There's Something We Don't Know

708 112 5
                                    

"Berikan pada ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berikan pada ku." Jeno spontan ambil tumpukan kardus yang berada di tangan Jaemin.

"Tunggu, aku bisa—"

"Apakah di dalam sudah benar-benar kosong?"

Jaemin melihat Renjun yang sedang menjejeng tas besar di sebelah nya. Sepupu dari sebelah Ibu nya itu hanya mengendikkan bahu. Jaemin lalu menoleh ke arah Jeno dan mengangguk.

"Sudah." jawab nya.

"Kalau begitu mari pergi sekarang."

Kedua lelaki berparas ayu itu mengangguk. Sebelum benar-benar meninggalkan lantai itu  Jaemin sekali lagi menoleh pada daun pintu di depannya. Tiga hari setelah pernikahan, Jinyoung membawa nya kemari untuk tinggal. Membangun sebuah rumah tangga yang dipenuhi kebahagiaan. Tidak sedikit cerita dibalik dinding kokoh nya.

Sebuah tangan hangat yang menggenggam nya kemudian menyadarkan Jaemin.

Renjun tersenyum tipis,"ayo." ajaknya.

Demi lanjutkan kehidupan, Jaemin putuskan untuk pindah ke tempat di mana dia bisa berpikir lebih leluasa mengenai dia dan bayi yang sekarang ada di dalam kandungan nya.

Rumah peninggalan orang tuanya yang terletak di pinggir kota menjadi tujuan. Untuk sepuluh tahun lamanya, pada akhirnya Jaemin kembali lagi ke sini.

Sebuah rumah berhalaman cukup luas. Di sudut pekarangan terdapat pohon plum yang terlihat tumbuh dengan rindang nya. Daun nya menghijau dan hampir berbunga.

"Kalian masuk lah lebih dulu, aku akan menunggu mobil yang mengangkut barang nya." ujar Jeno.

Renjun mendesah berat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renjun mendesah berat. Meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku setelah tubuhnya menyentuh permukaan kasur yang empuk.

Ini sudah lewat jam sepuluh malam. Mereka baru saja selesai mengisi perut setelah membersihkan seisi rumah dan juga menata kembali barang-barang.

"Aku akan tidur sebentar, bangun kan aku setelah tiga puluh menit."

Jaemin yang sedang memindahkan pakaian-pakaian nya ke dalam lemari hanya mengiyakan. Dia terkekeh pelan melihat bagaimana wajah letih Renjun. Lelaki itu bahkan sudah benar-benar terlelap hanya dalam waktu lima menit.

Sepuluh menit berselang ketika dirasa sudah cukup lama. Jaemin memutuskan keluar dari dalam kamar untuk melihat keadaan Jeno yang menyanggupi untuk membenarkan keran air yang yang tersumbat di kamar mandi luar.

"Jeno!" panggil Jaemin.

Tidak ada jawaban dari dalam, begitu Jaemin membuka pintu nya dia otomatis mematung di tempat tatkala melihat keadaan Jeno yang juga berbalik menengok nya.

Jaemin tertawa geli melihat keadaan Jeno yang habis basah dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Bagaimana bisa kau—" mata nya melirik sejenak ke arah keran air yang kini sudah mengalirkan air dengan lancar,"sudah selesai?"

Jeno dengan kemeja nya yang basah tersenyum dan mengacungkan jempol nya.

"Aman." jawab nya.

Jaemin sekali lagi tertawa sembari menggeleng pelan.

"Tunggu lah sebentar biar aku ambilkan baju ganti." ujarnya.

Jeno yang sedang mengeringkan rambut nya mendongak begitu mendapati sepasang kaki yang sedang mengenakan sendal rumahan berdiri tepat di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeno yang sedang mengeringkan rambut nya mendongak begitu mendapati sepasang kaki yang sedang mengenakan sendal rumahan berdiri tepat di depannya.

Dia otomatis mengambil bantal dan juga selimut hangat yang berada di tangan laki-laki yang tidak lain adalah Jaemin.

"Di mana Renjun?"

"Sedang tertidur pulas di kamar."

Jeno mengangguk paham.

"Berikan handuk nya."

"Oh—" Jeno segera mengambil handuk kecil bekas mengeringkan rambutnya tadi dan memberikan nya kepada Jaemin,"terimakasih." ucapnya.

Jaemin mengangguk.

"Kalau begitu aku akan kembali ke kamar. Selamat malam."

"Hm, selamat malam."

Entah pukul berapa ketika gerimis kecil yang mengenai atap nyatanya berhasil membangunkan seseorang. Rasa dahaga yang tiba-tiba saja melanda mengiring langkah nya untuk turun dari atas kasur. Ketika dia membuka pintu, cahaya lampu dari ruang tengah menimpa retina nya.

Pandangan nya difokuskan dan sosok lelaki yang saat ini sedang berbaring menempati sofa menarik perhatian.

Lama matanya memerhatikan. Tersenyum tipis tatkala saksikan alis Jeno yang mengerut samar tanda tidurnya yang tak mengenakkan.

Sadar, tangan nya lalu usaha menggapai saklar.

"Selamat tidur." bisiknya pelan.

tbc

buat yang bingung kenapa chapter nya pendek banget, maaf yaa jadi emang per chapter nya gak sampai seribu kata kayak BILZ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

buat yang bingung kenapa chapter nya pendek banget, maaf yaa jadi emang per chapter nya gak sampai seribu kata kayak BILZ

My You, nominWhere stories live. Discover now