41. Depan dan belakang

Start from the beginning
                                    

Bisakah stabilitas mutlak ada dalam kehidupan di mana kamu kehilangan rumah berharga kamu dengan kenangan seumur hidup dan berpindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya?

Mata Erna menjadi gelap lagi saat dia melihat wajahku yang terpantul di jendela.

Hal itu pasti akan menimbulkan kebingungan besar bagi sang nenek. Tapi apa lagi yang bisa kamu lakukan? Tidak ada lagi cara untuk melindungi rumah pedesaan.

Jika memang demikian, haruskah aku menerima lamaran Thomas

Baden?

Saat kupikir mungkin itu jalan termudah, aku merasa sangat lusuh dan sengsara. Upaya terbaik aku membawa hasil yang lebih buruk daripada pengunduran diri. Meski tak mau mengakuinya, kenyataan yang terbentang di depan mata Erna pasti seperti itu.

Erna, yang diam seperti patung batu, meninggalkan jendela di malam hari. Lorong depan ruangan rumah sakit yang dulunya ramai pengunjung kini sepi.


Erna duduk di bangku paling pojok lorong dan merias wajahnya. Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, hasilnya tidak seperti yang Lisa lakukan. Sepertinya kenyataan yang ada di hadapanku adalah semakin aku mencoba, semakin buruk hasilnya.

Erna perlahan mengatur napas dan berdiri, menekan keinginan untuk menghapus riasan bodohnya. Bayangan malam yang lebih panjang mengikuti langkah berat menuju kamar rumah sakit.

Sebelum membuka pintu kamar rumah sakit, Erna tersenyum seolah sedang memakai masker.

Walaupun aku tercekik dan terbebani oleh kenyataan yang terlalu besar dan memberatkan, aku tetap ingin mencintai kehidupan ini. Senyuman Erna semakin cerah karena merasa malu dan kesal.

* * *

Erna. Erna. Erna.

Meski musim panas sedang berada di puncaknya, namun namanya tetap panas. Erna sana-sini. Menggigit wanita itu kini menjadi suatu bentuk permainan yang mendekati kegilaan.

Pangeran Bjorn BermasalahWhere stories live. Discover now