"Kan... Kan... Lo gegabah mulu Cel. Diem dulu bisa?" Sahut Bevan.

"Salah lagi... Gue cuma mau ketemu Vanya, Kak. Salah ya gue ketemu sama sahabat gue?"

"Iya tahu, kita semua tahu lo pengen ketemu Vanya. Tapi-"

"SSTTT!!! Len, kita sarapan yuk?" Gavin menurunkan Elen lalu menggandengnya pergi menuju meja makan.

Hal itu dilihat oleh Bevan dan Acel. Elen itu lucu, saking lucunya Acel sampai gigit jari. Apalagi sekarang mereka saling bergandengan kayak gitu.

"Jorok," Celetuk Bevan lalu beranjak pergi dari sana. Ia masuk ke dalam lift, naik ke lantai tiga.

"Ya udah sih," Sewot Acel menatap kepergian Bevan.

"Bentar, anak kecil tadi beneran? Njir gue masih gak ngeh. Itu bener anaknya Vanya sama Gavin? Cakep banget? Gila temen gue," Gumam Acel antara bertanya-tanya dan tidak menyangka.

•••••

Di sebuah rumah mewah, seseorang tidur dengan sangat anggun. Kamar yang selama 6 tahun tidak ditempati itu akhirnya kembali ia tempati.

Kemarin Vanya sempat terbangun dan mencari Elen. Tapi dengan kejam Clara memberikannya obat tidur. Berakhirlah wanita itu tidur lelap semalaman.

Ceklek.

Pagi ini Clara masuk diikuti Charles dan seorang pelayan dibelakang. Ia berdiri di samping kasur Vanya. Pelayannya pula hanya menaruh sebuah nampan berisi sarapan untuk Vanya lalu keluar meninggalkan para majikannya di sana.

"Aku punya istri, tapi gak sejahat kamu," Ucap Charles di samping Clara. Pandangannya fokus menatap Vanya yang masih saja memejamkan mata.

"Aku juga punya suami, tapi gak sebrengsek kamu," Balas Clara santai.

"Kenapa harus bawa Vanya dengan cara kayak gini?" Tanyanya melihat sang istri duduk di tepi kasur putri mereka.

Clara mengusap dahi Vanya dengan penuh rasa sayang. Kalau kala itu Vanya tidak diusir mentah-mentah oleh suaminya, kejadian ini pasti tidak akan terjadi.

"Eungh..." Vanya melenguh kecil. Ia merasakan ada pergerakan tangan di dahinya.

Mata cantik wanita itu terbuka perlahan-lahan. Pertama kali yang ia lihat adalah atap kamar. Baru setelahnya ia lihat ada Charles dan Clara.

Eh? Mama papanya?

Spontan Vanya terduduk. Hal itu membuat Clara terkejut dan langsung mencemaskan putrinya. Persetan ada Papanya disini, yang jelas ia harus melihat Elen dengan mata kepala sendiri.

"Vanya? Kenapa? Mama ganggu ya?" Tanya Clara panik.

"K-kenapa aku bisa ada disini? Elen mana? Kok gak ada?" Vanya menoleh ke sana kemari berharap menangkap sosok anak kecil itu. Sayangnya, semua hanya harapan belaka.

"Mama?!" Bentak Vanya karena tak mendapat jawaban dari Clara.

"Elen..." Entah apa yang harus Clara katakan. Dia bahkan lupa kalau putrinya sudah memiliki anak.

"Elen aman. Dia ada sama Gavin," Sahut Charles ditatap horor oleh Clara. Suaminya ini sok tahu sekali. Memang dia chatan sama Gavin? Hpnya saja dibawa Clara terus sejak kemarin.

Nafas Vanya bergerak tak beraturan. Ia bingung, pikirannya berkata, kalau Elen terus-terusan bersama Gavin itu tidak baik tapi pikiran lainnya berkata, Gavin tidak akan berani menyakitinya atau Elen lagi.

"Aku mau ketemu Elen. Tolong antar aku ke sana," Pinta Vanya terdengar memaksa. Ia juga menggoyang-goyangkan lengan Clara agar mau mengantarnya ke tempat Elen.

HER LIFE - END (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now