BAB 3 {sesuatu yang berbeda}

1.4K 26 0
                                    

Canva dengan senyumannya langsung pergi meninggalkan Zahra yang sedang mengambil ice creamnya yang terjatuh di lantai.

"Yaampun syukur tidak mencair" lega Zahra kembali berdiri dan berjalan menuju kasir.

Saat Zahra sampai di tempat kasir tanpa sengaja Zahra kembali bertemu dengan lelaki yang ia tabrak yang juga sedang menunggu membayar belanjaannya yang tidak lain adalah Canva yang sedang memainkan ponselnya.

Zahra dengan gugup dan menunduk memutuskan untuk berdiri tepat di samping Canva dan meletakkan ice cream dan biskuitnya di meja kasir, Canva yang menyadari keberadaan Zahra seketika langsung melihat sekilas dan kembali melanjutkan menatap ponselnya.

"Wow banyak banget birnya" lirih Zahra polos lalu menoleh sekilas ke arah Canva yang sedang fokus menatap ponselnya.

"Permisi, apakah bir ini kakak yang meminum sendiri" tanya Zahra dengan polosnya kepada Canva membuat Canva langsung menoleh dengan wajah bingung menatap Zahra.

"Apa maksud mu" jawab Canva datar.

"Tidak ada, hanya saja bir tidak baik untuk tubuh jika diminum terlalu banyak" ujar Zahra tersenyum lalu menunduk dan memutuskan mengalihkan pandangannya dari Canva. Canva yang mendengar ucapan Zahra dibuat terdiam entah kenapa rasanya jantung Canva berdetak begitu kencang saat Zahra tiba tiba menasehatinya.

"Permisi Tuan ini belanjaannya dan totalnya" ujar mbak kasir membuat Canva tersadar dan mengalihkan pandangannya yang menatap Zahra.

"Oh baiklah ini" Canva dengan wajahnya yang tampan terpaksa membayar dengan beberapa lembar uang seratusan karena ia lupa membawa kartunya yakni kartu kredit.

"CK kenapa aku lupa membawanya".

"Ini, aku tidak pernah membayar dengan uang jadi ambil saja jika ada kembalian" dengan santainya Canva berbicara dan langsung mengambil barang belanjaannya dan pergi meninggalkan minimarket sambil melihat ke arah Zahra sekilas begitu pun Zahra yang menatap Canva sekilas membuat pamflet keduanya bertemu.

"Tapi tuan ini begitu banyak lebihnya" Belum selesai mbak kasir berbicara Canva sudah langsung pergi meninggalkan minimarket.

"CK memang orang kaya mah bebas".

"Yasudah mbak mungkin lagi rezeki" tersenyum Zahra membuat Mbak kasir ikut tersenyum.

"Iya, yasudah gini saja karena uangnya kelebihan dua ratus belanjaan adek biar mbak yang bayar" ujar mbak kasir membuat Zahra terkejut.

"Beneran mbak!".

"Iya beneran, anggap saja rezeki kamu".

"Yaampun makasih ya mbak, yes uang saya jadinya utuh" girang Zahra membuat Mbak kasir terkekeh.

"Kalau gitu saya pamit mbak sekali lagi terimakasih" Zahra dengan cepat langsung mengambil ice cream dan biskuitnya dan pergi melangkah keluar minimarket.

"Hem cantik sekali adik itu" lirih mbak kasir sambil melihat Zahra yang keluar dari minimarket sambil membawa belanjaannya.

"Sudah sangat senja Lebih baik aku makan ice cream dulu sebelum mencair" Zahra dengan wajah yang imut dan cantik memakan ice creamnya sambil berjalan pulang ke rumah.

***
"An*j kok lama kali ni si Canva" gerutu Marvin membuat Leon dengan langsung memukul kepalanya.

"Ga bisa sabar apa kalo Lo yang beli aja juga lama an*j" seru Leon dengan wajah sinis.

"Wah jangan ngamuk dong gua cuma bercanda bro"

Leon dengan wajah sinisnya memutuskan untuk mengambil ponsel dari sakunya dan melihat pengumuman tentang kampus.

"WOI ITU CANVA DATANG!" Teriak Dustin membuat semua orang menoleh begitupun Leon.

"Hai bro sorry lama" ujar Canva sambil turun dari motornya dan memberikan belanjaannya kepada Marvin.

"Emang kenapa bisa lama Van" tanya Leon.

"Gaada, kartu kredit gua ketinggalan" Canva yang membuka helmnya langsung melangkah duduk dan mengambil satu kaleng bir dan meneguknya.

"Gila ni bir banyak banget Lo beli Van" seru Marvin dan langsung meneguk satu kaleng bir.

"Iya biar Lo kembung minumnya dan langsung ke alam lain" balas Canva membuat semuanya terkekeh.

"Gila jahat banget Lo Van".

"Makanya gausah banyak protes" seru Leon membuat Marvin menatapnya sinis.

Canva kembali meneguk birnya tanpa sadar Canva kembali teringat dengan perkataan Zahra saat di minimarket membuat Canva seketika langsung memuntahkan bir dari mulutnya membuat Leon, Marvin,dan Dustin terkejut.

"Canva ada apa?" Tanya Leon khawatir.

"Gua kepikiran dengan gadis itu".

"Gadis mana maksud Lo"ujar Leon semakin penasaran begitupun dengan Dustin dan Marvin.

"Gadis yang gua jumpa tadi di minimarket".

Mendengar perkataan Canva Marvin seketika langsung tertawa membuat Leon menatapnya tajam.

"Hahahaha Canva kau memang sangat lucu" tertawa Marvin terbahak-bahak membuat Leon dengan cepat langsung menendang betis Marvin.

"PlAKKK".

"Akhhhh" ringis Marvin memegang betisnya yang ditendang Leon.

"An*j lu Leon sakit ini lu tendang" omel Marvin dengan tatapan sinis.

"Biarin daripada Canva yang nendang Lo".

Marvin dengan mode kesal langsung mengambil satu kaleng bir lagi dan meneguknya.

"Emang ada apa dengan gadis yang kau temui".

"Entahlah aku merasa sesuatu terasa saat gadis itu menasehati ku saat aku sedang membayar bir tadi" ujar Canva tanpa sadar membayangkan wajah Zahra.

"Hah sudah itu kau langsung jatuh cinta dan mengajak berkencan sudah itu kau bosan dan kau mencari yang baru bukan begitu Van" ejek Marvin dan mendapatkan tatapan tajam dari Canva.

"Diam lah aku akan menendang mu jika kau membuka mulut" tegas Canva membuat Marvin terkekeh.

"Maksud mu menasehati gimana Van dan bagaimana kalian bisa bertemu" tanya Leon semakin penasaran.

"Hem aku bertemu dengannya saat dia tidak sengaja menabrak ku dan aku lihat ice creamnya jatuh setelah itu pergi meninggalkannya dan ternyata dia berdiri di samping ku karena ingin membayar juga terus" Canva tiba tiba menghentikan perkataannya membuat Leon dan Dustin semakin penasaran.

"Kenapa berhenti Van terus itu apa".

"Hem tidak ada" tersenyum Canva lalu kembali meneguk bir sampai habis.

"Hah, dia sangat istimewa berbeda dari gadis manapun" cicit Canva menggigit bibir bawahnya.








CANVA PLAYBOY [On Going]Where stories live. Discover now