22. What's Your Favorite?

Start from the beginning
                                    

"Oh, lutut Milka berdarah. Milka cepet pakein ludah biar sembuh," ucap Melody dengan nada dibuat-buat heboh.

Milka mundur beberapa langkah saat Melody hendak menyentuh lukanya dengan telunjuk yang sudah dia jilat.

"Milka, nggak bakal perih kok. Percaya deh sama Melody."

Melody hendak menunduk kembali begitu sebuah tangan menarik bagian belakang rambutnya. Dia meringis kesakitan.

"Apa yang kamu lakuin pada anak saya?!"

Melody tertegun mendengar suara yang tidak asing baginya. Itu suara Prita.

"Berani-beraninya kamu lukain anak saya!" Prita menghempas Melody dan segera berjongkok di depan Milka.

"Ya ampun kulitnya rusak," ucap dia dengan nada yang penuh khawatir.

Melody masih terdiam di tempat, belum bisa mengatasi kekagetan. Dijambak ibu sendiri, lalu terang-terangan menyebut orang lain sebagai anaknya.

Prita kembali berdiri, dia menatap Melody dengan penuh amarah. "Perempuan sialan! Berani-beraninya kamu lukain anak saya!" teriak Prita dengan tangan yang mengacung tegas.

Tubuh Melody bergetar, dadanya berdenyut dengan begitu menyakitkan. Matanya yang terus terbuka kini mulai digenangin cairan bening.

"Tidak puas kamu menjilat tunangan anak saya, sekarang kamu ganggu anak saya juga?!" Prita benar-benar murka. Kemarahannya tidak terlihat main-main.

"Perempuan rendahan macam apa kamu itu!"

Genangan itu pun berjatuhan dengan cepat, seolah saling berlomba menuruni pipi Melody. Dalam dirinya benar-benar hancur sekarang.

"Ayo Milka, kita harus cepat-cepat ke Dokter Anita, jangan sampai lutut kamu berbekas sedikit pun." Prita memegangi tangan Milka, mengajaknya untuk pergi.

Namun, Prita menjeda langkah di samping Melody. "Kamu tau hal yang paling menjijikan apa? Perempuan yang mengusik laki-laki milik orang lain," ucapnya dengan tegas pada Melody.

"Jangan pernah sentuh anak saya lagi, karena saya tidak akan tinggal diam. Bukan hal sulit untuk menghancurkan jalang seperti kamu."

Prita melanjutkan langkahnya, meninggalkan Melody dengan luka yang begitu besar. Melody sudah tak mampu menopang tubuhnya, dia terjatuh.

"Haha." Melody tertawa dengan air mata yang semakin berderai.

Dia tertawa lagi yang kemudian berubah menjadi erangan-erangan kesakitan.

oOo

"Kamu bahkan nggak bisa jaga diri kamu," ucap Prita setelah dokter yang mengobati lutut Milka undur diri.

"Kalau lukanya jadi keloid gimana? Posisi kamu nggak bisa dibilang aman loh. Meski Hema baik sama kamu, tapi dia juga sama perempuan lain," lanjut Prita dengan segala omelannya.

"Milka bakal telaten biar nggak berbekas."

"Itu harus," ujar Prita menekan. "Tapi Mama nggak habis pikir kenapa kamu biarin Melody sampe lukain kamu?"

"Ini nggak sengaja."

"Nggak ada namanya yang nggak sengaja."

Prita menarik napas dalam. "Kamu nggak boleh lemah. Kamu pemilik asli Hema, jangan anggap sepele jalang di luaran sana. Kamu yang punya hak, kamu nggak perlu ragu-ragu, siapa pun itu, yang berani mengganggu pasangan orang lain, jangan dimaafkan," papar Prita dengan tekanan emosi pada setiap katanya.

"Iya, Ma."

Prita mendekat kemudian memberikan kecupan pada kening Milka. "Kalau kamu butuh bantuan, bilang ke Mama. Mama nggak bakal senyepelein pengganggu kayak Papa kamu."

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now