"Tanpa bukti kita udah tau itu lo pelakunya!" Nanda tidak mau kalah pun buka suara.

Gissel membulatkan matanya tidak Terima, "mana bisa gitu anjeng, lo pikir apa pun yang terjadi sama ni jalang gue yang buat?  Ya gak lah, gue ga segabut itu buat berurusan sama dia terus" ucap nya sambil menatap sinis Nanda yang dengan enak nya melimpah kan semua kesalahan pada dirinya.

Saat Nanda ingin membuka mulut lagi, pintu UKS kembali terbuka dengan kencang. Tidak lama terlihat Tecna datang dengan aura hitam nya membuat Nanda tanpa sadar gemetar dan mundur.

Tecna menatap orang orang dingin yang berada di dalam UKS, dia menghampiri Gissel yang masih mengelus pergelangan tangan nya.

Rahangnya mengeras melihat tangan adik nya memerah di kulit putih nya, kepala nya menoleh menatap tajam Erick.

"Nyari mati?" katanya dingin pada Erick.

Erick mengerutkan kening nya "itu masih ga ada apa apa nya di bandingkan sama Amira," Erick mencoba tidak takut pada Tecna.

Tecna menaikan sebelah alisnya "Oh...apakah bocah itu mati?" ucap nya sambil melirik Amira yang terbaring di tempat tidur.

Bara tidak suka mendengar perkataan Tecna, "jaga ucapan mu." katanya menatap datar Tecna.

Tecna mengabaikan nya "5 menit." katanya.

Yang lain bingung tidak mengerti apa maksud Tecna.

Tecna mendecih, "5 menit waktu untuk kalian menjelaskan apa yang sedang terjadi sekarang" Tekan Tecna menatap mereka semua.

Karena Gavin yang dari tadi hanya diam, dia pun akhirnya buka suara "tadi seorang siswi mendatangi kami, dia bilang dia menemukan Amira pingsan di dalam gudang belakang sekolah saat dia ingin menaruh meja yang rusak."

Melihat Tecna diam, dia pun langsung melanjutkan nya "kami semua langsung saja ke sana, dan membawa nya ke UKS."

"Kami tanya sama siswi itu siapa yang ngebuat Amira sampai begini, dia bilang gak tau."

Dia melirik Gissel "kenapa kami nuduh Gissel, karena biasanya Gissel yang tidak suka pada Amira. Dan juga ada yang lihat Gissel keluar kelas sebelum jam istirahat, yang ngebuat kami semakin kalau dia yang udah ngebuat Amira begini."

Gavin selesai menjelaskan, dia melihat tidak ada perubahan pada wajah Tecna.

"Ga bisa gini dong bangsat! Gue keluar kelas pun gak ada hubungan nya sama dia yang begini" bantah Gissel.

Tecna menepuk pelan bibir Gissel, membuat gadis itu menatap tak Terima pada kembaran nya.

"Ga boleh ngomong kasar kalau ada aku ya." kata Tecna datar. Gissel mendengus kesal, sempat sempat nya kembarannya mengoreksi bahasa nya.

Tecna acuh, dia melirik pada Amira kembali. Tanpa kata dia berjalan menuju meja di samping berangkar, membuat Riko yang kebetulan di situ menyingkir.

Terdapat Gelas berisi air putih di situ, Tecna mengambil nya. Dengan mengabaikan tatapan bingung mereka, ia berjalan mendekati Amira yang masih tidur. Menurut mereka tapi tidak untuk Tecna.

Dengan kejam nya dia menyiram kan air itu pada wajah Amira yang membuat mereka semua terkejut, sedang kan yang di siram langsung saja bangun dengan mendap mendap seperti ikan di darat.

"Tecna!!" teriak Erick terkejut.

Tecna hanya menatap datar Amira yang dari tadi sibuk mengeluarkan air dari hidungnya, Bara yang terkejut langsung sadar dan mendekati Amira untuk mengecek keadaan nya.

Namun saat hampir mendekati Amira tangan nya di tahan oleh Tecna, dia menatap Tecna yang hanya diam.

Dengan paksa Tecna menarik Bara menjauh dari Amira dan mendorong nya kearah Gissel yang dengan sigap menopang tubuh Bara.

Sebelum ada yang buka suara, Tecna dengan dingin berbicara. "Amira kan? Jelaskan apa yang terjadi pada mu," Tecna berdiri di samping Amira "jangan ada kebohongan." lanjut nya.

Yang lain ingin protes, namun tidak jadi karena tatapan tajam Tecna mengarah pada mereka.

Amira menatap sekitar, dia melihat Bara yang berada di samping Gissel. Oh jangan lupa tangan Gissel yang memeluk tangan Bara.

Amira berpura pura bingung "kak, apa yang terjadi?" tanya nya pelan pada Erick. Keadaan nya sangat memprihatinkan menurut mereka, dengan luka di sudut bibir dan rambut yang berantakan karena air.

"Kamu gapapa kan? Ada yang sakit?" Erick mendekati Amira mengecek keadaan nya.

Amira menunduk, "kepala aku pening kak, terus bibir aku perih." Amira seperti ingin menangis, sedetik kemudian membuat mereka iba kecuali Warren siblings tentu nya.

Nanda dan Riko mendekati Amira, mencoba menenangkan nya agar tidak menagis. Tecna hanya menatap datar.

"Udah?" kata Tecna.

Yang lain saling menatap bingung.

"Jangan membuang buang waktu sialan, cepat katakan pada mereka apa yang sebenarnya terjadi padamu!" bentak Tecna pada Amira.

Amira terkejut karena bentakan Tecna "A-aku ga ngerti apa maksud kamu" ucap nya terbata bata sambil menatap takut pada Tecna.

Gissel mendengus kasar, "Bodoh" ucap nya.

Bara yang mendengar langsung menatap ke arah nya, tapi Gissel acuh.

"Mir lo ga usah takut, kita ada di sini buat Lo. Bilang siapa yang udah Bully Lo?" kata Gavin tidak ingin menunda waktu.

"Aku ga tau, yang aku ingat seseorang nyuruh aku ke gudang belakang." jelas Amira badan nya bergetar seakan akan takut mengingat kejadian yang di alami nya tadi.

"Masa ga ingat sih? Terus yang nyuruh lo ke gudang belakang siapa?" kata Riko tidak sabar.

"Itu... Anu..." gagap Amira.

"Anu lo kenapa Anjeng! Kalo ngomong tu yang jelas, gak usah bertele-tele!!" sentak Gissel, dia muak melihat drama yang di mainkan Amira.

"Gissel!!" bentak Erick pada adik nya, "Amira masih takut, jangan buat dia tambah takut. Dan lo masih jadi tersangka utama, jadi ga usah ngedrama" Erick menatap tak suka pada Gissel yang hanya di balas cibiran oleh Gissel.

"ERICK!!" habis sudah kesabaran Tecna. Dia sudah memberi waktu pada manusia sialan ini, tapi seperti nya memancing nya untuk berbuat kejam.

Erick yang di bentak pun terkejut menatap Tecna.

"Bahkan jika Gissel yang membully makhluk sialan ini, itu tidak ada urusan nya dengan mu!" tekan Tecna.

Erick ingin membantah tapi tidak biarkan oleh Tecna, "Dia" tunjuk Tecna pada Amira. "Dia bukan siapa siapa mu Erick jika kau lupa. Aku akan mengingat kan mu sekali lagi, Gissel adalah adik kandung mu. Yang berbagi darah dengan mu, teganya kau membentak dan menuduh nya demi orang lain yang tidak ada hubungannya  dengan mu?!" lanjut nya menatap dingin Erick.

Tecna harus mempertegas status nya di sini, dia tidak akan membiarkan Erick menjadi terlalu bodoh. Bahkan jika dia membenci nya.

Erick membisu mendengar ucapan Tecna, "T-tapi itu-".

"Tidak ada tapi tapian sialan!"  teriak Tecna "jangan sampai aku menghajar mu habis habisan Erick, berhenti menjadi bodoh demi keselamatan mu sendiri." katanya dingin.

"Dan kau!" sentak Tecna pada Amira yang membuat nya terkejut.

"Aku ulangi lagi, jelaskan sejelas jelas nya apa yang terjadi pada mu tanpa ada kebohongan sedikit pun."

...

Transmigrasi Ke Dalam Novel  Where stories live. Discover now