1 | Odette and Siegfred

101 14 2
                                    

Seharusnya Hinata mengambil lajur kiri tadi. Setidaknya, dia tak harus melewati jalan yang berbatu karena diperbaiki. Menyesal sekali mengikuti kata hati yang ingin sedikit menikmati pepohonan pagi.

Hinata kembali berdecak dan melirik jam yang tertera di ponsel, sambil memandang risau pekerja servis sepeda yang masih sibuk membongkar ban sepedanya. Entah ini memang karena waktunya ban tersebut bocor atau salah batu yang sesuka hati menancap, Hinata tak tahu.

"Ano, apa masih lama?" Eira sangat berharap bapak berkumis tebal yang menatapnya mengangguk. "Saya ... euh, bisa terlambat."

"Tentu saja belum selesai. Kalau mau langsung selesai, pakaikan ban baru. Itu jelas." Si bapak malah promosi, mengacungkan jempol. "Atau benar mau ganti?"

Secepatnya Hinata menggeleng. Uang jajannya selama seminggu bisa langsung habis, dan dia tak mau menambah daftar panjang amarah ibunya nanti. Cukup terlambat saja. "E ... tidak. Saya tunggu selesai tambal saja."

"Ya sudah, tunggu dulu saja. Lagipula, saya juga harus mengurus sepeda lain."

Batin Hinata komat-kamit merutuki ucapan si penambal. Pukul tujuh kurang lima menit bukan waktu yang bagus! Dia harus menekan rasa takut hanya karena mengantre penggantian ban sepeda, pula bayangan kemarahan sang ibu yang jelas akan terjadi.

Akan tetapi, toh, gadis itu hanya memandang keki pria kumis yang sekarang sibuk mengurus sepeda pelanggan lain. "Ugh, kenapa bisa bocor, sih?" gerutunya pelan, memandang sedih sepeda yang dicopot ban belakangnya.

Masih dengan keki, Hinata merogoh saku celana. Dia ingat sempat diam-diam mengambil sebungkus permen coklat dari toples di ruang tamu. Mungkin satu bungkus ini bisa sedikit meredakan kekesalan dalam hati, setidaknya Hinata merasakan coklat itu lumer di mulut sambil mendengarkan Tchaikovsky's Swan Lake.

Dongeng tentang seorang ratu bernama Ratu Angsa Odette dengan latar kerajaan Jerman, yang disihir menjadi angsa oleh Von Rothbart. Ratu yang hanya bisa menjadi manusia pada tengah malam dan sihirnya akan hilang setelah menemukan cinta sejati. Hingga akhirnya seorang pangeran bernama Siegfred menaruh hati saat tak sengaja melihat sosok Odette di danau tengah malam. Mereka sering bersama, saling menemukan rasa.

Mata Hinata terpejam, ikut terbawa nada lagu. Nada Swan Lake menukik seiring rasa keduanya membuncah karena jatuh hati. Namun, ada satu nada yang berbeda. Kalau didengarkan baik-baik, ada nada yang menyiratkan dua makna. Ada murka yang kemudian memuncak, lalu berubah menjadi sendu. Murka si penyihir yang tahu Pangeran jatuh hati pada angsa, lalu si angsa yang tak bisa berbuat apa-apa. Menafsirkan rasa kecewa mendalam dan tak berdaya, seperti perasaan si angsa yang mengetahui sang kekasih tertipu sihir Von Rothbart saat menyihir anaknya agar memiliki rupa Odette.

Sihir mengukung, memenjarakan Odette hingga Siegfred sadar atas kesalahannya. Dia menemui si gadis, meminta maaf meski tahu itu sudah sia-sia. Sihir Von Rothbart akan perlahan membunuh Odette.

Hinata ingat, kisah ini memang manis meski dirasanya berujung tragis. Siegfred yang mengucap janji abadi pada Odette, sehidup semati akan bersama. Mereka memang akhirnya saling mengakui rasa, tetapi kemudian menyatu dengan alam dan abadi.

"Astaga ... bagaimana bisa masih pagi begini sudah tidur?"

Hinata tersentak, langsung membuka mata dan memandang kaget si pekerja yang melambaikan tangan ke wajahnya.

"Itu sepedamu. Sudah selesai."

Hinata memandang ban sepedanya yang sudah terpasang seperti semula. Dia tersenyum, berdiri menghampiri kendaraannya sambil mencopot earphone. "Terima kasih." Gadis itu menerima secarik kertas untuk dibayarkan ke penjaga servis. Sembari mengembuskan napas sedih, gadis itu mengambil uang jajan satu minggunya, menatap wanita yang tersenyum menerima uang tersebut. Pagi-pagi seperti ini Hinata sudah mengeluarkan uang 6,048¥. (Kurs rupiah : RP. 633.443,33.)

SWAN LAKE | NaruhinaWhere stories live. Discover now