"Bisa," Valter berdiri dari duduknya lalu mengambil langkah mendekati Leonard. Dia meletakkan kertas itu dengan kuat di atas meja hingga menimbulkan suara tak mengenakkan.

"Perlu ku ingatkan bahwa aku adalah Corleone Valter D'onofrio, aku bisa melakukan apapun yang aku suka," sambungnya berdesis tajam kemudian membakar hangus kertas itu hingga berubah menjadi abu.

"Valter —"

"Berhentilah memanggilku dengan nama itu!! Aku muak mendengarnya! Kemana panggilan anak sialan yang selalu kau berikan padaku? Kenapa hari ini kau berbaik hati? Apa karena keinginanmu belum terwujud?" Tandas Valter menunjukkan ketidaksukaannya.

Amarah dalam diri Leonard tak dapat lagi ditahan, dia berdiri dari duduknya lalu menerjang Valter dengan pukulannya. Dia seperti kesetanan kala melayangkan tinju pada putranya sendiri, dia tak peduli meski hidung putranya telah berdarah. Leonard tetap meluapkan amarahnya lewat pukulan yang dia berikan.

"Kau hampir membunuh adikmu dan kini kau membangkang terhadapku?! Mati saja kau, sialan!" Sentak Leonard sembari terus melayangkan pukulan pada putranya.

Tak ada jerit kesakitan, Valter justru tengah tersenyum remeh menerima semua pukulan yang ayahnya berikan. Sakit? Tentu saja, namun sakit pada wajahnya tak sebanding dengan hatinya. Dia sudah terbiasa dengan pukulan menyakitkan ini, tapi tetap saja hatinya akan selalu terluka setiap mendapatkannya.

Valter terdiam bukan karena tidak bisa membalas. Dia bisa, hanya saja Valter tidak ingin melakukannya. Dia tidak mau menyakiti ayahnya.

"HENTIKAN!!!"

Bentakan Draxler terdengar menggema memenuhi ruangan hingga membuat kepalan tangan Leonard menggantung di udara. Napas pria itu tak beraturan, dadanya terasa sesak lantaran amarah tetap tak mau hilang dari dalam hatinya.

Draxler melangkah cepat menghampiri cucunya. Dia melayangkan pukulan telak hingga membuat tubuh Leonard tersungkur menjauh dari Valter. Setelah itu dia membantu Valter berdiri. Jantung Draxler berdenyut sakit saat melihat darah segar yang mengalir dari hidung dan sudut bibir Valter. Untuk kesekian kalinya dia harus melihat cucunya terluka.

"Ayo ke Rumah Sakit, lukamu harus diobati."

"Tidak perlu, kakek. Aku baik-baik saja."

Draxler benci senyuman itu, dia benci melihat senyum manis yang cucunya tunjukkan. Karena dia tahu dibalik senyumnya terdapat luka yang Valter sembunyikan.

"Biarkan nenekmu yang mengobatinya, atau aku saja?"

Sontak penawaran yang Draxler lontaran membuat Valter tertawa pelan. Dia sedikit geli saat mendengarnya. "Tidak perlu, kek. Nanti aku akan meminta Alora untuk mengobati lukaku."

"CK! Ternyata kau masih belum membuangnya juga."

"Apa maksudmu?!"

Leonard menyeka darah pada sudut bibirnya. "Jalang itu, apa kau belum bosan bermain dengannya?"

Mendengar penuturan yang ayahnya lontarkan berhasil membuat kedua tangan Valter terkepal erat, dadanya bergemuruh seiring dengan rasa panas yang menjalar ke seluruh hatinya.

"Aku mengerti sekarang, karena dia kau menolak menikahi Cassandra? Kau masih ingin bermain-main dengannya?" Ujar Leonard menebak tak tentu arah. "Baiklah, katakan saat kau sudah bosan. Setelah itu kita adakan pernikahanmu dengan menantuku," lanjutnya begitu santai tanpa memperdulikan perasaan putranya.

"Tidak akan ada pernikahan!"

Bukan Valter yang melontarkan kalimat itu, melainkan Draxler yang berucap lantang.

"Apa maksudmu ayah?"

Draxler melangkah mendekati Leonard, dia menatap tajam pria itu. "Kau tidak dengar?! Tidak akan ada pernikahan," tukasnya tajam.

"Tapi kenapa?!"

"Kenapa? KAU MASIH BERTANYA KENAPA, LEONARD?!" Bentaknya keras, Draxler mencengkeram erat kerah kemeja yang Leonard kenakan. "Cucuku tidak menginginkannya, maka tidak akan ada pernikahan."

"Ayah, kau tidak mengerti. Jika Valter menikah dengan Cassandra maka kekuasaan keluarga D'onofrio akan semakin besar, kekuasaan yang kita miliki juga akan semakin bertambah."

Draxler mendorong tubuh Leonard menjauh. "Cucuku akan menikah saat dia menginginkannya, selagi masih ada paksaan dari pihak manapun termasuk dirimu—" jari telunjuk Draxler menuding Leonard yang tengah diam. "Maka aku tidak akan pernah mengizinkannya," sambungnya menusuk.

"Sial!! Apa jalang itu juga mempengaruhimu?!"

Plak!!

Wajah Leonard tertoleh ke samping kala mendapatkan tamparan keras dari Draxler. 

"Berhenti menghina gadis yang putramu cintai!!"

Leonard membalas tatapan bengis ayahnya. "Percayalah padaku, gadis itu tidak akan membawa keuntungan untuk keluarga kita!" Ujarnya memperingati.

"Aku tidak peduli, aku akan tetap merestui Valter dengan gadis pilihannya."

"Ayah —"

"Tidak bisakah kau berhenti bersikap tak adil pada Valter, Leonard?" Tanya Draxler putus asa, hatinya berdenyut sakit setiap kali putranya bersikap buruk pada cucunya. "Bukankah Valter juga putramu?"

Leonard terpaku saat melihat raut sedih yang tergambar pada wajah Draxler. Bahkan kedua mata pria itu terlihat memerah dengan air mata yang mengenang.

"Sepanjang sisa hidupku aku berusaha untuk membuat Valter bahagia, tapi kau selalu hadir menjadi luka dalam hidupnya!" Tutur Draxler meluapkan semua hal yang selama ini dia tahan. Dia selalu mengupayakan segala hal untuk melihat senyum cucunya, namun Leonard selalu datang dengan gampangnya membawa sebuah luka yang kembali ditorehkan pada Valter.

"Aku tidak menginginkan kekuasaan yang kau janjikan, aku hanya ingin melihat Valter bahagia. Aku mau cucuku hidup dengan baik!" Tukasnya mengakhiri perdebatan yang ada.

Draxler membawa Valter keluar dari dalam ruangan itu, dia tak memperdulikan putranya yang tengah terpaku di tempat. Sudah cukup selama ini dia melihat Valter tersiksa akibat dari perlakuan Leonard.

Draxler tidak akan membiarkan Leonard kembali menorehkan luka pada cucunya. Selama dirinya masih hidup maka Valter akan selalu dia lindungi dari hal apapun yang membuatnya terluka.  

****

To be continued

Adakah yang mau diluapkan untuk Valter👉

Buat kakeknya👉

Buat Leonard👉

Mari ramaikan part ini dengan vote dan komentar kalian✨🔥

Seperti biasa spoiler part selanjutnya akan mami up di instagram (mami_ocean)

Spam next👉

Spam Valter👉

Spam emot (🔥)👉

See u❤️

SEÑOR V [ON GOING]Where stories live. Discover now