Pijat Mbak Tina - Bagian 8

9.1K 26 8
                                    

Jempol tangan kiri Mbak Tina menekan dengan halus pangkal batang penisku, bagian perbatasan dengan kantong biji pelerku. Lalu jempol tangan kirinya mengurut batang penisku dari pangkal keatas, dan berhenti sebelum sampai di kepala penisku. Dilakukannya pijatan itu berulang kali, mulai kurasakan sensasi geli pada batang penisku. Dilingkarkannya jemari tangan kanannya ke batang penisku lalu digerakkan keatas, searah dan berulang kali. Jempolnya yang lurus keatas sering kali menggesek kepala penisku hingga beberapa kali kakiku bergerak karena menahan geli.

"Tuh...kayak gitu tuh mijitin cowok."
"Ih apaan sih budhe, cuma kayak gitu."
Mbak Tina pun tersenyum melihat Mita yang kini mulai memerah wajahnya, sepertinya sedikit terangsang melihat pria telanjang didepannya.
"Mita kalau mau nanti mbak ajarin deh, sampai ahli."
"Kan aku mau pijit, bukan mijit."
"Ya gak apa kalau mau belajar mumpung ada Mas Deni yang jadi modelnya."
Mita hanya senyum sambil menatapku. Wajahnya yang manis dan dadanya yang bulat dibalut kaos yang agak ketat membuatku penasaran seperti apa bentuk tubuhnya saat dia dipijat telanjang oleh Mbak Tina.

Tangan kiri Mbak Tina menggenggam pangkal penisku, sedangkan jemari tangan kanannya menariknya keatas hingga menyapu kepala penisku. Rasa geli ini semakin terasa. Gerakan itu dia lakukan berulang kali, terkadang disertai sedikit plintiran di bagian kepala penisku. Aku hanya menatap wajah Mbak Tina yang dengan seriusnya mengurut batang kejantananku. Kedua biji pelerku dalam genggaman tangan kirinya saat tangan kanannya menarik batang kejantananku. Banyaknya minyak membuat batang penisku berkilau, uratnya pun semakin jelas terlihat.

Ketiga wanita itu terlihat sangat fokus menatap batang kejantananku yang berurat dan licin berminyak. Aku hanya pasrah saja melihat kedua tangan Mbak Tina mengurut alat kelaminku.
"Mas Deni...kasih tau ya kalau sudah menyerah."
Mbak Tina terus saja menarik sambil memutar batang penisku, rasa geli bercampur ngilu begitu berasa.
"Tuh Mita...kayak gitu cara ngurut yang bener."
"Cuma kayak gitu budhe, ah gampang itu."
Mbak Tina pun tersenyum mendengar percakapan kedua wanita itu lalu menoleh ke arah Mita.

"Mita mau nyoba? Sini gantian."
Mbak Tina pun melepaskan genggamannya pada alat kelaminku.
"Eh...gak ah, malu. Nanti mas nya marah."
Mbak Jum pun ikut menggoda Mita.
"Mas Deni....Mita pengen nyoba ngurut, boleh pegang kan? Pegang kayak gini ini niiiihh...."
Mbak Jum langsung saja menggenggam batang penisku. Mita pun kaget, tapi Mbak Jum dan Mbak Tina malah tertawa.
"Eh...budhe, kok beneran dipegang sih?"
"Gak apa, Mas Deni kan nyantai orangnya."
"Ah Mbak Jum nih bisa aja. Aku tadi kaget pas tiba-tiba diremes hehehe..."

"Kenapa kaget, kan tadi udah dipegangin Tina tuh. Eh mas....Mita penasaran banget pengen pegang punya Mas Deni, boleh kan?"
"Hah....eh...iya gak apa deh."
Mbak Tina dan Mbak Jum pun kompak tertawa sambil menatap Mita yang wajahnya merah karena malu, tapi tetap berusaha tenang dengan tersenyum. Dari gerak geriknya terlihat Mita masih sungkan dan ragu meski sebenarnya ada dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan eksplorasi terhadap alat kelaminku yang terpampang jelas didepan wajahnya. Mbak Jum sedikit menyenggol Mita dan dia kaget.

"Udah gak apa Mita, kalau mau pegang aja. Udah diijinkan sama yang punya kok."
Mita pun tersenyum malu sambil menatap wajahku, namun tatapan mata itu jadi berfokus ke batang penisku. Agak ragu, perlahan tapi pasti, jari lentik Mita pun mendarat pada batang penisku. Sedikit menyentuh dan menekan, mungkin ingin tau seperti apa tekstur batang penis pria saat ereksi. Mbak Jum terus saja menggoda Mita sambil tertawa dan mengelus biji pelerku.

Tak lama kemudian Mita pun berani menggenggam batang penisku dengan tangan kanannya. Digerakkannya ke kanan dan kiri lalu diperhatikannya ujung kepala penisku, dilihatnya dengan seksama tempat keluarnya air kencingku sekaligus spermaku. Genggamannya semakin naik dan meremas kepala penisku, lalu menurunkannya lagi. Mbak Jum terus saja memotivasi Mita.
"Nah gitu...terus, naik turun, mau ditambahin minyak gak?"
Mbak Tina pun memberikan minyak dan menuangkannya mengenai tangan Mita dan batang penisku.

Mita tersenyum melirik ekspresiku sambil tetap memainkan batang penisku. Mbak Jum masih saja menimang kedua biji pelerku, memainkannya seperti sedang mengira-ngira berapa gram berat kedua biji pelerku. Seolah Mita sedang melayang terbuai oleh batang penisku dalam gengamannya. Naik....turun....naik....turun...gerakan tangan Mita bukan seperti memijat tapi seperti mengocok penisku.

"Udah Mita, apa lagi nanggung mau lanjut sampai Mas Deni tumpah?"
"Eh...iya...sorry, silahkan lanjut diurut lagi."
Sambil cekikikan Mbak Jum pun masih menggoda Mita yang tersipu malu namun jemarinya masih saja mengelus biji pelerku. Mbak Tina kembali mengambil alih batang kelaminku, diurutnya lagi pangkal batang penisku lalu diusapnya keatas secara perlahan.

Genggaman itu kurasakan semakin erat dan berfokus pada kepala penisku. Rasa ngilu dan geli bercampur jadi satu membuatku sedikit bergetar. Kulihat Mbak Tina hanya tersenyum, Mita dan Mbak Jum masih saling becanda sambil menonton adegan pijat penis. Kurasakan gerakan tangan Mbak Tina di penisku semakin cepat dan bertenaga, aku merasakan seperti kebelet pipis entah itu air seni yang akan keluar ataukah justru lendir spermaku yang akan tumpah. Mbak Tina melirikku seolah memberi isyarat bahwa dia akan melakukan gerakan pijat terakhir yang bakalan membuat lendir spermaku keluar. Aku pun sedikit mengangguk lalu dia menyiapkan sekotak tissu didekatku.

"Tuh Mita....Mas Deni bentar lagi keluar."
"Keluar gimana budhe?"
"Udah...lihat aja jangan kedip."
Mbak Jum memberitahu Mita bahwa tontonan utama akan segera dimulai. Benar saja...kini Mbak Tina bukan lagi melakukan gerakan urut satu arah tapi dua arah, dengan kata lain....dia sedang mengocok batang penisku didepan Mita dan Mbak Jum. Aku berusaha menahan dorongan cairan dari dalam penisku agar tidak segera keluar. Ingin kunikmati dulu sensasi dikocok didepan gadis muda ini.

Gerakan tangan Mbak Tina makin brutal di area kepala penisku. Kurasakan geli yang hampir tak tertahankan, seolah lendir sperma ini sudah berkumpul di ujung panisku dan bersiap mendobrak keluar. Gerakan tangannya tak hanya mengocok naik turun tapi juga berputar di bagian kepala penisku. Nafasku sedikit tersengal menahan geli, beberapa kali kakiku bergerak.
"Mas Deni....keluarin aja gak apa, gak usah ditahan."
"Emmhhh..hhhh....iya Mbak Tina."

Jempol jari telunjuk Mbak Tina melakukan kombinasi pijatan penuh kenikmatan pada kepala penisku. Dengan minyak yang agak banyak maka bagian kepala penisku terlihat kinclong dan segar. Kedua wanita lainnya hanya terdiam terpaku menonton seorang pria yang alat kelaminnya diurut sampai uratnya tercetak seperti ukiran pada batang penis. Mbak Tina sengaja mengusap lebih lama di bagian kepala penisku, membuat lendir kejantananku berasa sudah di ujung penis. Nafasku tak beraturan, pandanganku terarah pada dada Mita yang dibalut kaos. Terlihat bulat dan membuatku penasaran seperti apa warna puting susu Mita.

Namun saat kualihkan pandangan ke Mbak Tina ternyata dadanya juga lumayan besar dan kencang untuk wanita seusianya. Apalagi gerakan tangannya yang mengocok penisku membuat dadanya bergoyang. Ahh....fantasiku berkeliaran semakin jauh, namun didalam pikiranku masih ada dilema.....aku tumpahkan saja lendirku atau nanti aku keluarkan sendiri untuk tontonan mereka?

Rasa seperti kebelet pipis ini begitu kuat dorongannya meski aku tau yang akan keluar bukanlah pipis. Aku pasrah saja, biarlah Mbak Tina mengeluarkan lendir kejantananku sambil ditonton oleh tetangganya.
"Heemmhh....haaaahhh...mmhhhh...."
CROOOOOOTTTT......CROOOOOT......CROOOOOOOT......CROOOOT.....CROOOOOOOOT....SEEEERRR.....SEERRRRR....
Nyawaku seakan terbang keluar dari ragaku, tubuhku lemas, aku menatap langit-langit rumah Mbak Tina. Entah seberapa banyak lendirku yang tertumpah, aku hanya bisa merasakan cairan hangat membasahi perutku hingga dadaku.

Sesaat kemudian aku tersadar dan melihat wajah puas Mbak Tina dan Mbak Jum, Mita justru wajahnya memerah dan sedikit berpaling saat aku menatapnya. Mungkin ini pertama kali baginya melihat cairan sperma pria tumpah secara langsung didepan matanya.

Pijat Mbak TinaWhere stories live. Discover now