Sembilan Belas

66 4 3
                                    

Keesokan harinya, saat matahari baru saja muncul menyapa dunia, terlihat di lorong utama istana Fiestar ada seorang perempuan yang menggunakan jubah berwarna hijau berjalan perlahan menuju pintu keluar.

"Kau mau kemana?" Suara Pangeran Trezio memecah keheningan.

Saat menoleh, terlihat jelas pemakai jubah itu adalah Putri Mahkota Irena. Wajahnya mengekspresikan rasa terkejut karena bagaimana bisa Pangeran Trezio mengetahui penyamaran nya.

"Kau mau kemana Irena?" Pangeran Trezio mengulang pertanyaan nya.

"Kenapa kau bisa mengetahui ini aku?" Putri Mahkota bertanya balik.

"Jangan alihkan topik. Jawab saja kau akan pergi kemana sepagi ini?" Cecar Pangeran Trezio.

Putri Mahkota Irena hanya diam tak menjawab. Dari kejauhan, nampak Putri Windy mendekat ke arah mereka berdua sambil membenarkan posisi busur panah dipunggung nya.

"Aku akan berangkat bersama Windy!" Putri Mahkota Irena bergegas berlari lalu memeluk adiknya itu.

Putri Windy tentu saja terkejut dengan perilaku Putri Irena yang memeluk nya tiba-tiba. "Apa yang kau lakukan..."

"Diam saja dan ikuti rencana aku. Bawa aku keluar dari istana untuk hari ini." Putri Mahkota berbisik tepat ditelinga Putri Windy.

"Kalian mau kemana?" Pangeran Trezio berbalik dan kini memantapkan atensi nya ke arah Putri Windy.

"Kami akan pergi." Putri Windy menjawab seadanya. Wajahnya nampak tenang.
Namun, otak nya bekerja keras mencari alasan yang masuk akal terkait membawa Putri Mahkota Irena keluar.

Pangeran Trezio memiringkan kepalanya curiga.
"Kalian akan pergi kemana? Bisa beri tahu aku kemana tujuan kalian pergi?"

"Kau sangat ingin tahu kemana kita akan pergi?" Balas Putri Windy.

"Tentu saja. Kau akan membawa istriku pergi. Aku tidak mau dia dalam bahaya." Ujar Pangeran Trezio.

Rahang Putri Windy tiba-tiba mengeras mendengar perkataan dari suami kakaknya itu.
"Apa maksudmu? Kau seolah mengatakan bahwa aku adalah bahaya bagi Irena?"
"Faktanya begitu." Sinis Pangeran Trezio.

Putri Windy hampir saja melayangkan sebuah pukulan karena emosi mendengar ucapan Pangeran Trezio. Beruntung tangan nya ditahan oleh Putri Mahkota Irena.
"Tahan dirimu."

Helaan nafas berat dapat terdengar jelas di sana. Putri Windy masih dengan emosi yang tinggi akhirnya berucap "kami akan pergi ke kastil. Aku ingin mencari sesuatu yang sudah lama disimpan. Apakah jawabanku ini sudah cukup untukmu Trezio Veloz?"

Mendengar ucapan Putri Windy, Pangeran Trezio mengangguk.
"Jaga istri dan calon bayiku dengan baik. Jangan sampai dia terluka."

"Jika Putri Mahkota Irena terluka karena aku, maka kau boleh menusukan pedangmu itu kepadaku." Putri Windy menyeringai.

"Lelucon mu selalu mengerikan Windy!" Putri Mahkota Irena mencubit tangan adiknya.
"Aku tidak sedang mengucapkan lelucon. Suamimu perlu diyakinkan dengan perkataan vulgar seperti ini." Balas Putri Windy.

Tak lama, Ravel datang dan bergabung bersama mereka. Wajah nya masih menampilkan muka bantal yang menggemaskan dan hal itu berhasil membuat emosi Putri Windy menurun.
"Kenapa kau menggemaskan seperti ini Ravel? Rasanya aku ingin melahap pipimu itu."

"Hah? Apa maksudmu?" Mata Ravel tiba-tiba melotot.
"Ah tidak, lupakan saja." Putri Windy terkekeh.

"Ayo pergi." Putri Windy akhirnya menarik tangan Putri Mahkota Irena dan bergegas pergi.

Dark Velvet : Feel The RhythmKde žijí příběhy. Začni objevovat