Adam dan Ivana melihat ke arah Gissel yang masih menundukkan kepala nya, membuat perasaan bersalah mereka semakin besar.

"Ini..." Adam tak bisa melanjutkan ucapan nya, dia tidak bisa berkata kata.

"Sudah lah, kali ini aku masih mentolerir kebodohan kalian." Kata Tecna tidak peduli sopan santun kepada orang tua nya, "kedepannya jika kalian mempercayai nya, aku bahkan tidak akan memandang kalian lagi sebagai keluarga ku." Lanjut Tecna menatap dingin kedua orang tua nya.

Dia menggenggam dan mengelus pelan tangan Gissel seakan akan mengatakan semua akan baik baik saja.

Gissel membalas menggenggam erat  Tecna dan tersenyum kecil.

"Ayok ke kamar, besok kita masih sekolah." Ajak Tecna pada Gissel dan di iyakan oleh nya.

"Kami pergi dulu ya, Pa, Ma." Katanya pada kedua orang tua nya yang masih saja diam.

Tanpa menunggu jawaban, Tecna membawa Gissel keatas untuk tidur di kamar mereka masing masing.

.

.

.

.

"Ini botol nya, non." Ucap bi Inah pada Tecna.

Tecna yang duduk di meja sembari memainkan ponsel nya pun berhenti.

"Makasih bi." Katanya sambil memasukkan botolnya dan Gissel ke dalam tas.

Ini masih pagi sekali, Tecna sengaja, dia tidak ingin makan dengan keluarga nya. Dia mengajak Gissel untuk makan di dapur, sekalian menunggu bekal mereka.

Bi Inah kembali melanjutkan masakan nya untuk sarapan keluarga Warren yang lain. Tecna menatap Gissel yang baru saja menghabiskan makanan nya.

"Berangkat sekarang?" Tanya nya pada sang kembaran.

Gissel mengangguk, dia tidak mengerjakan PR nya semalam jadi dia mau mengerjakan nya di sekolah.

Mereka pun bangkit dan meninggalkan dapur setelah pamit pada bi Inah.

Saat mereka melewati meja makan, di sana sudah ada orang tua nya dan Erick.

"Loh, kalian ga sarapan?" Tanya sang mama.

"Udah tadi di dapur sama bi Inah" kata Tecna datar.

"Kenapa ga di sini?" Kata Adam menatap putri nya.

"Malas." Kata Tecna singkat dan kembali menarik tangan Gissel yang hanya diam saja memperhatikan percakapan Tecna dan orang tua nya.

"Kami pergi."

Ivana hanya bisa membisu melihat kepergian kedua putri kembar nya itu. Dia merasa sedih, semakin lama hubungan nya dengan sang anak semakin renggang.

Ivana menghela nafas pelan dan mengangguk, Erick diam diam menatap kepergian adik adiknya. Terkadang Erick merasa asing.

Dia ingin dekat dengan adik nya layak nya persaudaraan yang normal. Namun entah kenapa dia merasa ada tembok tinggi yang menghalalkan mereka, dan dia tidak suka itu.

...

"Kenapa kamu ngerjain PR nya di sekolah sih?" Tanya Tecna pada Gissel.

Saat ini mereka berdua sedang berada di kelas Gissel, iya Tecna mengikuti adik nya. Dia sudah menaruh tas nya di kelas tadi, lagian kelas mereka bersebelahan.

Gissel memberi cengiran sebagai balasan. Tecna mendengus, "jangan bilang maraton drama lagi." Kata Tecna menatap adik nya datar.

"Kamu kan tau." Jawab Gissel, tangan nya sibuk menulis buku.

"Kurangi ya. Boleh nonton tapi jangan sampai begini, ga baik juga untuk kesehatan mu." Tecna menceramahi Gissel dengan lembut.

Gissel mengangguk kan kepala nya patuh, mungkin orang lain akan protes tentang nilainya yang akan menurun kalau sibuk maraton drama.

Tentu saja itu berbeda dengan Tecna, kakak kembar nya ini lebih mementingkan kesehatan nya dari pada nilai.

Dia bahkan tidak menuntut nilai nya harus sempurna dan tidak mempermalukan keluarga, sangat berbeda dengan Erick yang selalu menghina nya jika nilai nya tidak bagus.

Gissel juga terkadang sedih, kenapa dia tidak bisa dekat dengan abang nya seperti saudara di luar sana yang sangat dekat dengan kakak laki laki mereka. Tidak dengan nya, dia berbeda.

Mungkin dulu dia akan berusaha dekat dengan Erick, tapi sekarang.

Dia menatap Tecna yang sedang memainkan ponsel nya.

Sekarang sudah ada Tecna , kembaran nya.

Dia tidak memerlukan Erick, bahkan dia sudah tidak memerlukan keluarga nya. Selama ada Tecna dia merasa semua akan baik baik saja.

Gissel tersenyum kecil, kemudian dia kembali melanjutkan kegiatan nya. Mengerjakan PR di sekolah, miris.

Waktu berlalu, kelas semakin lama di isi oleh para murid. Beberapa dari mereka  melirik lirik pada Tecna yang ada di samping Gissel, cukup heran untuk apa dia disini. Tapi apa peduli nya? Jelas tidak ada.

Gissel sudah selesai menulis kan PR nya. Dia menoleh kearah samping, "Ga balik?" Katanya pada Tecna.

Tecna melihat jam di pergelangan tangan nya dan mengangguk, "Ni, mau balik." Katanya bangkit dari kursi yang ia duduki.

"Istirahat nanti aku jemput."

Gissel mengiyakan, tangan nya melambai pada Tecna yang berjalan keluar kelas.

...

"Nanti kalo udah di isi formulir nya, jangan lupa kasi saya balik ya." Ucap seorang murid perempuan berambut pendek dengan bando di kepala nya, Rose namanya.

"Disini juga kan?" Tanya Tecna.

"Iya, Nanti kamu ke sini aja. Kalau bisa jam istirahat kamu bisa kasih formulir nya, biar kamu bisa masuk ekskul besok."  Jawab Rose, dia salah satu anggota OSIS sekolah.

Saat jam pelajaran di mulai tadi, ternyata kelas nya tidak ada guru lebih tepatnya jamkos. Kebetulan Rose dan temannya anggota OSIS yang lain datang ke kelas nya untuk menanyakan dia ikut ekskul apa.

Mengikuti ekskul wajib di SMA KENTALA. kecuali saat sudah kelas akhir nanti maka sudah harus berhenti mengikuti ekskul, agar fokus dengan ujian kelulusan.

Tecna di ajak pergi ke ruang OSIS oleh Rose dan temannya tadi, Rangga namanya. Si pemuda berkaca mata dan cukup pendiam, pikir Tecna.

Setelah berbincang bincang sebentar, Tecna pergi  meninggalkan ruang OSIS.

Di jalan menuju kelas dia tidak sengaja bertemu dengan Bara, pemuda itu juga baru keluar dari sebelah ruang OSIS yang seperti tempat ekskul basket sekolah.

Mata mereka bertemu bertatapan persekian detik, Tecna memalingkan wajahnya. Dia pergi begitu saja, tidak memperdulikan tatapan Bara yang seperti ingin mengajak nya bicara.

Tecna Berpikir belum saat nya dia membuat banyak kontak pada Bara, masih terlalu awal.

Banyak rencana yang sudah tersusun di kepalanya, semua akan dengan perlahan dia lakukan.

Tecna sudah sampai di kelas nya, dia melihat kedua teman nya sedang sibuk bergosip ria.Oh tentu dengan Dimas yang masih setia tidur di meja nya.

Tecna sedikit heran dengan pemuda itu, sudah seminggu lebih dia bersekolah di sini tapi yang ia lihat pemuda itu selalu saja tidur di kelas. Dia penasaran namun itu bukan urusan nya.

"Kalian bicarain apa?" Kata Tecna saat sudah duduk di kursi nya.

...






Transmigrasi Ke Dalam Novel  Where stories live. Discover now