masih saja ngobrol dan makin akrab hingga kini dia tak sungkan lagi meletakkan tangannya di pantatku, kadang mengelusnya juga. Jarinya bermain hingga masuk ke sela pangkal pahaku.
Tak lama kemudian Mbak Tina datang membawa belanjaan, tak hanya beli gula saja.

"Hai...maaf ya kalau lama, sepertinya Mas Deni udah akrab nih sama emak sebelah rumah hahaha...."
"Kamu gimana sih Tin, pasien mau pijat udah telanjang gini malah ditinggal."
"Ah gak apa mbak, Mas Deni udah biasa kok. Ya kan Mas Deni?"
"Hehehe....iya sih mbak, aku biasakan aja."
Setelah Mbak Tina menyajikan teh hangat kepada tetangganya itu, dia pun melanjutkan memijatku sambil ngobrol.

Pijatan Mbak Tina naik dari betis ke paha hingga ke pangkalnya, sesekali jemarinya menyusup diantara kedua pahaku. Kini pijatannya ke kaki kiriku dan Mbak Jum pun pindah posisi duduk ke sebelah kananku. Sekitar 15 menit pijatannya sampai ke pangkal paha kiri. Kini Mbak Tina menyuruhku membuka pahaku agak lebar dan kulakukan saja, malah kubuka lebih lebar lagi. Aku yakin biji pelerku terpampang jelas didepan mereka. Bisa kurasakan Mbak Jum duduknya mepet ke arahku dan dia jelas bisa melihat biji pelerku.

Beberapa kali jari Mbak Tina menyenggol biji pelerku, aku agak kaget dan Mbak Jum pun cekikikan. Dituangkannya minyak pijat itu ke punggungku dan dipijatnya hampir seperempat jam. Rasanya sangat rileks apalagi saat jemari lembut Mbak Tina sampai ke pinggulku, di bagian itu rasanya aku ingin tidur karena mengantuk. Kurasakan tetesan cairan membasahi pantatku lalu jemari Mbak Tina mulai mengusapnya dengan rata.

Tangan Mbak Tina mengelus pantatku yang basah oleh minyak, sedikit menekannya dengan gerakan memutar. Sering kali tangannya yang basah itu menyelinap ke sela-sela pantatku lalu menarik bongkahan pantatku kesamping. Gerakan pijat itu membuat lobang anusku terekspos sangat jelas oleh kedua wanita itu. Mbak Jum yang daritadi ngobrol pun sesaat terdiam seolah dia menikmati apa yang dia lihat. Aku meminta Mbak Tina menambah durasi pemijatan area pantat karena pijatannya di bagian itu serasa sangat nyaman. Sekitar 20 menit berlalu, pijatan Mbak Tina pun berhenti sejenak.

Kembali Mbak Jum melanjutkan obrolannya. Mbak Tina menepuk pantatku beberapa kali, seolah pertanda untuk balik badan.
"Mas Deni...bagian belakang selesai, sekarang gantian bagian depan. Mau pakai kain penutup nggak?"
"Ehm....gak pakai gak apa kan mbak?"
"Ya gak apa kalau Mas Deni gak sungkan sama tante Jumiati ini hahhaha..."
"Yaudah mas.....Mas Deni gak usah pakai penutup, biar aku saja yang tutupin mataku pakai tanganku."

Mbak Jum pun menutup matanya dengan tangan kanan tapi membuka sedikit jemarinya supaya bisa ngintip. Aksi itu membuat kami tertawa.
"Los aja mas....santai aja, anggap aku gak lihat deh."
"Mas Deni....balik badan, sekarang giliran dipijit bagian depan."
Dengan perlahan kubalikkan badanku dan kulihat Mbak Jum tidak lagi menutup wajahnya dengan tangannya. Dia menatap tubuh telanjangku yang bergerak ke posisi terlentang. Matanya seolah melakukan scanning dari kepalaku hingga badanku.

Pandangannya berhenti saat menatap alat kelaminku yang ikut bergerak bersama tubuhku. Kini aku terlentang telanjang didepan kedua wanita itu.

Pijat Mbak TinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang