28. Alhamdulillah, Sah!

Start from the beginning
                                    

Fadhil menatap dirinya sendiri yang masih mengenakan kaos. Lelaki itu tersenyum canggung. "Iya Ma," kata Fadhil.

Lelaki itu berbalik badan hendak naik kembali ke lantai dua di mana kamarnya berada. Namun langkahnya terhenti sebab suara salam dari dua orang yang baru saja tiba membuat perhatiannya teralihkan.

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumusalam wa rahmatullahi wa barakatuh," jawab Fadhil, Winda dan Shofia hampir bersamaan.

Tatapan Fadhil menatap malas ke arah dua orang sahabatnya yang baru tiba itu.

"Widih penganten jam segini masih pake kaos! Mau ijab kabul pake kostum trend baru ya Dhil?" goda Hasbi.

Fadhil menghembuskan nafasnya kasar saat melihat wajah tengil dari sahabatnya itu. "Nggak lah! Masa saya pake baju gini. Ngaco!" timpal Fadhil.

"Kirain mau bikin trend baru gitu. Abisnya kenapa belum siap-siap?" balas Hasbi. Asad yang setia berdiri di samping Hasbi hanya geleng-geleng kepala melihat bagaimana dua sahabatnya berdebat.

"Ini juga mau, tapi kalian datang. Jadi tertunda lagi," kata Fadhil asal.

Saat itu Hasbi sudah akan membuka suaranya, Namun teriakan cempreng dari seorang anak kecil menghentikan niat Hasbi untuk berbicara.

"Abang! Kok Aska di tinggal? Abang!" Aska yang sudah rapi dan tampan dengan kemeja berwarna cokelat muda terlihat berlari menghampiri Hasbi. Anak itu sontak melayangkan tinju kecilnya ke arah paha Hasbi.

"Aduh! Aska kok Abang dipukul sih?" protes lelaki itu.

Aska terlihat memajukan bibirnya. Ia melipat kedua tangan di dada. "Abang nyebelin! Masa Aska di tinggal! Nggak friend lagi kita!" kata anak berusia lima tahun itu.

Aska melangkah mendekati Shofia dengan langkah yang di hentakkan. "Aska mau sama Kak Shofi aja! Nggak mau sama Abang!" kata anak itu sambil meraih tangan Shofi dan menggenggamnya.

Apa yang di lakukan Aska saat itu sontak mengundang tawa bagi orang-orang di sana kecuali Hasbi. Lelaki itu malah mendengus sebal melihat drama keponakannya.

"Kamu ini ada-ada aja Aska," kata Shofia sambil berjongkok di hadapan Aska.

"Bunda kamu mana?" tanya Shofia pada Aska.

"Bunda udah ke rumah Tante Naya," kata Aska.

"Tante Naya? Bundanya Aira maksud kamu?" tanya Shofia bingung.

Aska mengangguk saat itu. Membuat Shofia dan Winda yang masih ada di sana kebingungan. Apa Ibu Aska dan Nayara saling mengenal?

"Kok bisa ke rumah Nayara? Mereka sudah saling kenal?" tanya Winda.

"Sudah. Mbak Zizah sama Nayara udah kenal lama. Di tambah lagi Mbak Zizah itu guru Aira di sekolah," jawab Hasbi menerangkan. Seketika membuat Winda mengangguk mengerti.

"Terus orang tua kalian mana? Nanti datang kan?" tanya Winda lagi.

Asad dan Hasbi sontak mengangguk. "Mereka nanti langsung datang waktu acara kayanya," balas Asad.

"Yasudah kalau begitu. Kamu cepat siap-siap Dhil. Jangan sampai kamu terlambat nanti. Apa kata orang nanti kalau pengantinnya telat," kata Winda.

"Iya Ma," kata Fadhil. "Oh ya, Mas Arsyad sama Mbak Kania katanya nggak bisa datang Ma."

Winda mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Fadhil saat itu. "Kenapa Kakak sama Kakak Ipar kamu itu nggak datang Dhil? Adiknya mau nikah kok pada nggak datang," kata Winda memprotes.

"Tante Tiwi lagi sakit katanya. Nggak mau di tinggal. Mama juga tahu sendiri kalau Mas Arsyad nggak bisa apa-apa kalau urusannya sama Tante Tiwi," kata Fadhil.

Lantunan Surah Asy-SyamsWhere stories live. Discover now