BAB TIGA

4.7K 888 23
                                    

Keesokan harinya Rex memiliki kelas pagi di gedung Aldrich. Rex meluruskan topi dengan logo Crimson High yang ia pakai dan membawa tas ranselnya di salah satu bahu. Beberapa orang menyapanya dan Rex memberikan anggukan sebelum masuk ke dalam kelas International Economics Profesor David Horton yang tidak pernah terlambat. Rex melihat jam tangannya, ia memiliki waktu tiga menit untuk mengambil duduk.

"What's up, man?" seseorang mendekatinya dan memberikan salam.

Rex sekali lagi mengangguk dan menjabat tangan orang itu dengan gaya santai, "We'll talk later man," katanya kepada Rex lagi. "Sure," Rex menjawab dan sekarang melihat auditorium utama gedung Aldrich telah terisi lebih dari dua ratus mahasiswa.

Lalu pandangannya terarah kepada wanita yang seharusnya tidak berada di kelas itu. International Economics kelas Profesor David Horton hanya boleh dihadiri oleh mahasiswa Harvard Business School. Scott Bennett adalah mahasiswa kedokteran dan entah apa yang ia lakukan di kelas pagi ini. Rex menyipitkan matanya dan berjalan ke arah wanita itu. Ia juga melihat kursi kosong disebelahnya dan mendudukinya. Ia menaruh tas punggungnya dan menaruhnya ke atas meja yang sangat kecil berharap untuk mendapatkan perhatian wanita itu. Tapi ketika Rex duduk wanita itu sama sekali tidak bergerak atau menyapanya.

Rex mengerutkan dahinya dan sekarang mengarahkan pandangannya kepada wanita itu. "Benny," panggilnya.

Pada saat itu, Rex menyadari kalau Benny tertidur karena mata wanita itu tertutup dan kepalanya terhuyung ke kiri dan ke kanan. "Bean," kali ini Rex memanggil Benny dengan lebih lembut dan dekat ke wajah wanita itu.

Tapi kepala Benny kembali terhuyung ke depan dan kebelakang. Rambut panjang wanita itu juga terlihat berantakan menutupi wajahnya dan Rex berkata lagi, "Bean, kelas akan sebentar lagi dimulai."

Tapi tidak ada gunanya, Benny terus tertidur dan ketika Profesor David memasuki auditorium, Rex memutuskan untuk memakaikan topinya kepada Benny agar ia tidak terlihat. Kelas dimulai dengan sangat cepat dan selesai tepat waktu satu jam kemudian. Semua orang dengan cepat mengosongkan auditorium dan hanya Rex yang sekarang masih duduk dengan wanita yang masih tertidur disampingnya.

"Bean," katanya memanggil wanita itu lagi.

Kali ini ia mendengar Benny bergumam tidak jelas dan menggunakan kesempatan itu untuk berkata, "Bean, kelasnya sudah selesai."

Mata wanita itu terbuka dan seketika Benny menyadari apa yang telah terjadi. "Sialan! Aku ketiduran! Oh, shit!"

Rex melihat Benny yang mengambil tasnya dengan cepat dan hampir berdiri ketika menyadari dirinya menghalanginya keluar. Benny juga baru saja menyadari kalau Rex telah duduk bersamanya selama ini. "Rex?" tanya Benny dengan kerutan di dahinya. Ia memperbaiki letak kacamatanya yang tebal dan melihat pria itu.

"Bean, kenapa kamu ada di kelasku? Apa semua mahasiswa kedokteran sekarang harus menghadiri kelas mahasiswa bisnis?"

"Alex Peters membayarku untuk menghadiri kelas ini," kata Benny yang menguap dengan lebar dan menghampirkan tas ranselnya ke salah satu bahu. "Sial, sekarang aku tidak akan mendapatkan bayaranku."

"Kamu tidak seharusnya menghadiri kelas untuk Alex," kata Rex.

"Oh, please, it's forty dollars worth of money for one hour—" Benny baru saja akan melangkahi Rex, tapi pria itu dengan sengaja memastikan tubuhnya yang besar menghalangi jalan wanita itu.

"Bean, you shouldn't be doing this."

"Bukannya kemarin kita sudah membicarakan hal ini? Aku membutuhkan uang."

"Kamu bisa dikeluarkan karena kamu menghadiri kelas yang tidak seharusnya kamu hadiri, Bean," kata Rex dengan tegas.

"Pfft, bagaimana kalau aku tertarik kepada International Economics?" tanya Benny. "Aku bisa saja tertarik untuk mengubah major-ku ke bisnis. Bagaimana aku tahu ini adalah pilihan yang tepat kalau aku tidak menghadiri kelas ini?"

Rex menatap wanita itu yang sekarang masih mengenakan topinya dengan tatapan bingung dan marah pada saat bersamaan, "Apa kamu tidak cukup sibuk dengan sekolah kedokteranmu, Bean? Kenapa kamu harus melakukan tugas konyol orang-orang untuk uang?"

"Aku tidak menganggapnya konyol. Kemarin malam aku akhirnya menemukan celana dalam g-string Kelly Ronald di salah satu buku filosofi di perpustakaan utama. Hmm, mungkin karena itu aku ketiduran," kata Benny yang sekarang tahu kenapa dirinya tertidur selama kelas International Economics. "Aku harus pergi, setelah ini aku harus mengerjakan—"

"Enough," kata Rex kepada Benny.

Sekarang hanya mereka saja yang berada di auditorium kosong itu dan Benny menyadarinya. Ia menunduk dan melihat Rex yang masih duduk menghalangi dirinya untuk berjalan keluar dari tempatnya berdiri. "Okay, Rex, what is your problem? Kenapa kamu sangat peduli dengan cara aku mendapatkan uang?"

Rex tidak menjawab pertanyaannya tapi memberikannya pertanyaan lain kepada Benny, "Berapa uang yang kamu butuhkan? Aku akan memberikannya kepadamu, Bean."

"..."

"..."

"Kenapa kamu ingin membantuku?" tanya Benny kepada Rex.

"I will never tolerate bullies especially when they bully women."

"Noble of you, Capt. I don't need your money. Aku akan bekerja keras sendiri—"

"Dengarkan aku Bean. Aku hanya akan mengatakannya sekali dan aku tidak akan mengulang ini. Adik perempuanku—Elizabeth Escara, Libby, she's dead because of bullies two years ago. It was right under my nose, but I didn't see it. I was blinded. Somehow, when I look at you, I can see how the story will end up the same if I don't stop you now. Jadi biarkan aku membantu karena kamu terlihat menyedihkan. Setidaknya, jangan biarkan orang-orang itu menginjakmu, terutama ketika kamu membutuhkan uang dari mereka."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book I | CAMPUS #01Where stories live. Discover now