CHAPTER 21

102 27 3
                                    

Happy reading💓

Aku kesepian.
Tapi, aku mendengar ramai tawa mereka.
~ Vania Clarista

Brak!

Viona membuka pintu rumahnya.

"YUHUUU" ujar Viona dengan penuh ceria

"MAMA, MAMA DIMANA?" Teriakan Viona dengan penuh bahagia

"Mama disini, Sayang," jawab Dinara

"Aaa Mama, tau nggak sih Mama?" serunya

"Apa, Sayang?" Tanya Dinara

"Aku lulus casting jadi model iklan skincare, Mama." cerocos Viona sambil meloncat kegirangan

Dinara langsung memeluk Viona dengan rasa bangganya

"Selamat sayang, kamu memang cantik. Cocok sekali jadi model," seloroh Dinara dengan membelai dagu Viona

"Mama...." Panggil Vania

Vania keluar kamar, mendengar ramai tawa keluarganya tanpa adanya dia.

"Heh," Dengus Viona

"Kebayang nggak sih, Mama. Aku ada di majalah ini" cerocos Viona kegirangan sambil memegang sebuah majalah

"Kamu memang hebat" ucap Dinara mengacungkan jempolnya

"Makasih, Mama. Oh iya, pasti bagus banget kan, Mama?" Tanya Viona dengan senyum tak luntur

"Pasti dong, Mama bisa banggain kamu ke teman-teman, Mama" ucap Dinara dengan bahagianya

"Mama," panggil Viona sekali lagi

"Heh! Dia lagi, dia lagi." Dengus Viona dengan memalingkan wajahnya

"Mama, kepala aku sakit banget," lirih Vania sambil memegang kepalanya

Wajahnya sudah sangat pucat seperti mayat hidup

"Udah. sana tidur aja, nanti juga sembuh," ujar Dinara

"Huh, gak penting." Ketus Viona

"Mama, tapi ini sakit banget. Kepala aku rasanya mau pecah." Ucap Vania sambil meneteskan airmata

"Udah lah, minum obat sana," suruh Dinara sambil mengibaskan tangannya

"Mama...." Panggil Vania

"Nggak penting, gak sih?" Dengus Viona

"AH. DIAM, DIAM, DIAM....! Bentak Dinara

Vania terlonjak kaget mendengar teriakan Dinara.

"Kasian, haha" ejek Viona

Apakah ia salah meminta kasih sayang dari Mamanya sendiri?

Apakah ia salah meminta perhatian Mamanya sendiri?

"Viona sayang, kamu pasti belum makan," Ujar Dinara sambil meraih tangan Viona

"Iya, Ma," Ucap Viona dengan senyum merekahnya

"Ayo, sini Mama temenin sayang," Dinara menggandeng tangan Viona

"Hehe ayo, Ma." Ucap Viona dengan girang

Mereka bergandengan tangan menuju meja makan, tanpa memperdulikan Vania yang kesakitan.

"Mama, aku juga pengin disayang, hiks" Tangis Vania

"Mama, aku juga pengin seperti dia, hiks" lirih Vania menatap lurus kearah Mamanya

"Mimpi!" Ucap seseorang sambil menonjor kepala Vania

"Papa" cicit Vania

"MAMA, VIO, LIHAT NIH! PAPA BAWAIN KALIAN HADIAH," Teriak Anton dengan menenteng paper bag

"Wihh, makasih Papa" Viona langsung berlari memeluk Anton

"Pa, Ma, Vania juga pengin" batin Vania menatap lurus ke depan

••••••

Vania menatap sekeliling dinding ruang tamu rumahnya yang dipenuhi foto-foto keluarganya tanpa adanya dia.

"Tuhan, tolong berikan aku sedikit harapan hidup, sedikit kebahagiaan. Hanya sedikit," lirih Vania

"Rasanya pundak ku tak akan sekuat itu bertahan sampai akhir, hiks"

"Apakah bisa aku merasakan kebahagiaan itu?"

"Kebahagiaan seperti apa yang dinantikan kepadaku, sampai prosesnya sesakit ini." Ucap Vania

"Rasanya sesak sekali" Vania sambil memukul dadanya

"Semua orang di rumah ini menganggap ku seperti sampah, hiks"

"Aduh, kenapa kepala ku semakin sakit ya" lirih Vania sambil memegang kepalanya

"Awh, sakit banget." Tubuh Vania semakin lunglai karena lemas

"Mama...." panggil Viona

"Kenapa, Vio?" Tanya Dinara

"Viona pengin dibikinin jus strawberry sama kak Vania, Mama," ucap Viona sambil menunjuk Vania yang lemas

"Dari tadi Vio minta bikinin gak mau dia, Ma" bohong Viona

"Kamu tuli ya! Cepat bikinin sana." Ketus Dinara

"Aku pusing, Ma. Viona bikin sendiri ya" bujuk Vania

"Nggak mau, mau dibikin." Rengek Viona sambil menarik ujung baju Mamanya

"Cepat." Geram Dinara kepada Vania

"I-iya, Ma."

Brak!

Vania kehilangan kesadarannya

"Anak ini." Geram Dinara

TBC

Hi semuanya🙌

Gimana chapter kali ini?
Maaf ya, typo bertebaran.

Vote dan komentarnya....
Karena itu gratis...

Sampai jumpa chapter selanjutnya💓

RUANG [END]Where stories live. Discover now