Tapi Benny tidak bisa menjawab Nick ataupun mengambil kotak obat yang ia keluarkan dari sakunya karena wanita itu tidak berhenti muntah. "Benny, ya, Tuhan...."

"I'm not feeling well, Nick," kata Benny yang memegang perutnya.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang, Benny. I'm calling the boys."

____

"What can I get you young man? Kamu terlihat gugup," kata pelayan yang datang ke meja Saint.

"Oh, tidak, tap water cukup," kata Saint kepada pelayan itu.

"Aku pernah melihatmu datang kesini, bukan? You bring that beautiful girl with long brown hair and you both talked all night," kata pelayan itu yang mengenali Saint.

Saint mengangguk dan ia memperbaiki letak dasinya yang terlalu ketat di leher sebelum menjawab, "Ya, hari ini wanita cantik itu berjanji untuk datang dan menjadi pacarku."

Pelayan yang melayaninya tersenyum lebar, "Tidak banyak pasangan muda ke Vittoria dan aku mengenali kalian malam itu. You both looked great and I can't believe she's going to be your girlfriend today. I'll throw you guys free desserts after dinner, how about that?"

"Terima kasih," kata Saint kepada pelayan itu.

"Jangan gugup, Young Man, ia telah memilihmu. Apalagi yang membuatmu gugup?"

"She needs to come, though. Ia janji untuk datang karena kehadirannya sama dengan jawabannya."

"She will come."

"She must come," bisik Saint yang sudah berkeringat gugup di balik jas yang ia pinjam malam itu. Saint melihat ke arah jendela yang menghadap jalan yang sepi berharap sosok Benny terlihat dari kejauhan. Ia menunduk dan melihat jam tangannya, lima belas menit menuju jam tujuh malam. Wanita itu memiliki cukup waktu untuk menutup Alfredo's dan berjalan ke Vittoria. Benny akan datang, Saint, ia berkata kepada dirinya sendiri.

Lima belas menit berikutnya tiba dengan begitu cepat, Saint berpikir jam tangannya rusak ketika ia tidak melihat sosok wanita itu masuk ke dalam restoran. Sebentar lagi, pikir Saint. Ia memberikan waktu untuk Benny karena diluar salju mulai turun dengan deras. Benny mungkin menggunakan waktunya untuk berjalan hati-hati, Saint memberikan alasan kepada dirinya sendiri.

Lima belas menit berikutnya, Saint membuat alasan lain kepada dirinya sendiri. Mungkin Alfredo tidak mengizinkan Benny untuk pergi sebelum melayani semua pelanggan. Ia memberikan wanita itu lebih banyak waktu.

Lima belas menit berikutnya, alasan-alasan di kepala Saint menjadi tidak masuk akal dan kepanikan di dalam dirinya mulai memuncak.

"She's still coming?" tanya pelayan itu, dua jam setelah Benny terlambat.

"She must come," ulang Saint.

"We're closing soon, Young Man. I'll put the desserts on a box for you to take home," kata pelayan itu yang mendatangi Saint sekali lagi sebelum restoran tutup dan kali ini memberikannya senyum kasihan. Malam itu Benny tidak pernah datang.

Malam itu Benny memberikannya jawaban.

Malam itu Benny tidak pernah menjadi pacarnya.

____

Tiga bulan berikutnya.

"...I think it's a very exciting day for everybody, especially for Reginald, he's a guy that represented what the Patriots always wanted to be about. He's the perfect leader, a great teammate, the star student and will be the voice of this organization for the next five years....

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book I | CAMPUS #01Where stories live. Discover now