#2

156 17 1
                                    

"Selamat datang, silahkan duduk dan cari buku apa yang Tuan Guntura dan... intinya apapun yang anda berdua cari. Saya mau menyiapkan makanan dan minuman duluuu!"

Gadis itu pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan yang di penuhi buku-buku.

"Eh?"

Duri merespon ucapan gadis yang bernama Leva, Halilintar mengelilingi setiap sudut rak buku yang ada di kelilingnya. Ia mencari sebuah buku dan peta dari dunia itu, "Siapa tw gua dapat petunjuk dari sini." Guman Halilintar dengan kekeuh dan tatapannya yang dingin. Duri membaca sebuah buku, buku yang terlihat sangat tua. Berkisah tentang sebuah kerajaan yang memimpin wilayah itu,,

"Bang lintar, sini bentar deh"

"Humm? alr."

Suara langkah kaki Halilintar berdengung di ruangan itu. Duri menatap serius buku yang ia temukan, "Buku yang ini abang cari ga?" Duri menunjukan buku yang ia maksud kepada Halilintar―

"Hah, Kerajaan satriantar?"

Guman Halilintar sambil melihat isi buku tersebut, Duri ikutan bingung sebelum berkata bahwa Satriantar itu adalah "Keluarga Satria mahatir kali." katanya begitu...

"Seenak jidat lo satria mahatir."
Halilintar menjitak dahi Duri, Leva kembali membawakan tiga cangkir susu dan semangkuk berisi cookies yang Leva bawakan. "Saya baru memanaskan cookies yang saya buat, siapa tau Tuan Guntura dan... Oh saya ingat nama anda!" Duri yang merasa Leva mengatakan tentang dirinya pun merasa senang, "WOAH, KAKA LEVA INGAT NAMAKUUUUU????"

Halilintar merasa curiga dengan Leva yah siapa yang ga curiga? Baru aja ketemu beberapa jam yang lalu, dan langsung ingat aja. Mana namanya beda lagi... Pikirnya begitu.

"Anda itu Atma kannn???"

Leva duduk di sebelah Duri dan menanyakan identitasnya. Halilintar merasa kesal dan membuat ekspresi muka yang jengkel,

"Lo udah manggil gw Guntura, sekarang adek gw lo panggil Atma. Apa apaan maksud lo, bahkan gw ga ngerti sama.sekali."

Duri hanya bisa tersenyum dan kebingungan atas situasi yang terjadi, "Santai... tapi... Saudara?? bagaimana bisa anda ber saudaraan dengan Tuan atma? sedangkan darah kalian saja berbeda. Apalagi marga kalian" Leva merasa kebingungan dengan ucapan Halilintar, begitu juga sebaliknya. Situasi mencair saat Duri bilang bahwa tak peduli siapa dirinya dan diri Halilintar yang asli, tujuan mereka hanyalah mencari batu safir saat ini―

Mata Halilintar kembali tertuju dengan buku yang berjudul Kerajaan satriantar. Leva yang melihat Halilintar sedang membaca sebuah buku yang ia pegang itu, ia reflek menawari suatu tawaran.

"Anda ingin tahu tentang dunia ini, Tuan Guntura??"

Halilintar reflek tersentak dengan pernyataan itu, "To the point aja. Mau minta bayaran apa?" Dengan nada yang tegas, Halilintar menjawab pertanyaan Leva. Duri menghela nafas dan bergumam, 'Aura orkaynya emang nembus dunia dah ini orang'

Leva tersenyum puas, "Gaada bayaran, tadi itu hanya sebuah tes saja. Tapi jika Tuan Guntura menginginkannya saya akan bercerita." Halilintar pun berfikir sejenak, entah apa yang di dalam benak pikirannya. Halilintar mengambil keputusannya bahwa ia ingin Leva menceritakan itu, walaupun mencurigakan karna tanpa satu 'bayaran' pun.. yah daripada gatau identitas diri sendiri di dunia ini, rugi dong. Yang bener aja?,

"Oke, gw mau lo cerita."

Duri bangun dari kursinya, "Asikkkk, Ada dongeng nihh?? Duri mau denger juga donggg" Halilintar duduk di sebelah Duri, sambil memberikan aba - aba untuk duduk kembali di kursinya.

𝐌𝐄𝐑𝐏𝐀𝐓𝐈Where stories live. Discover now