BAB V

578 68 0
                                    

"Makan siang bareng gak, Sal?" Seorang wanita cantik menghampiri kubikel Salma, ia menggunakan kemeja biru cerah dipadu celana hitam, dengan rambut bergelombang yang dibiarkan tergerai.

Salma menoleh saat itu juga, ia terlihat berpikir sejenak sebelum mengiyakan ajakan Raisa.

Mereka memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran yang baru saja buka cabang tidak jauh dari kantor. Selain ingin mencoba tempat baru, pasti masih ada diskon grand launching. Salma dan Raisa tentu saja tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.

Selain rekan kerja satu divisi, Salma dan Raisa sudah bersahabat sejak lama juga bersama Novia. Mereka bahkan sudah menganggap saudara satu sama lain.

Salma yang jauh dari orang tua karena merantau, tidak terlalu merasa kesepian karena keluarga Raisa maupun Novia selalu menyambut baik dirinya ketika berkunjung ke rumah mereka.

Orang tua mereka juga sudah saling mengenal, jadi keluarga Salma yang jauh dari ibu kota tidak terlalu khawatir karena ada yang ikut memantau dan menjaga Salma.

Setelah memesan makanan dan minuman masing-masing, Raisa mengeluarkan ponselnya. Ia mengutak-atik nya sebentar sebelum menunjukkan layar ponselnya pada Salma.

"Kenapa?" Salma bertanya tak mengerti. Kenapa sahabatnya ini menunjukkan room chat nya bersama Novia?

Raisa menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di atas meja. "Kenapa lo cuma cerita sama Novia? Kenapa gak cerita juga sama gue?"

Salma mengerutkan dahinya bingung, "cerita apa sih?"

"Lo ketemu sama Rony lagi kan?"

Mengetahui kemana arah pembicaraan mereka, Salma mengangguk-angguk mengerti. "Lo udah tau kan sekarang? Jadi gue gak perlu cerita lagi."

"Mana bisa begitu? Lo tetep harus cerita." Raisa protes namun langsung tersenyum sambil mengucapkan terima kasih saat seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka berdua.

"Ya buat apa? Buang-buang waktu aja." Ucap Salma cuek sambil mengaduk es kopi pesanannya. "Mending bahas yang lain, berkas yang hari Jum'at udah dikasih ke Pak Anton 'kan? Ada revisi gak?"

Raisa berdecak kesal, heran dengan Salma yang menurutnya terlalu cuek dengan kehidupan pribadinya namun ketika membahas soal pekerjaan sangat serius dan ingin cepat selesai seakan tidak ada hari esok.

"Kalau ada yang harus direvisi, buruan kasih ke gue. Biar cepet selesai." Salma mengucapkannya dengan santai sambil menikmati makanannya, tidak menghiraukan tatapan Raisa yang sepertinya kesal dengan responnya.

Ucapan Raisa tertahan saat mendengar suara keributan dari luar restoran. Raisa dan Salma saling berpandangan lalu memfokuskan perhatian mereka ke luar jendela. Kebetulan sekali mereka duduk di dekat jendela, sehingga keributan di luar dapat dilihat cukup jelas.

Terlihat dua orang laki-laki sedang beradu mulut dengan satu perempuan diantara keduanya serta satu laki-laki yang berusaha melerai. "Nggak penting banget sih, norak banget ribut di tempat umum." Salma kembali fokus pada makanannya, tidak peduli dengan kejadian di luar sana.

Raisa memicingkan matanya, berusaha memperjelas pengelihatannya kemudian menepuk tangan Salma heboh. "Sal, Sal, itu Rony 'kan?"

Mendengar nama itu kembali disebut, membuat Salma terdiam sejenak. Salma tidak bisa menampik bahwa masih ada sisa-sisa rasa di dalam hatinya. Nyatanya Salma masih peduli, buktinya ia langsung menoleh kembali ke jendela, memperhatikan lebih jelas apa benar yang diucapkan oleh Raisa barusan.

Mereka berdua terlonjak kaget saat salah seorang lelaki itu memukul Rony hingga terjatuh. "Lo yakin gak mau samperin Rony, Sal?"

"Hah?"

SEMESTAWhere stories live. Discover now