9| Oh, CRAP!

32 11 0
                                    

Perasaan Hinata saja atau memang sedari tadi ada yang memperhatikannya? Sudah ketiga kali gadis itu berbalik, memandang sekitar dengan menyelidik. Suasana perpustakaan tampak hening meski banyak siswa berkunjung, tampak sibuk dengan buku dan perangkat komputer masing-masing.

Tidak ada yang mencurigakan.

Jadi, apakah Hinata yang terlalu paranoid? Hanya karena mimpi dikejar rusa dan serigala entah darimana, sekarang dirinya mengira ada yang berniat kurang baik? Atau memang hanya sebuah ketakutan sesaat—bawaan mimpi? Tidak, tidak. Lagipula, ini sudah tengah hari, rasanya sangat berlebihan efek mimpi sampai sekarang begitu terasa. Gadis itu menggeleng-geleng, dia tak salah melihat seseorang dari sudut matanya tampak memperhatikan. Namun, Hinata tidak tahu di mana, terlebih tampak ketenangan tanpa hal mencurigakan.

Hinata menghela napas dan kembali mencoba fokus pada buku bacaan. Dia harus mengumpulkan materi untuk dibahas kelompok nanti pulang sekolah.

'Berbagai wilayah di Jepang pernah mengalami peperangan—'

"Hinata ...."

Hinata tersentak, dengan kesiap dia menoleh ke segala penjuru. Memastikan seseorang baru saja memanggilnya dengan bisikan lirih.

Tidak ada, bahkan penjaga perpustakaan tak memandangnya—Hinata sempat mengira beliaulah yang memanggil. Sedikit was-was, gadis yang menguncir rambut jadi satu itu kembali membaca.

'Negara barat menjatuhkan dua wilayah Jepang dengan —'

"Hei, Hinata ...."

Lagi, Hinata langsung berbalik. Kali ini telinganya seakan menangkap arah datangnya suara. Sudut rak-rak buku yang tak jauh dari Hinata menjadi objek tatapnya. Namun, satu menit memandangi objek tanpa pergerakan, ternyata dia semakin gelisah.

Ini ... ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba sedikit menyeramkan? Apakah karena Hinata memilih tempat duduk yang sedikit menyudut dan terhalang beberapa rak hingga terpisah dari siswa lain?

"Tidak, Hinata! Fokus saja pada pelajaranmu!" batinnya. Hinata memejamkan mata, lalu menepuk-nepuk pipinya sendiri agar sadar dan kembali berkonsentrasi membaca. Untuk kedua kalinya, gadis itu mencoba membaca buku.

Namun, begitu Hinata menghadap buku, sepenuhnya mulai kembali konsentrasi belajar, dia dikejutkan dengan wajah Naruto Uzumaki.

Hanya berjarak kurang dari satu jengkal.

Grek!

Derik bangku yang Hinata duduki langsung terdengar kencang, efek spontan memundurkan bangku. Dia terkesiap dan membeliak terkejut.

"Hai, Hinata. Aku sejak tadi memanggilmu, tapi kau malah diam saja." Naruto bertopang dagu dan berucap lirih, bersikap seolah tersakiti. Dia sesaat cemberut, lalu terkikih karena merasa puas melihat wajah terkejut Hinata.

Sejak perenungannya kemarin, Naruto sudah bertekad. DIa akan mencari tahu efek apa yang sebenarnya gadis itu bawa hingga membuat seorang Naruto Uzumaki uring-uringan. Remaja laki-laki itu bahkan tidak yakin kalau dia jatuh hati, sebab dirasanya masih terlalu dini.

Naruto tidak ingin menyalahi perasaan, setidaknya dia harus memastikan dahulu.

"Hello, bumi kepada Hinata." Naruto kembali mendekat, kali ini mencondongkan dirinya. Melihat gadis itu masih terkejut, dia melambaikan tangan tepat di antara wajah keduanya yang masih terbilang dekat. "Boleh kuminta jangan begini? Lama-lama aku takut ada hantu yang merasukimu."

Merasakan tangan Naruto berada dekat dengannya, Hinata langsung terlonjak dan memilih mundur lagi.

"Minggir!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SWAN LAKE | NaruhinaWhere stories live. Discover now