29. Salat Sunah Dua Rakaat

Zacznij od początku
                                    

"Iihh sebel!" Tiba-tiba suara cempreng seorang anak membuyarkan fokus Fadhil pada Nayara.

Lelaki itu mengalihkan pandangannya menuju seorang anak perempuan bergaun putih yang sedang berjalan mendekat ke arahnya dan Nayara. Wajahnya cemberut dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Kaki mungilnya berjalan dengan sedikit di hentakkan. Mengungkapkan perasaannya yang sedang dilanda rasa dongkol.

"Aila di tinggal Aska! Aila ndak suka sama Aska! Aska nyebelin!" gerutu gadis kecil yang tak lain adalah Aira.

Anak itu berjalan menuju Nayara dan Fadhil. Di tatapnya kedua orang itu bergantian dengan dahi yang masih mengerut kesal.

"Putri Yayah? Kok kelihatannya sedang kesal hm?" Fadhil menarik tangan Aira pelan. Membuat anak itu langsung maju lebih dekat pada kedua orangtuanya.

"Aila memang kesal!" kata anak itu ketus.

"Coba cerita sama Yayah kenapa Aira kesal," titah Fadhil.

Saat itu juga Aira menghembuskan nafasnya kasar. Anak itu tiba-tiba merentangkan kedua tangannya ke arah Fadhil. Meminta untuk di gendong.

Fadhil yang mengerti lantas mengangkat tubuh kecil Aira dan mendudukkannya di pangkuannya.

"Tadi... Tadi Aila lagi main sama Aska, tapi abis itu Aska malah pelgi. Telnyata Aska pelgi beli es klim sama ayahnya! Aska ndak ajak Aila. Padahal Aila mau. Aila sebel sama Aska," kata anak itu sambil melipat kembali kedua tangannya di depan dengan sebal.

Tingkah Aira saat ini sontak membuat Fadhil ingin tertawa. Namun ia tahan sebisa mungkin agar tidak membuat Aira semakin kesal. Lelaki itu memilih mengusap puncak kepala Aira dengan lembut. Tak lupa ia membenarkan poni gadis kecil itu yang sedikit berantakan.

"Begitu ternyata. Aira mau es krim ceritanya nih?" tanya Fadhil. Dan saat itu juga Aira mengangguk.

"Nanti kita beli ya? Sekarang Aira jangan sebel lagi sama Aska," bujuk Fadhil.

"Aila mau beli es klimnya sekalang, ndak mau nanti," kata anak itu. Ia menatap wajah Fadhil penuh harap. Semoga saja pria yang kini sudah menjadi ayahnya ini mau mengabulkan permintaannya

"Sekarang?" tanya Fadhil memastikan. Aira mengangguk saat itu. "Aila mau sekalang!"

Fadhil menatap Nayara saat itu. Kebetulan gadis itu juga tengah menatap ke arahnya.

"Oke kalau mau sekarang, belinya bareng Tante Sa ya? Bunda panggilkan dulu Tante Sa," kata Nayara sambil mengusap puncak kepala Aira. Membuat gadis kecil di pangkuan Fadhil itu langsung menoleh pada sang Ibu.

"Aila mau sama Yayah. Ndak mau sama Tante Sa, Bunda," kata anak itu.

"Tapi Yayah harus terima tamu sama Bunda di sini, sayang. Sama Tante Sa aja ya?" bujuk Nayara. Namun Aira kembali menggeleng kuat. Anak itu menarik sudut bibirnya ke bawah menahan tangis.

"Aila mau sama Yayah," cicit anak itu dengan suara yang mulai bergetar. Tak lama kemudian satu tetes air matanya terjatuh di pipi bulat Aira. Sontak membuat Nayara langsung gelagapan.

Dengan cepat Nayara menghapus air mata yang mengalir semakin banyak di pipi putrinya. "Sayang... Mengerti ya?" lirih Nayara. Berharap putrinya itu bisa memahami situasi Nayara dan Fadhil. Namun namanya pun anak kecil, Aira tetap menggeleng.

"Aila mau beli es klim sama Yayah," ucap Aira dengan suara mencicit, mencoba menahan tangisannya.

Tak tega melihat Aira, Fadhil langsung memeluk gadis kecil itu. Kemudian tatapannya ia alihkan pada Nayara.

"Kasihan Nay, saya antar belikan Aira es krim dulu," kata Fadhil.

"Tapi Pak itu—"

"Tidak apa-apa, kelihatannya belum ada tamu yang akan datang lagi. Saya antar Aira sebentar," kata Fadhil meyakinkan. Lelaki itu mengusap sisi wajah Nayara sekilas, lalu bangkit dari posisi duduknya sambil menggendong Aira.

Lantunan Surah Asy-SyamsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz