Alasan Pindah

112 7 2
                                    

Di suatu sore sebelum tanggal perpindahan, keluarganya pak Hardiyana lagi ngumpul di ruang tamu yang nyisa sofa, TV, sama beberapa kabinet yang barangnya masih diperluin sampe hari H pemberangkatan.

Ada cookies coklat yang gak pelit choco chip buat cemilan di meja. Kesukaan Raykan ini.

Lagi asik-asik nonton malah iklan. Hal itu bikin Reygan kesel jadi cari pelampiasan sambil tetep ngunyah makanan.

"Nda, kenapa sih harus pindah? Udah enak 'kan hidup di sini."

"Karena bentar lagi kamu 17."

"Hubungannya apa, Beh?"

"Daripada dilepas di Bunbin sini kan kasian, dikurung. Jadi kamu mending Ayah lepas di kampung Nini aja biar langsung eksplorasi alam."

Reygan minun dulu tuh. Dinginin otak yang tiba-tiba panas.

"Oh, pasti bapak ini dulu juga korban yang dilepas-liarkan. Pasti banyak cobaan ya, pak?"

"Jelas, saya udah nyoba asam manisnya bertahan hidup sampe dapat istri yang luar biasa. Justru cobaan paling berat saya ketika punya anak model begini."

"Gapapa, I feel you brother. Cobaan emang harus dicobain."

Gantian Reygan nengok ke Bunda, "Tapi kayaknya cobaan Bunda itu nikah sama bapak ini, bener 'kan, Nda?"

"Anak durhaka."

"Omongan itu doa lho, Pak."

"Wong saya nanya kok."

"Gak dibaca tanda tanyanya berarti ndak nanya toh?"

"Saya nanya ."

"Ngadi-ngadi yo, sampeyan ini."

"Ngada-ngada."

"Tuh, 'kan!"

Raykan angkat tangan, kibar-kibar bendera putih polos.

Ayahnya sama si kembaran masih cekcok, mana makin sana bahasanya makin campur aduk. Jawa medok sampe sunda sesunda-sundanya, dicampurin. Gado-gado aja kalah kayaknya.

Mending nanya Bunda ajalah Raykan.

"Bun, wajib banget bikin KTP-nya di sini?"

Bunda mau jawab tapi kesalip Ayah lagi. "Iya, apalagi si Gan-gan. Bahaya kalo enggak dibikinin di sini."

"Kenapa lagi sih?!" Reygan nyolot, udah natap penuh dendam kesumat ke si Ayah. Yang ditanya 'kan Bundanya kenapa Ayah mulu yang jawab.

"Kalo di kampung, takut disangkanya bukan penduduk tapi  penghuni." Ayah ketawa kebapak-bapakan.

Raykan tepuk jidat. That's jokes, bro? For real?

"Bunda, anak gantengnya dibuli om-om nih!"

Raykan minggat aja dari sana.

Peduli amat sama film singa yang baru mulai lagi. Gak peduli juga cookies yang sisa dua biji. Pokoknya dia mau jauh-jauh dari obrolan unfaedah bapaknya sama si kembar.

Bunda sebagai saksi cuma diem. Gak mau ikutan soalnya udah pusing sama; yang cekcok siapa, yang ngambeknya juga siapa.

Liat anak singa yang udah gede bikin Bunda melamun, flashback.

Para buah emang jatuhnya gak jauh dari pohonnya. Kecuali pohonnya di turunan.





See you asap!
24/03/01


Raykan minggat be like:

Raykan minggat be like:

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
11-17 The AdhitamaOnde histórias criam vida. Descubra agora