25. To The Moon and Back

1.6K 204 91
                                    

Ayahnya Orion
P
Posisi?

Anda
?
Salam dulu

Ayahnya Orion
Assalamualaikum Mamaca...
Posisi di mana? Aku dah nyampe bandara nih

Anda
Waalaikumsalam...
Aku masih di Tabanan
Di Agro Puncak
Besok pagi ke kuta

Ayahnya Orion
Nginep di sana berarti?
Padahal nginep di Ubud ma aku

Anda
Ga

Ayahnya Orion
Gimana? Ori aman?

Anda
Aman, dia seneng
Tapi kepanasan

Ayahnya Orion
Bilangin ke jagoanku, Bali kalo ga panas ga asik HAHAHA

Anda
Pipi jagoanmu merah kayak kepiting rebus, bentar lagi rambutnya bakal jadi coklat, panas panasan terus

Ayahnya Orion
Gapapa jadi nak Bali bentar...

Anda
Udah dulu, aku mau main game

Ayahnya Orion
Okay... selamat menikmati acaranya Mama Orion...
See you besok!


___________________________________________




Serangkaian acara Family Gathering hampir selesai dijalani semuanya. Meskipun acara ini terlampau mendadak sekali, belasan orang yang ikut serta terlihat begitu enjoy dengan acara, acara juga berjalan dengan lancar dan yang paling penting untuk Marsha adalah ia bisa melihat Orion senang.

Marsha baru menyadari bahwa waktunya untuk Orion memang sedikit sekali, ia terlalu menghabiskan waktu untuk bekerja, sampai melupakan bahwa ia juga harus melakukan bonding lebih mendalam dengan anaknya sendiri. Untungnya, Orion merupakan anak yang pengertian di usianya sekarang ini.

Marsha dan rombongan sudah sampai di Pantai Kuta sekitar pukul lima lewat tiga puluh pagi. Ini adalah kali pertamanya Orion melihat pantai, anak itu begitu antusias dan segera melepaskan alas kakinya hanya untuk merasakan kulit telapak kakinya menyusuri pantai, dua tangannya mengenggam pasir dan seperti menilai bahwa pasir itu betulan nyata di genggamannya.

Marsha ikut melepaskan alas kakinya, membiarkan telapak kaki itu bersentuhan langsung dengan bumi, membiarkan butiran pasir itu menggelitik jari, memberikan sebuah sensasi tersendiri.

Pantai Kuta di pagi hari tidak pernah gagal memberikan kedamaian, menikmati embusan angin nakal yang menerbangkan lalu memporak-porandakan rambut lurus dan gaun pantai berwarna putih yang ia kenakan serta menikmati bau asin air laut yang terbawa udara.

"Look, mama! Ada gugug banyak-banyak!"

Sudah bukan lagi menjadi rahasia jika pagi-pagi di Pantai Kuta banyak pengunjung yang membawa anjingnya jalan-jalan di pantai atau bahkan sesekali Marsha bisa lihat pria-pria bertelanjang dada yang bertubuh tegap membawa papan surfing.

"Aja mau pelihala gugug juga Mama! Pelihala gugug banyak-banyak!"

"Aja kan masih kecil, belum boleh pelihara gugug ya."

"May I touch him, Mama? May I?"

"Aja enggak takut?"

"Aja belani kok, Mama. Om Fwiend bilang Aja nda boleh takut Gugug."

"You can play with him."

Marsha buru-buru menoleh pada sumber suara, pada seorang pria yang sekarang berdiri di sampingnya. Pria itu memakai kacamata berwarna hitam dengan kemeja pantai yang dua kancing atasnya terbuka, kemudian setelah menyadari itu siapa, Marsha buru-buru menunduk sopan. "He likes running around on the beach anyway."

Sampai Jumpa bukan Selamat TinggalWhere stories live. Discover now