BAB VIII

527 70 9
                                    

Nabila bersenandung kecil setelah sambungan teleponnya dengan Salma terputus. Semoga rencananya kali ini berhasil untuk mendekatkan kembali Rony dan Salma. Ia tau kalau Rony dan Salma masih saling menyukai, Nabila tidak sepolos itu untuk mengetahui gerak-gerik mereka yang terlihat malu-malu tapi mau. Jadi, sebagai adik yang baik, Nabila ingin membantu proses pendekatan mereka kembali. Siapa tau mereka memang jodoh.

Sekarang waktunya Nabila memberitahu Rony untuk datang ke tempatnya membuat janji dengan Salma, tanpa memberitahu bahwa Salma juga akan datang.

"Bang, besok kita makan siang di luar yuk!" ucap Nabila bersemangat sambil menghampiri Rony yang sedang bermain ps di ruang keluarga. Orang tua mereka masih di Surabaya, jadi di rumah hanya ada mereka sedangkan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka sudah pulang, tidak menginap kecuali jika diminta.

Tidak adanya respon dari Rony, berhasil membuat Nabila kesal. Ia duduk lesehan di samping Rony yang masih fokus dengan permainannya, entah sengaja tidak menggubris atau memang tidak menyadari kehadiran Nabila.

Dengan santainya Nabila memukul pundak Rony cukup kencang, membuat si empunya terkejut bukan main bahkan stik PS di tangannya sampai terlepas dan akhirnya tulisan 'Game Over' itu muncul di layar televisi.

Sadar bahwa permainannya kali ini kalah, membuat Rony menahan emosi kekesalannya. Rony menoleh menatap Nabila dengan kedua bibir mengatup rapat menahan kesal, berusaha tetap sabar. "Kenapa?" tanya Rony tersenyum ramah penuh keterpaksaan, membuat Nabila sadar akan kesalahannya, namun yang dilakukan berikutnya hanya cengengesan.

"Besok kita makan di luar yuk, please.." Nabila menggoyang-goyangkan lengan Rony berusaha membujuk agar permintaannya dituruti. Tidak lupa juga wajah memelas dengan puppy eyes, membuat Rony menghela napas pasrah. Kalau sudah begini, mana tega dia menolak permintaan Nabila.

Pekikan girang Nabila tak terelakkan, hingga membuat Rony menutup kedua telinganya karena suara Nabila yang cukup kencang memekakkan telinga. "Udah malam loh ini, jangan teriak-teriak. Tidur sana," ucap Rony setengah mengusir. Ia masih ingin main ps, namun ia juga tahu kalau ada Nabila di dekatnya kemungkinan besar tidak akan beres ujungnya.

Nabila menggeleng, "tapi adek laper, beli sate yuk, bang." Lagi-lagi Nabila menampilkan deretan giginya yang rapi. Sedangkan Rony mengusap wajahnya lelah. Ada-ada saja memang adiknya ini. Padahal baru dua jam yang lalu mereka makan malam, tapi kini Nabila sudah merasa lapar lagi. Rasanya Rony ingin menyuruh Nabila untuk pergi sendiri, namun lagi-lagi mana tega ia membiarkan adik perempuan satu-satunya keluar malam hanya untuk membeli sate karena lapar.

"Yuk, siap-siap. Jangan lupa pakai jaket, abang tunggu depan." Rony bangkit mengambil kunci motornya meninggalkan Nabila yang tersenyum senang mengucapkan terima kasih pada abangnya.

---o0o---

Paul memutuskan untuk keluar mencari angin, ia butuh menyegarkan pikirannya kembali setelah bertemu Nara yang tiba-tiba datang ke rumah orang tuanya. Biar nanti ia tanyakan pada mama dan papanya bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia sudah kembali ke Jakarta dan sedang berada di rumah. Tidak mungkin 'kan kalau Nara datang dengan sengaja ke rumah Paul tanpa tujuan yang jelas?

Kurang lebih satu jam sudah Paul berkeliling tanpa tujuan yang jelas, sampai ia melihat kios pedagang kaki lima yang menjual sate sedang ramai pembeli. Harum sate tercium menggoda indra penciumannya, membuat lambungnya minta diisi. Setelah menimbang-nimbang, Paul memutuskan untuk mampir makan sebentar sebelum pulang. Ia memarkirkan motornya di jejeran kendaraan yang terparkir di pinggir jalan.

Setelah memesan satu porsi sate juga segelas es teh manis, pandangannya mengedar ke penjuru kios hingga kedua matanya menangkap sosok Nabila bersama kakaknya. Senyum Paul seketika terbit.

SEMESTAWhere stories live. Discover now