26. Bimbang

2K 214 28
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum😁

Kaget nggak dapat notif lagi hehe?

Alhamdulillah hari ini bisa double up... Anggap aja sebagai pengganti buat yang kemarin saya nggak up hehe😁

Maaf part ini kemalaman up nya... Baru selesai ngetik hehe

Yaudah langsung aja ya...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Vote dan komen yaaa...

Happy reading guys💖💖💖

♡ ♡ ♡

Suara tawa anak-anak yang sedang bermain mengisi keheningan di antara Nayara dan Fadhil. Lelaki 27 tahun itu menunduk dalam, mencerna setiap cerita yang keluar dari mulut Nayara. Sementara Nayara sendiri sibuk menghapus air mata yang mengalir sepanjang dirinya bercerita tentang masa lalunya.

"Hidup kami memang membaik setelah pindah dan menetap di sini. Saya juga bahkan bisa melanjutkan pendidikan saya di kota ini. Berkuliah dengan nyaman bersama Salsa. Tapi ternyata ketenangan itu tidak berlangsung lama. Sebab kami tidak tahu kalau ternyata Mbak Syila masih menyimpan kesedihan dan traumanya sendirian selama itu." Nayara menjeda ucapannya sejenak. Ia mengambil nafasnya dalam.

"Dua tahun setelah Aira lahir, Mbak Asyila jatuh sakit. Mbak Syila dinyatakan menderita kanker otak. Saat itu juga keluarga kami benar-benar terpuruk kembali. Termasuk saya. Hingga beberapa bulan setelah kabar itu, Mbak Syila kembali ke pangkuan Yang Kuasa. Meninggalkan Aira kecil yang baru berusia dua tahun. Dari saat itulah, saya memutuskan untuk merawat Aira dan berhenti dari kuliah saya... Saya ingat betul kata-kata terakhir Mbak Syila sebelum meninggal. Wanita yang disakiti dengan begitu dalam oleh suaminya itu nyatanya tetap mengharapkan kehadiran suaminya. Dia begitu mencintai lelaki itu sampai di akhir hidupnya—" ucapan Nayara terhenti sebab sesak yang kian menghantam dadanya. Gadis itu tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya dan hanya isak tangis yang terdengar saat itu.

Fadhil terdiam dengan kepala menunduk. Matanya memanas sebab menahan air matanya yang juga ingin meluruh setelah mendengar bagaimana cerita Nayara. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nayara yang pada usia 17 tahun harus menyaksikan kehancuran rumah tangga kakaknya. Melihat bagaimana kakaknya disakiti begitu dalam oleh sosok lelaki yang pada awalnya gadis itu kira akan menjadi pelindung bagi sang Kakak.

"Karena... Karena kisah hidup Mbak saya ini. Saya tidak berani untuk mempercayai laki-laki lain selain ayah saya. Mau sebaik apapun mereka yang datang, saya tidak bisa membuka hati saya untuk menaruh kepercayaan kepada mereka. Sebab Kakak Ipar saya yang saya nilai begitu baik akhlak juga perilakunya, nyatanya tetap bisa menorehkan luka yang begitu besar bagi Kakak saya dan keluarga saya. Saya takut... Saya takut untuk memulai hubungan dengan seseorang. Walaupun saya tahu jika setiap orang tidaklah sama, tapi hati saya tetap menolak dan enggan untuk memulai mempercayai seseorang yang datang kepada saya. Saya takut apa yang terjadi pada Kakak saya, terjadi pada diri saya. Saya tidak setegar dan sekuat Mbak Syila. Saya takut tidak bisa menghadapi semuanya," kata Nayara lagi. Penuh isak dan nada suara yang bergetar.

Fadhil memejamkan matanya sejenak. Ia mengambil nafasnya dalam untuk menenangkan dirinya sendiri yang terhanyut dalam kisah Nayara.

Perlahan Fadhil menatap perempuan kuat di sampingnya. Kini rasa kagum Fadhil bertambah berkali-kali lipat pada sosok Nayara. Ia merasa bangga dengan apa yang Nayara lakukan. Di tengah keterpurukannya atas kehilangan sang Kakak. Gadis ini dengan tekadnya mampu berkorban merelakan pendidikannya, meninggalkan semua cita-citanya demi merawat dan membesarkan Aira yang tidak lain adalah keponakannya sendiri.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang