"Uang dari mana tuh? Lo colong dimana?" Tanya Geri tak lupa menuduh.

"Enak aja, ini uang gak Ian colong tau, ini tuh dikasi sama Om baik" Jawab Abian nyolot. Gak senang di tuduh nyolong, padahal emang sering nyolong jugak:)

Geri menghela nafas, lantas menarik bocah teman serumahnya itu masuk. Menggenggam tangan yang lebih kecil itu.

"Cerita pergi kemana sampai gak pulang?" Tanya Geri.

"Kemaren Ian di kejar sama bang Joko, terus gak sengaja lari ke jalan, habis itu ketabrak..." Jawab Abian terpotong saat Geri memeriksa tubuh Abian.

"Ian gak luka parah kok, cuman luka dikit nih udah mau sembuh" Lanjut Abian sambil menunjukan telapak tangannya yang tergores, lalu siku bagian lutut tidak Abian tunjukan karena ia memakai celana panjang, celana pendeknya kemarin Abian tinggal di rumah Arrow, karena ia disuruh pakai celana sama baju baru, mungkin pakaiannya kemarin udah dibuang soalnya buluk.

Geri lagi-lagi menghela nafas.

"Jadi uangnya dikasi sama yang nabrak?" Tanya Geri.

"Iya, Ian juga nginep disana sebelum diantar pulang" Jawab Abian.

Geri mengangguk paham.

"Abang nanti malam kita makan enak ya" Seru Abian sambil memamerkan uang tiga ratus ribu itu.

Geri tersenyum tipis melihatnya, pria itu mengangguk saja.

•••

Hari berikutnya berjalan seperti biasa, Geri dan juga Abian kembali ke aktivitas biasa mereka, apalagi jika bukan menjadi kuli di pasar, apa saja yang penting menghasilkan uang. Hingga tak jarang jika cara halal tak ketemu maka copet jalan ninjanya.

Hari ini panas matahari begitu terik membakar kulit. Banyak orang yang mengeluh karena panasnya. Termasuk Abian, bocah itu bahkan kini tengah duduk selonjoran diteras sebuah ruko yang kebetulan tutup. Tangannya memegang es kiko seribuan bewarna hijau, menikmati es dingin itu ditengah panasnya hari. Sedangkan Geri masih sibuk mengangkat karung beras keatas mobil pickup, sebelah ruko tutup itu ada toko yang menjual berbagai jenis beras dan bahan pokok lainnya, disinilah biasanya Geri maupun Abian bekerja, mengangkuti barang jika pemilik toko butuh jasanya.

Mata jernih Abian menatap abang tidak sedarahnya itu, lalu menatap lengan atasnya bergantian.

"Perasaan Ian juga sering angkat yang berat-berat kaya Abang, tapi tetep aja gak ada ototnya" Ucap Abian pelan, ternyata anak itu membandingkan otot lengannya dengan milik Geri yang terlihat sempurna.

Karena sibuk dengan lengannya, anak itu sampai tak sadar jika Geri sudah berjalan kearahnya.

"Ayo makan" Ajak Geri begitu berdiri didepan adiknya.

Abian mengangguk lalu meraih tangan Geri yang terulur padanya. Keduanya berjalan beriringan, menuju warung makan yang ada di dalam pasar.

"Buk biasa ya dua" Seru Geri lalu duduk disusul oleh Abian.

Tak lama dua piring nasi putih dengan lauk telur bulat semur tiba, ditemani dengan dua keping kerupuk dan juga sepotong tempe goreng.

Abian langsung melahap nasinya, anak itu terlihat menikmati makanannya.

Begitu pun dengan Geri, pria dua puluh lima tahun itu juga menyuap nasinya. Sesekali tangannya naik membersihkan butiran nasi yang nemplok di dekat mulut Abian. Anak itu memang sedikit berantakan saat makan.

Terkadang saat menatap Abian, Geri selalu merasa memiliki kebanggaan pada dirinya, yang bisa membesarkan bocah yang sudah ia anggap adik kandung itu.

Banyak kesulitan yang Geri rasakan saat mengasuh Abian yang masih bayi. Ia yang saat itu masih berusia empat belas tahun, tentu tidak punya ilmu apa-apa untuk merawat bayi. Mana polisi sempat-sempatnya menuduh ia membuang anaknya sendiri, padahal ia saja belum ada tujuh belas tahun, ya walaupun wajahnya memang terlihat lebih tua dari pada umurnya, mungkin faktor banyak beban hidup, sama gak dirawat makanya keliatan tua.

Abian mengambil kerupuk bagian milik Geri, pria itu hanya diam. Membiarkan adiknya itu melakukan apapun yang ia mau.

Geri minum setelah merasa kenyang, piringnya juga sudah bersih. Tak lama Abian juga selesai makan, anak itu meneguk airnya sampai habis.

"Ahh kenyanggg" Ujarnya membuat Geri tersenyum.

Pria itu lantas mengeluarkan uang dua puluh ribuan, lantas memberikannya pada ibu pemilik warung.

"Abang mau lanjut kerja, lo balik aja sono" Ucap Geri setelah keduanya keluar dari warung.

"Gak mau, Ian mau ikut aja" Balas anak itu.

Geri menghela nafas saja.

Keduanya kembali ke toko yang tadi.

"Ger lo ikut gue dah nganter ni barang, si Bono malah balik duluan anaknya demam" Seru Riki salah satu pekerja ditoko.

Geri mah mau aja, asal dibayar mah gas.

"Aku ikut ya Bang" Celetuk Abian.

Riki memandang wajah bocah itu.

"Gue mah gak papa, noh abang lo" Balas Riki lalu mulai naik kedalam mobil pickup.

"Yaudah naik" Ujar Geri saat adiknya itu menatapnya bak anak kucing yang minta makan padahal barusan selesai makan.

Abian memekik girang, anak itu memang paling suka jika pergi mengantar pesanan kerumah pelanggan, katanya berasa jalan-jalan gratis.

¤¤¤

•••Kalau nemu Typo tandain, nanti biar aku benerin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••
Kalau nemu Typo tandain, nanti biar aku benerin.

•••
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN
MAKASI🙏

KATRESNAN [END]✔Where stories live. Discover now