Dua Puluh Satu

28 4 0
                                    

"Perisai milik kakek?!" Putri Mahkota Irena terkejut.

"Ayah, maksudmu perisai perak kakek yang..."

Perkataan Putri Mahkota tidak terselesaikan. Kaisar Greffin mengangkat tangan nya mengisyaratkan bahwa semua orang harus diam. Dengan langkah yang sangat hati-hati, Kaisar mendekati Putri Windy dan perisai perak itu. Dari sorot matanya, dapat dengan jelas terlihat bahwa Kaisar sedang memperhatikan dengan detail setiap inci dari perisai yang kini berada ditangan Putri Windy.
Akhirnya, Kaisar menemukan sesuatu yang memang sedari tadi dicarinya.
Ukiran nama Garvin, yang merupakan nama Kaisar terdahulu. Lalu disamping ukiran nama Garvin, terukir nama Windy.

"Windy, kau harus tahu bahwa ini adalah benda kesayangan kakekmu sejak masih muda." Kaisar Greffin terus menatap ke arah perisai.
"Perisai ini yang menjadi penghubung antara kakek dan nenek kalian." Lanjutnya.

"Tapi saat kakek mulai menua dan ingatan nya menurun, perisai ini hilang karena dia tak ingat dimana menyimpan nya terakhir kali." Putri Mahkota Irena menyambung.

"Kau tahu tentang ini Irena?" Tanya Putri Sherinn.
"Aku ingat sedikit tentang ini. Apalagi tak lama setelah perisai ini hilang, kakek meninggalkan kita semua." Jawab Putri Mahkota.

"Lalu apa kekuatan dari perisai ini?" Putri Windy mengangkat perisai itu sejajar dengan dada nya.

"Sherinn, bidik Windy menggunakan panah milikmu. Jangan ada yang menghalangi." Titah Kaisar.

"Ayah?! Maksudmu aku harus memanah Windy?!" Putri Sherinn terkejut.
"Lakukan saja apa yang aku katakan." Tegas Kaisar Greffin.

Perlahan, Putri Sherinn mengangkat busur di tangan nya dan menarik anak panah berwarna keemasan itu ke arah Windy.
Meski penuh keraguan, Putri Sherinn melesatkan senjata nya itu tepat ke arah saudari nya.

"WINDY!" Putri Mahkota Irena dan saudarinya yang lain berteriak.

Namun tepat disaat panah itu akan menusuk kepala Putri Windy, perisai yang awalnya terlihat seperti benda biasa tiba-tiba bergerak dengan sendirinya menghalau panah tersebut agar tak mengenai Putri Windy. Cahaya putih pun bersinar terang keluar dari perisai tersebut.

Semua orang nampak terkejut termasuk Putri Windy. Mata nya membulat tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutan nya.

"Perisai itu secara otomatis akan melindungi pemiliknya jika berada dalam bahaya." Ujar Kaisar Greffin.

"Benda-benda yang lain pun memiliki manfaat serupa. Warisan ibu kalian itu akan sangat berguna jika kalian bisa mengendalikan nya." Lanjut Kaisar.

Semua terdiam menatap benda milik masing-masing. Karena merasa sudah cukup jelas dengan semuanya, Kaisar mengajak anak-anak nya kembali ke istana.
"Kita kembali ke istana sekarang. Jangan pernah sekalipun kalian membuka mulut mengenai hadiah dari Ibu Permaisuri."

Sementara Kaisar dan saudarinya yang lain berbelok ke arah kanan menuju istana, Putri Windy hanya diam di persimpangan jalan dan melihat sekeliling. Ravel yang sudah berjalan di depan kembali mundur dan menghampiri Putri Windy. "Ada apa Yang Mulia?"

"Kau dengar sesuatu Ravel? Dari arah hutan." Ucap Putri Windy.

Sebisa mungkin Ravel tidak mengeluarkan suara sekecil apapun. Namun tetap saja, dalam pendengaran Ravel hanya hening yang mengelilingi mereka.

"Tidak ada apa-apa Yang Mulia. Memang apa yang kau dengar?" Tanya Ravel.
"Suara minta tolong yang begitu putus asa." Jawab Windy.

"Sudahlah jangan kau pikirkan. Siapa yang tahu itu adalah manipulasi para iblis jahat penghuni hutan." Ujar Ravel.
"Tapi suara nya kini semakin jelas. Aku yakin sekarang kau mendengarnya." Putri Windy tetap yakin dengan pendengaran nya dan segera berlari mencari sumber suara itu.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: May 17 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Dark Velvet : Feel The RhythmHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin