Mereka tidak tahu seberapa merasa terhinanya Milka saat ini. Di depan semua orang tunangannya secara terang-terangan dekat dengan gadis lain. Gadis yang tidak lebih kaya dari Milka, gadis yang tidak lebih cantik dari Milka, gadis yang tidak lebih beretika dari Milka.

Mereka tak tahu seberapa Milka ingin melarikan diri ketika orang-orang mulai membicarakan kekalahannya. Begitu mudah berganti haluan seolah segala yang Milka lakukan selama ini tak ada artinya.

Apa mereka tahu seberapa beratnya memasang ekspresi baik-baik saja ketika kegagalan terpampang di depan mata seperti ini. Bukan soal martabat keluarganya yang terancam, tapi hatinya sudah tercabik-cabik di dalam sana.

Milka terduduk tangannya memegang dada yang berdenyut nyeri.
Sebenarnya apa kurang dirinya? Ia sudah melakukan semuanya, tapi kenapa malah menemui hasil yang seperti ini.

Milka percaya bahwa selama ini dia sudah berusaha sangat keras, jadi seharusnya hasilnya tidak seperti ini 'kan?

Bukankah usaha tidak akan mengkhianati hasil? Atau itu hanya bualan agar Milka tak memedulikan rasa lelahnya?

Milka mencengkeram kepalanya yang terasa berat.

Melody, ini semua karena dia. Kenapa di harus hadir di hidup Milka?

oOo

"Hema! Melody 'kan udah bilang itu punya Melody! Kok malah dimakan sih?!"

Cewek berambut sepundak dengan pipi yang sedikit berisi itu mencebik. Tangannya berada di pinggang dengan wajah yang dibuat sangar. Meskipun gagal untuk terlihat menakutkan karena kini Hema tengah tertawa gemas melihatnya. Tubuh Melody hanya 150 centi, dengan pipi yang berisi membuatnya terlihat imut. Tahu bagaimana Panda merah menakuti lawannya? Ya kira-kira semenggemaskan itu Melody di mata Hema sekarang.

"Dibilangin ya!" Melody meninggikan suaranya. Namun, itu justru semakin membuat tawa Hema menjadi.

"Hema kenapa ketawa sih? Melody itu lagi marah tau!" Melody melipat tangannya di dada kemudian berbalik memunggungi Hema.

Hema berusaha menghentikan tawanya kemudian menghampiri Melody. Satu tangannya hinggap di puncak kepala gadis itu.

"Jangan ngambek dong," bujuknya dengan nada lembut. Suara yang mampu meluluhkan setiap gadis yang mendengarnya.

"Hemanya nyebelin!"

"Abisnya kamu marah-marah kayak tadi itu lucu," gumam Hema yang kini mulai menusuk-nusuk pipi Melody dengan telunjuknya.

"Apa?" tanya Melody seraya menoleh. Ia tak bisa menangkap apa yang dikatakan pada Hema karena cowok itu berkata dengan pelan.

"Bukan apa-apa." Hema tersenyum lebar kemudian mengacak rambut Melody dengan gemas.

"Hema!" cewek itu berseru kesal. Ia menghentakkan kakinya.

"Hahaha ...."

Bersamaan dengan itu bel masuk terdengar. Hingga Melody tak bisa mengejar Hema yang sudah melarikan diri dengan tawanya itu karena dia juga harus masuk ke kelasnya.

Seraya membereskan kotak bekal yang sudah tersisa sedikit, Melody berjalan menuju kelasnya yang berlawanan arah dengan Hema.

"Ya Ampun!" Melody terlonjak kaget, begitu berbelok dirinya mendapati Milka yang tengah bersandar. Seolah memang menunggunya di sana.

"Milka ...." Melody menyapa dengan riang. Senyuman manis dengan tatapan hangat.

"Kamu temenan sama Hema?"

"Bukan temen, Hema itu cuma suka ngejahilin Melody." Melody tiba-tiba menggembungkan pipinya dengan wajah yang berubah kesal.

"Tapi kalian keliatan akrab."

"Akrab dari mananya. Milka tau, Hema itu kerjaannya cuma bikin Melody kesal!" Melody mencebik dengan wajah kesalnya. Proporsi yang dia miliki memang akan membuatnya terlihat imut ketika berekspresi seperti itu.

"Aku nggak suka," ucap Milka dengan nada datar. Bahkan ekspresi mengungkapkan dengan jelas apa yang ia ucapkan.

Melody terdiam. Dia terlihat kaget.

"Kamu tau 'kan dia tunangan aku?"

"Iya. Tapi Melody sama Hema nggak ada hubungan apa-apa kok, Milka jangan salah paham," ucap cewek itu dengan tangan mengibas-ngibas menjelaskan.

"Terlepas ada atau enggak ikatan antara kalian," Milka menegaskan. "Tolong sadar batasannya. Hema itu ada pemiliknya." Milka menegakkan tubuhnya lalu pergi, meninggalkan Melody yang terdiam di tempat.

oOo

Melody melangkah dengan tatapan kosong. Jemarinya meremas-remas gugup. "Sebagai tunangan tentunya wajar Milka kasih peringatan ke Melody. Tapi Melody berani sumpah, Melody sama Hema nggak ada hubungan apa-apa kok," ucapnya setengah bergumam.

"Melody sadar kok siapa Melody. Dari sisi mana pun Melody kalah jauh dari Milka. Melody emangnya punya apa buat bikin Hema berganti haluan dari Milka?"

Melody menghentikan langkah kakinya, wajahnya menunduk. "Melody cuma mau temenan. Sejak Melody kenal Hema, orang-orang kaya yang sering seenaknya ngatain Melody jadk bungkam. Melody bisa sekolah dengan tenang tanpa harus denger hinaan mereka lagi."

"Hayo, mikirin apa?"

Melody terlonjak kaget begitu Hema mengejutkan dari belakang dengan menusuk kedua sisi pinggangnya.

"He-hema."

Pria itu tersenyum hangat. Tangannya seperti gatal jika diam saja. Ia pun mengacak rambut Melody gemas. Namun, melihat respon Melody yang hanya diam saja, tidak berteriak kesal seperti biasa, membuat senyum Hema perlahan luntur.

"Ada apa?"

Melody menunduk dengan kedua tangan yang meremas-remas ujung rok. "Nggak ada apa-apa," jawab Melody.

Hema yang tentunya terbiasa dengan Melody yang berani menatapnya juga mengomel itu terheran. Ia mengangkat dagunya agar pandangan mereka bertemu.

"Ada yang ganggu kamu, aku yakin."

"Ng-nggak ada kok."

"Bohong."

"Nggak ada."

"Kalo masih bohong aku cium."

Mata Melody metotot. "Eng-nggak kok, beneran nggak ada apa-apa."

Hema menghela napas. "Aku tau kok. Tadi Milka datengin kamu 'kan?"

Kelopak mata Melody semakin melebar saja.

Tangan Hema bergerak untuk mengusap pipi Melody. "Jangan dengerin dia. Kita memang tunangan, tapi bukan atas kehendak sendiri. Jadi jangan jauhin aku."

"Tapi tetep aja nggak pantes deket sama tunangan orang."

"Kamu peduliin perkataan orang?" Hema tersenyum, tapi semua yang melihat tahu ada kesedihan di sana. "Kamu nggak bisa ya peduli sama aku?"

Melody mematung karena tak mengerti tentang apa yang Hema katakan.

"Aku nyaman sama kamu, Dy. Cuma kamu yang bisa bikin aku ngerasa bebas ketawa," raut Hema menyendu. Namun, sedetik kemudian ia mencoba tersenyum, seolah tidak ingin membuat Melody terbebani akan perasaannya.

oOo

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now