KCDL 24

73 7 0
                                    

Bagaimana cara menyelamatkan bunga yang sudah layu?

***
Airin Syalwa Kamila, gadis itu kini tengah duduk di teras rumahnya dengan earphone yang ada di telinganya dan sebuah novel di genggaman tangannya. Sepulang dengan teman-temannya yang tadinya hanya ingin makan bersama berubah menjadi shopping time, curhat time, jalan-jalan, dll. Dia sudah cukup menghabiskan waktu bersama teman-temannya hari ini.

Di sore hari yang cerah ini Airin memilih untuk duduk santai dengan membaca novel kesukaannya dan tentunya sembari mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. 

Namun bukannya membaca gadis itu malam melamun, entahlah apa yang Airin pikirkan. Tak lama seorang wanita paruh baya itu ke luar dari dalam rumah itu dan menghampiri Airin.

Feni terheran melihat putrinya yang sedang melamun itu, dia pun menepuk pelan bahu Airin. "Ai?" Namun tampaknya Airin belum tersadar hingga membuat Feni menggelengkan kepalanya.

Sekali lagi Feni berusaha menyadarkan Airin dari lamunannya. "Sayang?"

Airin mendongkak kaget melihat mamanya yang ternyata di sini. Airin langsung melepaskan earphone yang masih menyangkut di telinganya.

"Iya ma?"

Feni senyum lalu duduk di kursi sebelah Airin.

"Lagi mikirin apa sayang?" Tanyanya sangat lemah lembut.

Airin terdiam, dia tidak ingin menyembunyikan apapun dari mamahnya apalagi sampai harus berbohong tapi dia juga tidak mau kalau nantinya mamanya akan khawatir pada masalah yang sedang Airin hadapi.

Tanpa berkata apapun Airin langsung memeluk sang mama dari samping dan terisak tangis.

"Airin gatau ma, Airin bingung." Airin tak bisa menahan air matanya, dia terisak tangis sehingga Feni mengerti apa yang Airin rasakan.

"Sayang,"

"Mah, kalo misalnya Airin cape bolehkan Airin tinggalin Rafga? Tapi Airin takut Rafga duluan yang bakal tinggalin Airin mah ..." Airin sedang tidak baik-baik saja. Dalam hatinya dia sangat tidak bisa menerima kehadiran Tamara yang kembali pada hidup Rafga. Tapi Airin tidak mau membahas ini dengan Rafga karena cape jika nantinya harus ada perdebatan.

Rafga tidak pedulikan Airin, bahkan lelaki itu lupa akan hari yang penting dalam hubungan mereka.

Bagaimana caranya agar Airin tidak merasa sakit hati?

"Sayang banget yah, sama Rafga?"

Airin tersenyum mendengar pertanyaan dari mamanya, tidak peduli seberapa kecewa Airin pada Rafga karena rasa sayangnya lebih dari itu.

"Sayang kalo menurut mama coba deh kamu diskusi sama Rafga, kalian jangan malah saling menutupi rasa kekecewaan masing-masing. Kalo ada masalah apa gitu di bicarain cari solusinya jangan sampe Miss komunikasi. Mama tau banget gimana rasa sayang kamu ke Rafga begitupun Rafga, mama tau banget dia se sayang apa sama kamu."

Benar apa yang di sampaikan mamanya, dia harus bicarakan ini pada Rafga. Tapi dia tidak ingin berdebat dengan Rafga, dia juga tidak ingin di sangka egois karena rasa sakit hatinya melihat Rafga selalu dengan Tamara. Tapi Airin juga perlu kejelasan tentang arah hubungannya.

"Ma, Airin mau denger mama ceritain satu kisah yang menarik dan buat Airin penasaran selama ini."

"Cerita apa?"

"Gimana sih awal nya mama ketemu sama papa? Terus gimana sih sosok papa di mata mama?"

Deg

Pertama kalinya dalam hidup Airin menanyakan tentang sosok ayahnya, jujur saja Feni tidak ingin menjawab apapun tentang ayahnya Airin tapi dia juga sadar Airin berhak tau tentang sosok ayahnya.

Kita, cinta dan lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang