Love Never Dies, It Just Hides

829 133 10
                                    

"Seperti pasangan yang sudah menikah lainnya, mereka berdua juga begitu menantikan nya selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seperti pasangan yang sudah menikah lainnya, mereka berdua juga begitu menantikan nya selama ini. Tapi setelah dititipkan, mana tahu kalau nyawa lain harus jadi tanggungan."

"Sekarang semuanya tergantung padamu. Pikirkan lah kembali apakah perasaan itu masih ada dan apakah masih sama tulus nya seperti 5 tahun yang lalu, atau mungkin sudah berhasil pudar seperti keinginan mu?"

Ini sudah minggu kedua. Tepat di hari yang sama—mengiring ingatan betapa hancurnya saat itu.

Jaemin memang orang yang cukup tangguh. Tapi itu tidak menjamin apa yang laki-laki itu lakukan ketika tidak ada mata siapapun yang mengawasi.

Lelaki itu terlihat berhasil bangkit walau sedikit. Kemungkinan kecil karena kehadiran kehidupan lain yang disadari kini menumpang nya.

Selama waktu itu juga Jeno bergelut dengan pikirannya sendiri.

Pantaskah jika dia menganggap ini sebagai sebuah kesempatan?

"Dan jika cinta itu memang benar masih berada di tempatnya, satu hal. Kau hanya perlu terima segala apa yang ada pada Jaemin sekarang. Semua nya apa adanya."

Jeno memutuskan pergi mengunjungi Jaemin pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno memutuskan pergi mengunjungi Jaemin pagi ini. Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin ia pastikan.

"Jeno?" wajah pucat bersih milik Jaemin menongol dari balik pintu. Lelaki itu agaknya sedikit tidak menyangka bahwa dia yang datang.

Apakah masih terlalu pagi untuk datang bertamu?

"Ayo masuk!"

Jaemin membuka pintu lebih lebar, mempersilakan nya untuk masuk ke dalam.

"Renjun baru saja pergi beberapa menit yang lalu, aku pikir tadinya dia kembali lagi. Apakah kau tidak berjumpa dengan nya?"

Jeno menggeleng.

"Oh, pakai saja sendal di sana. Itu milik Jinyoung."

Pandangan Jeno tanpa bisa ditahan memindai tiap sudut ruangan. Dan tentu saja foto pernikahan yang tercetak di bingkai kaca adalah yang paling menarik perhatian nya.

"Kopi hitam?"

Jeno tersentak kecil dan lantas menoleh ke arah Jaemin yang saat ini berdiri di depan pantry.

"Boleh," tanpa sadar kaki Jeno melangkah menghampiri lelaki itu.

"Apakah kau ingin terus berdiri? duduk saja Jeno. Tidak usah sungkan!" Jaemin tertawa kecil melihat bagaimana tingkah laku Jeno saat ini. Baginya Ini menarik, memikirkan bagaimana Jeno yang berada di depannya saat ini masih sama kakunya dengan Jeno lima tahun yang lalu.

Secangkir kopi hitam panas yang masih mengepul kan asap kini disajikan kehadapan Jeno sementara Jaemin membawa segelas susu untuk dirinya sendiri.

"Oh ini masih terlalu panas."

Jaemin ikut duduk di depannya. Lelaki itu tarik sweater coklat muda yang lapisi piyama nya.

"Bagaimana Jepang?"

"Tidak buruk."

Jaemin manggut-manggut.

"Kau tahu, saat itu kami sedang sarapan bersama ketika Zhang Hao menjadi orang pertama yang menyadari ketidakhadiran mu di sana. Dan kemudian Renjun tiba-tiba saja menjawab bahwa kau mungkin saja sudah berada di Jepang saat itu."

"Sungguh menyebalkan! Kenapa tidak bilang kalau kau akan pindah?!"

Jeno tersenyum kecil,"kejutan?" jawabnya asal.

Dia dan Jaemin tertawa dan ketika itu reda, perasaan aneh itu tiba-tiba meraba.

"Bukankah ini agak canggung, atau hanya perasaan ku saja?"

Jeno menggeleng samar,"tidak."

Jaemin diam sebentar tetapi kemudian mendengus kecil,"berarti hanya aku saja?"

"Kalau begitu maaf. Seperti nya ini karena kau tidak memakai kaca mata. Aku sudah melihat mu memakai benda itu selama kurang lebih tujuh tahun. Karena itu rasanya agak aneh memandang mata mu secara langsung."

"Aku melakukan operasi lasik."

"Sungguh?!" sejak dulu atau bahkan sekarang, respon Jaemin adalah yang paling Jeno suka. Air muka laki-laki itu saat terkejut di mata Jeno terlihat benar-benar lucu dan itu selalu berhasil menghangatkan hatinya.

"Dan bagaimana jika itu berhasil kau temukan?"

"Kalau begitu—aku akan tinggal."

Dan Jeno sudah menemukan nya sekarang. Menyadari bahwa perasaan itu rupanya tidak pernah padam, hanya bersembunyi apik dibilik yang paling dalam.

Detik ini juga telah Jeno putuskan bahwa dia siap untuk mengambil giliran nya.

tbc

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My You, nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang