5/5

244 40 3
                                    


6. 30 PM

Mega baru saja selesai makan malam. Dia membantu ibunya mencuci piring dan peralatan masak. Sedangkan si ibu mulai menjemur pakaian. Karena sebelum makan dia sempat menggiling pakaian.

"Adikmu sepertinya menangis di kamar. Memangnya kamu bilang apa saja pada Papa?"

"Aku hanya bilang apa yang terjadi sebenarnya. Apa adanya. Tidak ada yang aku lebihkan. Mama tenang saja. Ini untuk kebaikan Meta juga. Dia seperti ini karena menganggap akan selalu aman karena ada aku di sekolah. Kalau tetap diteruskan, lama-lama dia bisa jadi preman. Tidak baik baik juga selalu memanjakan dia."

Saras mengangguk kecil. Sebab dia juga agak setuju akan ucapan si anak kali ini. Mengingat Meta begitu sulit diatur sejak kecil. Dia bahkan tidak takut saat Saras marahi. Karena yang ditakuti hanya Mega dan ayahnya di rumah ini.

Di kamar, Meta menangis sesenggukan. Matanya bahkan sudah bengkak. Karena dia baru saja dimarahi ayahnya lewat video call.

Bahkan uang sakunya akan ditahan selama satu bulan jika dia tidak meminta maaf pada Joanna. Ditambah laptop dan ponselnya juga akan disita. Motor yang dijanjikan tahun depan juga terancam dibatalkan. Jika dia masih belum menjadi anak baik menurut pandangan Mega.

"Broken home!"

Pekik Meta setelah menulis status di akun Facebooknya. Karena dia memang sedang galau brutal. Gara-gara Joanna.

7. 10 AM

Besoknya, Meta sekolah seperti biasa. Dia tidak pernah terlambat karena selalu dijemput Hera yang merupakan anak kepala sekolah. Tidak heran jika dia selalu bangun pagi dan disiplin juga.

Selama pelajaran, Meta terus melirik ke belakang. Atau lebih tepatnya pada Joanna yang duduk sendirian. Dengan wajah yang masih penuh cakaran. Bahkan lebih banyak dari dirinya.

"Kamu mau minta maaf dengan dia?"

Bisik Hera sembari menatap Joanna. Karena dia sudah tahu apa yang terjadi pada Meta semalam. Sebab mereka bersahabat dan tentu masalah seperti ini akan dibagi padanya.

"Tidak! Harga diriku lebih tinggi daripada uang jajan satu bulan!"

"Lalu motor yang akan dibelikan tahun depan?"

"Aku akan berusaha nego dengan Mama. Biar dia yang membujuk Papa."

"Alright, semoga berhasil!"

"Baik, sekian untuk pelajaran hari ini. Tugas musikalisasi puisi ini dikumpulkan besok pagi. Untuk kelompoknya urut dari absensi. Supaya tidak pusing. Berarti lima-lima, ya?"

"IYAAA, BU!"

Joanna yang sejak tadi ditatap mulai sadar. Namun saat dia balik menatap, Meta justru langsung buang muka. Seolah malu jika tertangkap basah.

Mau apa lagi dia?

Batin Joanna sembari menumpuk buku di atas meja. Sebab dia ingin tidur sekarang. Karena malas ke kantin untuk jajan.

"Kita satu kelompok dengan dia."

"Sumpah? Tidak mau! Aku mau tukar saja!"

"Tidak bisa, Met. Tahu sendiri Bu Adining bagaimana. Ini saja sudah syukur bisa dikumpulkan besok pagi. Kelas lain dikumpulkan maksimal jam delapan malam ini."

Joanna yang mendengar perbincangan mereka hanya bisa diam. Dia mulai memejamkan mata. Berusaha mengabaikan ucapan mereka. Meski dalam hati agak takut juga. Takut jika dia satu kelompok dengan Meta.

Beberapa menit kemudian Joanna berhasil tidur dengan nyaman. Meski keadaan kelas cukup ramai tentu saja. Mengingat waktu yang mereka punya untuk mengerjakan tugas cukup singkat.

Pelajaran kedua dan ketiga berlangsung dengan lancar. Tidak ada pekerjaan rumah yang diberikan. Sehingga beban tugas kelas ini tidak bertambah.

Setelah bel pulang berbunyi, semua murid bersiap pulang ke rumah masing-masing. Namun ada juga yang berniat langsung mengerjakan tugas di kafe dekat sekolah ini. Serta ada pula yang janjian mengerjakan tugas di rumah teman agar lebih bebas dan tidak menghabiskan banyak uang untuk membeli es kopi.

"Joanna, kita satu kelompok. Aku, kamu, Meta, Jeremi dan Raka. Kita mau mengerjakan di rumah Meta, kamu bisa ikut sekarang, kan? Berangkatnya naik motor dengan Raka. Pulangnya bisa aku antar kalau rumahmu berlawanan arah dengan Jeremi dan Raka."

Joanna diam sebentar sebelum menjawab. Sebab dia agak takut juga. Takut jika orang tua Meta tahu jika dia dan anaknya bertengkar. Mengingat wajah Meta juga memiliki luka bekas cakar. Meski tidak sebanyak darinya.

"Bagaimana, ya, bukannya aku menolak. Aku hanya agak kurang nyaman jika kita mengerjakan tugas di rumah Meta. Bagaimana kalau kita kerjakan tugas di kafe saja? Terserah mau di mana saja. Nanti aku yang bayar pesanan kita berlima."

Hera menatap Joanna tajam. Menelisik dari atas hingga bawah. Karena ucapan Joanna terdengar cukup sombong menurutnya.

"Uang sakumu pasti banyak, ya? Sayangnya kita berempat sudah sepakat. Kalau kamu tidak mau ikut, ya sudah. Namamu akan kami hilangkan."

Ancaman Hera membuat Joanna takut tentu saja. Sehingga dia memutuskan untuk ikut saja. Dengan membonceng motor Raka.

Di parkiran, Mega dan teman-temannya melihat Joanna yang dibonceng Raka. Lalu berkendara beriringan dengan Hera dan Jeremi selaku sepupu Jeffrey juga.

"Ada tugas kelompok mereka. Musikalisasi puisi seperti kita dulu."

Ucap Jeffrey pada teman-temannya. Sebab sebelumnya Jeremi menghampiri dirinya untuk minta uang jajan. Seperti biasa.

"Oooh..."

Mega dan teman-temannya hanya mengangguk saja. Lalu bergegas menaiki masing-masing motor juga. Karena mereka memang selalu naik motor ke sekolah. Kecuali jika ada perlu baru diantar orang tua. Seperti Jeffrey sebelumnya, karena motornya harus melakukan service bulanan.

3. 30 PM

Mega baru saja pulang bermain. Dia masih memakai seragam karena tidak membawa baju ganti. Namun saat tiba di depan rumah, dia agak bingung saat melihat dua motor asing yang terparkir.

"Oh, mungkin ini motor teman-teman Meta tadi. Eh, tunggu! Joanna satu kelompok dengan adikku? Bahaya!"

Mega mulai melepas helm dengan cepat. Lalu berlari memasuki rumah tanpa melepas sepatunya. Sebab takut Joanna Dibully oleh Meta dan teman-temannya.

Namun saat tiba di dalam, Mega melihat Joanna yang tengah berdiri di belakang Meta. Gadis itu sedang mencatok rambut adiknya. Sedangkan Hera dan dua anak laki-laki lain sebelumnya sedang fokus menatap laptop di atas sofa. Mungkin sedang mengedit tugas.

"Kalau kataku, kamu harus buka salon, sih! Nanti aku dan Hera yang promosi. Asal bisa di-hairtyling gratis setiap hari."

"Setuju!"

Seru Hera menyahut. Karena dia juga baru saja selesai di-curly Joanna menggunakan catok lurus. Sama seperti yang gadis itu lakukan pada Meta yang sedang berkaca dengan wajah penuh senyum.

"Kamu baru pulang? Bantu Mama di dapur sebentar, ya?"

Mega sedikit terperanjat saat mendengar bisikan ibunya. Sehingga dia langsung menuju dapur saat itu juga. Tanpa menyapa mereka.

"Mama baru pulang arisan satu jam yang lalu. Kasihan, mereka pasti lapar karena sejak siang tidak makan apapun. Nasinya sudah matang. Bantu Mama menggoreng ayam, ya? Mama mau buat sambal."

Mega mengangguk singkat. Dia juga berbincang dengan ibunya. Membicarakan Joanna yang merupakan lawan bertengkar Meta sebelumnya.

Tbc...

SLOWBURN STORY (END)Where stories live. Discover now