PROLOG

1.6K 82 3
                                    

Hujan deras mengguyur kota sore itu. Beberapa pengendara motor menepi untuk sekadar berteduh atau memakai jas hujan lalu melanjutkan perjalanan. Beberapa siswa kian merapatkan badan di halte bus dekat sekolah mereka yang mulai ramai.

Seorang perempuan yang masih mengenakan seragam sekolahnya dengan jilbab putih yang sedikit basah karena terkena air hujan, Nabila kembali melihat ponsel yang ada dalam genggamannya. Ia menghembuskan napas pasrah karena pesannya belum juga dibalas oleh sang kakak yang tak kunjung menjemputnya.

"Kalau tau bakal begini, mending bawa motor sendiri aja tadi."

Sudah lebih dari satu jam Nabila berdiri di halte dekat sekolahnya, menunggu kakaknya yang entah sedang melakukan apa dan berada di mana. Ia sebenarnya sudah pegal dan menahan kesal. Selain ia tidak mendapatkan tempat duduk di halte, ia juga kesal karena kakaknya yang terlambat menjemputnya sekarang, rencana yang sudah Nabila susun juga akan ikut mundur.

Dalam bayangannya ia akan pulang tepat waktu, membersihkan diri, mengerjakan tugas agama yang baru hari ini diberikan oleh Bu Rahma, lalu menonton drama korea yang memang jadwal tayangnya hari ini. Namun apa boleh buat, sudah pasti rencananya itu akan mundur entah sampai kapan.

Nabila refleks mundur saat bahunya tersenggol oleh seorang laki-laki yang baru saja ikut bergabung untuk berteduh di halte yang sama. Baju laki-laki itu sudah basah yang tentu saja membuat baju Nabila basah juga di bagian pundak.

"Maaf, saya gak sengaja."

Kedua mata mereka saling memandang untuk sepersekian detik. Nabila lebih dulu memutuskan kontak mata mereka karena mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang sangat familiar suaranya bagi Nabila.

"Kamu udah dari tadi nunggunya, ya?" Raut wajah Nabila berubah seketika saat menangkap sosok kakak lelakinya yang sudah berada di hadapannya dengan payung biru di tangan.

Nabila langsung menarik tangan kakaknya untuk meninggalkan halte menuju mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi. "Besok-besok aku mau bawa motor sendiri aja ke sekolah kalau abang telat terus jemputnya. Biar aja abang nggak ngebolehin, daripada aku kesel terus nunggu bang Rony jemput. Aku juga bisa—"

Rony yang tangannya ditarik oleh Nabila hanya pasrah mendengar omelan adiknya sambIl beberapa kali mengucapkan kata maaf. Suara kekesalan Perempuan berseragam SMA itu terdengar lucu di telinga laki-laki yang tadi tidak sengaja menyenggolnya. Tanpa sadar bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis memandang kepergian gadis bertubuh mungil itu bersama dengan lelaki yang ia pikir adalah kakaknya.

SEMESTAWhere stories live. Discover now