"Selama ini kupikir Ibu dan Ayah meninggal, aku bkan tidak sanggup pergi ke makan mereka."

"Pada waktu itu status psikismu berada diambang kritis, dokter yang merawatmu menganalisa kau tidak akan sanggup menerima keadaan Ibumu yang traumatis, dokter memutuskan untuk menyembunyikan semua ini sampai kejiwaanmu stabil. Kau mengingat Ibumu meninggal bersama ayahmu, keyakinanmu sulit diluruskan meskipun dokter dan Bibi Soohee berusaha menjelaskannya padamu."

Jungkook menghela napas panjang seraya menatap dokter psikiaternya, kemudian lamat-lamat dia tersenyum lebih lega, menerima fakta kehidupan sang Ibu yang begitu dirindukan. Sejenak Jungkook berpikir, mungkin ini lah saat yang tepat baginya mengetahui semuanya dan memulai lagi kehidupan keluarga yang selama ini dia impikan.

"Hyeong, temani aku bertemu dengan Ibu."

"Tentu, selama keadaanmu stabil."

"Aku sehat, aku baik-baik saja." Jungkook menggenggam kedua tangannya kuat-kuat, guna menyembunyikan jari-jarinya yang perlahan-lahan gemetar dari Seokjin tapi tidak berhasil.

"Jungkook, jangan memaksakan dirimu. Istirahatlah, tenangkan dirimu."

"Tidak—"

"Aku janji kita akan menemui Ibumu, setelah keadaanmu stabil." Seokjin mengusap punggung juga bahu Jungkook, membantu Jungkook duduk bersandar di sofa selagi menenangkan diri.

"Hyeong, tolong panggilkan Sera." Jungkook berkata pelan, dia tampak sedikit sesak napas.

"Oke. Bibi Hayeon akan memanggil Sera," kata Seokjin, sembari meminta Jungkook menarik napas lebih panjang dan teratur.

☘☘☘

Sementara di pelataran depan rumah, mobil Jimin baru saja terparkir. Jimin tiba di kediaman Jungkook dua belas menit lebih lama dari yang disepakati dengan Seokjin, dia menyeberangi selasar sampai ruang depan dalam langkah cepat dan panjang. Kekhawatiran menyelimutinya begitu ketat, cemas akan keadaan Jungkook paska mendengar fakta tentang sang Ibu.

Jimin dan Seokjin telah menyepakati bahwa hari ini, mereka akan memberitahu semua tentang Han Mirae. Seharusnya Seokjin menunggu sampai dia datang, namun dia percaya Seokjin telah memberitahu Jungkook lebih dulu. Kecemasan yang melingkupinya terlalu familiar, Jimin akan cemas berlebih bila dia merasa keadaan Jungkook tidak baik-baik saja.

"Jimin?!"

Langkah kaki Jimin yang nyaris setengah berlari mendadak berhenti, dia mengangkat pandang hanya untuk menemukan Sera berdiri di tangga. Pandangan mereka bertemu. Sera tersenyum seraya mendekatinya, gadis itu menatapnya dalam manik bening yang tampak agak bingung.

"Oppa, di sini?" ucap Sera, setengah ragu, setengah terkejut.

"Iya, aku di sini."

Jimin berusaha tersenyum tapi tidak berhasil, dia tidak menduga akan bertemu Sera secepat ini di saat dia tidak mengharapkannya. Kedatanganya untuk Jungkook, bukan untuk melihat Sera.

"Di mana Jungkook?" tanya Jimin, memangkas pandang dari sosok terkasih yang membuatnya selalu merindu, meskipun Jimin tahu dia tidak boleh lagi membayangkan gadis itu.

"Di ruang belakang—" kalimat Sera berjeda, saat suara Jungkook terdengar dari ujung selasar.

"Sera!"

Sera mengalihkan atensi dari Jimin, melihat Jungkook setengah dipapah Seokjin, pasi dan lemas. Tanpa menyadari kakinya bergerak, Sera berlarian di sepanjang selasar untuk dapat menggapai Jungkook, meninggalkan Jimin yang memandanginya di belakang sana.

"Jungkook, kau kenapa?" Sera memegangi lengan Jungkook. "Dokter Jin, ada apa, apa ada yang terjadi?" tambah Sera pada Seokjin, dia cemas sampai wajahnya ikut-ikutan memucat.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now