Fourtheenth -- Terjatuh, tuk kedua kalinya

6.8K 314 1
                                    

Camel menatap awan-awan berwarna putih yang menggumpal di atas sana, Camel kembali melarikan diri dari tanggung jawabnya di rumah sakit. Sungguh ia tidak ingin menginjakan kaki di rumah sakit itu kembali.

Kilasan memori tentang dirinya yang meminta cerai kepada Aulion masih terngiang di kepalanya, padahal kejadian itu sudah beberapa hari yang lalu terlewati. Tapi memori itu terus berputar seakan ingin membuatnya menderita.

Camel mengernyitkan dahi kala melihat awan-awan berwarna kelabu berarak menghampiri dan seperti menendang awan-awan putih menjauh dari hadapannya. Hujan akan segera turun, kebetulan sekali hujan datang.

Camel selalu suka hujan. Karena aromanya yang teramat khas dan menenangkan. Ya, walaupun tidak setiap saat ia suka hujan, karena ada beberapa bagian dari hujan yang tidak begitu ia sukai. Namun untuk kali ini, Camel senang hujan akan datang.

Camel menengadah menatap langit. Menunggu akan datangnya hujan. Ayolah hujan, cepat turun. Aku ingin segera menumpahkan kesedihanku.

Sudah beberapa hari ini Camel selalu menghabiskan waktunya untuk selalu mengunjungi taman dan duduk di atas salah satu bangku yang terletak disana. Camel selalu tenang saat menatap orang-orang di sekeliling yang sedang bermain di taman, wajah mereka tampak terlihat senang dan bahagia. Dan hal itu menular pada dirinya.

Bermain dengan anak-anak di taman adalah pilihannya untuk lari dari masalah. Dia memang kurang dewasa untuk membereskan masalah yang benar-benar membuatnya tidak sanggup, dan tentunya masalahnya dengan Aulion membuat hatinya tercabik-cabik.

Wanita bodoh mana yang malah mengiyakan lamaran pria yang baru dikenalnya beberapa hari hanya untuk membuatnya move on dari kekasihnya yang dulu? Hanya Camel wanita bodoh itu.

"Tante, mau main barbie denganku?" Camel menunduk untuk menatap gadis kecil berkuncir dua yang menatapnya polos dengan mata bulatnya. Menggemaskan sekali!

"Hei, siapa nama kamu? Ayo sini duduk disamping tante. Kita main barbie bersama." Camel segera mengangkat tubuh gadis kecil itu dan mendudukannya di sampingnya. Camel mengusap puncak kepalanya. Rasanya ia ingin memiliki seorang anak.

Bicara apa kamu ini Camel? Anak? Anak dari siapa? Bahkan suami saja kamu tidak punya. Camel tertawa getir dalam hati. Menertawakan nasibnya yang selalu buruk.

"Ibu kamu dimana?"

"Mommy pelgi, tante." Gadis cilik itu menatap Camel dengan mata berkaca-kaca.

Pergi? Pergi kemana orang tua dari anak lucu ini?

"Hm pergi? Ibu pergi kemana?"

"Mommy bilang, dia mau cali uang untuk Fia. Mommy jalang pulang tante. Fia kesepian karena Mommy dan Daddy pergi."

Sungguh kasihan sekali gadis cilik itu.

"Terus kamu kesini sama siapa?"

"Sama Bibi Salma. Fia dali dulu dilawat cama Bibi, tante."

Camel tersenyum kecut mendengar cerita dari bibir gadis cilik di hadapannya itu. Ibu yang menelantarkan anaknya. Mungkin ia memang tidak berhak menghakimi. Tapi di satu sisi, kasihan juga melihat anak yang masih kecil ditinggal kerja oleh Ibunya. Bahkan jika sampai tidak pulang.

Camel kembali memfokuskan diri pada gadis cilik itu dan tersenyum lebar, "Sekarang Fia gak akan kesepian lagi, karena tante akan menemani Fia bermain."

Gadis cilik bernama Fia itu membulatkan matanya dengan binar-binar bahagia dan memeluk Camel tanpa rasa canggung sedikitpun.

---

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang