BAB 11

4 1 0
                                    

"Meski tak berjalan mulus, tapi harus diterima dengan tulus."

***

Jakarta, 15 Desember 2023

Hai, Al
Sedih gak sih nerima surat ini dari orang lain. Abang gak punya keberanian lebih untuk ngasih ini secara langsung, karena isinya pasti akan buat kamu marah. Seperti yang kamu tau, umur Abang gak bakal lama lagi, makanya Abang titip surat ini ke temen Abang. Seenggaknya apa yang gak bisa Abang katakan semasa Abang hidup, bisa kamu ketahui lewat surat ini.

Bahagia ya, Al. Jangan sedih terlalu lama, sayang air matanya.
Surat ini akan panjang, semoga kamu gak bosan buat bacanya.

Biar abang mulai dari kabar baik, setelah ini pergilah ke kamar abang, buka laci nomor dua disamping tempat tidur, disitu ada buku tabungan beserta kartu ATM atas nama kamu, pin nya tanggal lahir mu. Bukan abang, tapi ayah dan ibu yang meninggalkannya untukmu. Sesulit apapun keadaan kita dua tahun yang lalu, abang tidak pernah berani menggunakan kartu itu, karena itu murni hak mu, Al. Untuk biaya hidup dan pendidikan mu setelah ini, mungkin tak cukup tapi abang yakin kamu bisa bertahan bersama cafe kita. Kamu tenang saja, abang juga punya bagian khusus dari orang tua kita, namun memang tak cukup untuk membuat usaha kita waktu itu.

Abang pergi tanpa meninggalkan hutang pada siapapun, kamu tenang saja. Cafe, semua itu menjadi milik kamu sejak surat ini sampai di tangan kamu. Karena tak ada yang abang pikirkan lagi sebelum abang pergi selain kamu, Al. Maka berjanjilah untuk hidup bahagia setelah ini untuk membuat jiwa abang tenang sepenuhnya.

Al, apapun yang terjadi percayalah kamu tak pernah benar-benar sendiri. Ayah, ibu, dan abang selalu hidup dalam hatimu bukan? Meski mungkin bukan kita lagi yang menyambut mu pulang di rumah, namun seiring berjalannya waktu kita yakin kamu akan menemukan tempat pulang yang lebih nyaman dari kita.

Tidak hari ini, mungkin beberapa tahun yang akan datang. Bersabarlah.

Selain itu, bukankah kita punya tuhan?

Tuhan tak pernah tidur, Al. Apapun yang terjadi itu adalah rencana-Nya, kita tidak punya pilihan selain menjalani apa yang sudah Dia kehendaki. Tapi Al, bukankah setiap badai pasti berlalu? Aku tidak akan menjanjikan pelangi datang tepat setelah badai pergi, namun warna yang indah itu pasti akan datang juga pada akhirnya, bukan? Karena hujan dan cahaya, pada akhirnya tak dapat ditampik bisa bertemu juga.

Tak apa jika saat ini kamu marah. Itu manusiawi, Al. Namun terlalu lama marah tak baik juga. Apalagi pada tuhan, orang tua bilang; pamali.

Aku tak masalah jika kamu kembali melepas semua simbol keagamaan di rumah kita. Aku tak masalah jika kamu mogok membaca alkitab sampai beberapa waktu lagi. Aku juga tak masalah jika kamu berhenti mengunjungi gereja selama beberapa minggu.

Tapi berjanjilah untuk selalu kembali pada siapa yang menciptakanmu, Al. Manusia hanyalah seonggok tengkorak bernyawa jika tak bertuhan, hidupmu tidak akan berarti apa-apa, Al.

Meski mungkin sejak surat ini ditulis, tuhan kita tidak lagi sama.

Mungkin kamu sudah tahu, abang memutuskan untuk mualaf. Abang tidak mengajakmu, karena pilihan itu adalah pilihan yang harus murni dari hati. Abang juga tak akan memaksamu untuk mengikuti jalan yang abang pilih, karena kita punya hati dan kehidupan masing-masing. Namun abang juga tak akan melarang jika setelah ini kamu ingin tahu agama seperti apa yang abang pilih.

Tidak ada yang memaksa abang untuk mengambil jalan ini, Al. Kurasa kamu harus tahu bahwa abang bukanlah orang yang mudah ditindas, terlebih perihal kepercayaan.

Abdi dan Dani adalah teman abang, mereka baik. Kami bertemu saat abang nyaris pingsan di sebuah pusat perbelanjaan, sejak saat itu kami akrab dan berteman. Mereka mengajari abang banyak hal tentang Islam yang sudah sejak lama membuang abang penasaran.

Mereka berjanji akan menjaga dan membantumu jika kamu butuh bantuan. Mereka cukup alim, jadi sewaktu-waktu mungkin bukan mereka yang datang, tapi orang suruhannya. Abang harap kamu tidak begitu sungkan pada mereka, karena tak ada yang abang percaya selain mereka, Al.

Dan Fira. Kamu tahu, abang menyayanginya, dan dia menyayangimu. Tetaplah dekat dan akrab dengannya, anggap dia sebagai kakakmu sendiri, hiduplah untuk saling menguatkan. Karena saat ini kalian sama-sama yatim piatu.

Bi Wiwik, selama kamu tinggal di rumah kita, bi Wiwik berjanji tidak akan meninggalkanmu sendiri. Kamu tahu kebaikannya, yang bahkan rela tak dibayar setelah kepergian ayah dan Ibu. Beliau tetap tinggal bekerja setiap hari untuk memastikan kita hidup dan makan dengan baik. Kamu harus ingat semua itu, Al. Bahkan jika suatu saat kamu punya rumah baru, tetaplah sesekali memastikan keadaannya baik-baik saja.

Sudah terlalu panjang, ada banyak air mata yang jatuh saat aku menulis ini. Aku tak takut mati, Al. Karena ayah san ibu sudah pasti menunggu ku di sana. Mungkin setelah mati aku akan dapat merasakan tubuhku tanpa rasa sakit dan bahagia bersama mereka seperti yang selalu aku impikan. Satu-satunya yang membuatku takut untuk mati adalah, fakta bahwa aku akan meninggalkan mu sendiri. Maaf, Al, aku tak bisa tinggal lebih lama untuk menemanimu.

Sebagai permintaan maaf ku, bukalah lemari di kamarku dan temukan hadiahmu di kotak berwarna biru.

Sudahlah, Al. Ku sudah terlalu lelah menulis. Satu-satunya yang ingin aku dengar adalah, janjimu untuk selalu hidup bahagia dan baik-baik saja sampai waktunya kita bertemu nanti.

Aku menyayangimu, Al. Lebih besar dari apa yang kamu bayangkan.

Tertanda,

Reno (abang)

***
Almeera membuka matanya yang terasa sangat berat. Sisa-sisa air mata membuatnya kesulitan membuka matanya dengan benar. Dia tertidur karena terlalu lelah menangis, setelah membaca surat yang ditinggalkan Reno untuk nya. Tangannya bahkan masih memegang lembaran surat itu. Nampak jelas jejak-jejak air matanya di sana.

Dia berdiri, beranjak ke kamar Reno.

Apa yang Reno tulis masih terekam jelas di ingatannya. Dia tidak perlu membaca ulang untuk menemukan barang-barang yang Reno simpan di kamar ini, jika tidak terpaksa, mungkin matanya akan semakin membengkak.

Sebuah buku tabungan beserta kartu ATM yang Reno katakan benar-benar tersimpan di laci kamarnya. Dia membukanya, tertulis namanya sebagai pemilik resmi. Serta jumlah saldo yang lumayan tinggi terpampang nyata di depannya.

Apa ini, jumlah yang begitu tinggi ditinggalkan oleh orang tuanya untuknya, dan dia tidak mengetahuinya selama ini. Yang menjadi pertanyaannya, apakah Reno dan dirinya, mendapatkan jumlah yang sama?

Almeera meletakkan benda itu di kasur, dia beranjak untuk membuka lemari seperti yang Reno katakan. Sebuah kotak biru, berukuran kecil namun sangat elegan.

Dengan tidak sabar dia membukanya. Matanya melebar, sebuah jam tangan yang tiga minggu lalu dia lihat dengan Reno. Dia berniat membelinya, namun urung saat melihat harganya. Dan sekarang benda itu ada dalam genggamannya, sebagai hadia terakhir dari orang yang sudah pergi untuk selamanya.

Sebuah note terselip di samping kotak itu.

Selamat ulang tahun, Al. Ingat waktu akan terus berjalan, jangan terlalu lama berdiam diri untuk menyelesaikan sesuatu yang tak perlu.

***
Tbc...
Jangan lupa tap tanda bintangnya

Love you all

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pesan Terakhir Where stories live. Discover now