"Ampun abangkuuu," Ledek Juna lalu mereka berdua terkekeh.

Melihat itu Alex mendesis, "Sialan."

"TEH SIAP!! ISTIRAHAT! ISTIRAHAT!" Teriak Marvel dari gubuk.

•••••

"Mama, a-yo ki-ta ke-tem-pat Papa," Rengek Elen entah yang ke berapa kalinya.

"Papa masih kerja, masa kita gangguin?" Jawab Vanya sembari menguncir dua rambut Elen.

Mendengar hal itu, membuat Elen menggeleng-gelengkan kepala tidak bisa diam. Terlihat di cermin depan Elen duduk betapa sabarnya Vanya menguncir rambut Elen menjadi dua. Padahal dari tadi kepala anak itu bergerak ke sana kemari.

"Te-le-pon la-lagi, Ma," Pinta Elen.

"Kan kemarin kita udah coba telepon. Gak diangkat semua kan teleponnya?"

"S-siapa tahu se-se-karang di ang-kat."

"Morning cucu Opa," Ucap Charles masuk ke dalam kamar Vanya yang pintunya terbuka sejak tadi.

"O-Opa!" Teriak Elen sembari tertawa senang.

"Opa denger Elen merengek terus pengen ketemu Papa?" Gadis kecil itu terdiam seketika.

"Kamu gimana? Aman jagain Elen sendiri selama Mama sama Papa pergi tiga hari kemarin?" Lanjut Charles bertanya pada putrinya.

Vanya mengulas senyum, "Semua baik-baik aja, Pa. Paling tiap mau tidur atau bangun tidur Elen cariin Gavin terus. Tiga hari kemarin juga Adara sering kesini ngajak Elen main ke mall."

"Kamu juga?" Vanya menggeleng. "Kenapa? Dulu kamu suka banget jalan-jalan ke mall. Malah sampai lupa waktu."

"Sekarang biar Elen yang ngerasain semua itu."

"Kamu juga berhak merasakannya lagi, Vanya," Charles mengusap kepala Vanya dengan penuh rasa sayang.

Kebanyakan perempuan yang telah memiliki anak pasti akan selalu memprioritaskan kesenangan anaknya dari pada kesenangan dirinya sendiri. Dulu Charles melihat sikap itu dari Clara. Tanpa dia sadari, masa itu berlalu dengan cepat.

"Kalau mau jalan-jalan, ajak Adara atau Acel. Tubuh kita juga butuh menghirup udara luar."

"Ma! Ki-kita ja-di kan ke te-tempat, Pa-pa?" Elen memotong pembicaraan kedua orang dewasa itu. Dia tidak mengerti, makannya asal nyeletuk saja.

Vanya menunduk menatap putrinya yang sudah cantik melalui cermin. Rambut diikat dua adalah ciri khas Elen ketika ingin pergi.

"Kalian mau pergi?" Tanya Charles.

"Dari kemarin Elen minta ketemu Gavin terus. Takut dia nangis lagi, ya aku iyakan aja walaupun sebenarnya kita gak akan kemana-mana. Gavin, kan, lagi sibuk."

Hembusan nafas pelan Charles keluarkan. Kasian juga kalau Elen diiming-imingi terus kayak gini.

"Hm, gimana kalau kita susul Gavin aja?" Ucap Charles mengeluarkan idenya.

"Emangnya gak apa-apa?" Tanya Vanya memastikan. Dia takut merepotkan Gavin.

"Gavin nggak sesibuk itu, Van. Tenang aja, Papa kabari dia dulu ya," Charles keluar sambil mengeluarkan hp dari dalam saku celananya. Ia mengetikkan sesuatu di sana.

"Opa ma-mau i-kut ki-kita jug-juga?"

Vanya mengangguk, "Opa yang bakal antar kita ketempat Papa."

"Y-YEYY!!" Sorak Elen bahagia. Dia tidak sabar digendong oleh Papanya.

•••••

"Panas," Keluh Marvel mengipasi diri menggunakan tangan. Tidak terasa, tapi setidaknya membuat Marvel semakin berkeringat. "Hari ini kok panas banget sih?!"

HER LIFE - END (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now