Tujuh Belas

58 4 0
                                    

Sudah terhitung tiga hari dua malam Putri Windy belum sadarkan diri.

Pangeran Saga dengan sabar setia menemani Putri Windy. Tangan nya terus menggenggam lengan sang kekasih dengan harapan ia akan segera bangun.
Pada akhirnya malam ini kesabaran Pangeran Saga membuahkan hasil.

Tangan nya terasa digenggam balik oleh Putri Windy. Namun bukan nya merasa lega, Pangeran Saga justru menjadi panik karena Putri Windy seperti sedang mengalami sebuah kejadian buruk.

"Tidak!! Jangan lakukan itu!"

"Hentikan!!"

Melihat gadisnya berteriak dengan mata tertutup, Pangeran Saga langsung memeluk kepala Putri Windy dan mengelus nya dengan lembut. Tubuh Putri Windy pun kini berontak tak terkendali.
Mendengar ada suara ribut dari kamar Putri Windy, Pangeran Joshua bersama Putra Mahkota Jeremy masuk dan terkejut dengan apa yang terjadi.

"Ada apa ini?! Apa yang terjadi kepada Putri Windy?!" Pangeran Joshua bergegas menghampiri Pangeran Saga.

Dengan cepat Pangeran Saga menggelengkan kepalanya, "aku tidak tahu! Dia tiba-tiba seperti ini!"

Saat Putra Mahkota Jeremy berusaha menenangkan Putri Windy, tiba-tiba mata Putri Windy terbuka dan wajah nya dipenuhi dengan keringat.
Tak ada jeda, Putri Windy langsung terduduk dan mengedarkan pandangan nya seolah mencari seseorang.

"Dimana Ravel?! Dimana dia?!!" Panik Putri Windy.

"Tenanglah Yang Mulia, apa yang terjadi padamu?!" Pangeran Saga berusaha menahan tubuh Putri Windy yang hendak beranjak dari ranjang nya.

"Aku ingin bertemu dengan Ravel! Dimana dia?!" Teriaknya.

"Dia belum pulang." Jawab Pangeran Saga. 

"Kemana dia? Sejak kapan di pergi?" Tanya Putri Windy. 

"Setelah selesai menutup luka di telapak tanganmu, dia langsung pamit pergi dan belum kembali sampai saat ini." Balas Pangeran Saga. 

Tatapan Putri Windy kini semakin menampakan ekspresi cemas yang luar biasa. Tubuh nya kini semakin berkeringat diiringi deru nafasnya yang tak beraturan. 

"Ada apa Yang Mulia? Kenapa tiba-tiba kau mencemaskan Ravel?" Tanya Pangeran Saga. 
"Aku bermimpi. Mimpi itu rasanya sangat nyata." Jawab nya. 

Pangeran Saga mengernyit, "Mimpi? Bisa kau ceritakan kepadaku?"

Putri Windy dengan sorot mata penuh keraguan menatap ke arah Pangeran Joshua dan Putra Mahkota Jeremy.

Sadar bahwa pandangan Putri Windy ditunjukan kepada mereka berdua, Pangeran Joshua dan Putra Mahkota Jeremy bergegas untuk keluar dari kamar. Namun ternyata, dari arah luar terdengar suara langkah kaki mendekat. 

"Windy!!! Kau sudah bangun?!" Teriakan Putri Joanne sukses mengejutkan keduanya. Dari arah belakang, nampak saudaranya yang lain ikut masuk dan tersenyum melihat keadaan Putri Windy. 

"Bagaimana keadaanmu? Wajahmu masih nampak suram. " Tanya Putri Yemi. 

"Benar, wajahmu sangat suram Windy. Ada apa?" Putri Mahkota turut bertanya. 

"Aku bermimpi aneh. Semua itu seperti nyata. Ada seseorang yang menarik pedang di tanganku lalu menghunuskan nya tepat ke tubuh Ravel. Aku tak tahu siapa yang melakukan nya. Yang jelas, aku hanya melihat sebuah aksesoris lonceng emas di pakaian nya." Ucap Putri Windy menceritakan mimpi nya. 

"Jadi itu alasan nya kau sangat khawatir dengan Ravel." Ujar Pangeran Saga. 
"Ravel sepertinya pergi menemui wanita bernama Aluna itu." Celetuk Putri Mahkota Irena. 

"Kau yakin Ravel pergi menemui Aluna?" Tanya Pangeran Saga. 

"Aku memiliki pemikiran yang sama dengan Yang Mulia Putri Mahkota. Ravel pasti pergi menemui wanita itu." Sahut Pangeran Trezio. 

Raut wajah Putri Windy kini semakin menunjukan ekspresi bingung. "Siapa sebenarnya Aluna? Akhir-akhir ini aku sering mendengar nama itu."

"Wanita itu adalah orang yang membuat Reve berubah menjadi Ravel." Ujar Pangeran Saga. 

"Kekuatan apa yang dia miliki sampai dia bisa mengubah wujud Reve? Bisakah aku bertemu dengan nya?" Tanya Putri Windy. 

"Tidak!"
Secara bersamaan, Pangeran Saga dengan Pangeran Trezio serta Putra Mahkota Jeremy dengan cepat menolak permintaan Putri Windy. 

"Kenapa tidak? Apa alasan nya? Ada yang kalian sembunyikan dariku?" Putri Windy menatap curiga. 

"Begini saja."
"Kau baru siuman setelah 3 hari. Jangan dulu banyak beraktivitas. Kita tunggu Ravel pulang, baru kau bisa menemui Aluna bersama dia." Putri Mahkota memberikan saran. 

"Baiklah, aku akan menunggu Ravel pulang." Putri Windy mengangguk setuju. 

---------

Setelah 3 hari berada diluar istana, Ravel kini terlihat sedang berada dikawasan hutan tengah dan melompat dari satu pohon ke pohon lain. Terlihat dibelakang nya ada sosok wanita yang mengikuti Ravel. 

Itu adalah Aluna. 

Aluna memutuskan untuk ikut kemanapun Ravel pergi. Bahkan, Aluna berani mengikuti Ravel jika ia akan pulang ke istana. Alasan itu lah yang membuat Ravel tak bisa pulang karena tak mungkin ia membawa Aluna ke istana Fiestar.

"Kau bisa berhenti mengikuti aku Aluna? Aku harus segera pulang." Keluh Ravel. 

"Aku akan selalu mengikuti mu. Kau sudah menyelamatkan aku. Biarkan aku juga berada di sisimu dan menjaga dirimu dari bahaya." Balas Aluna. 
"Berhenti menggunakan balas budi sebagai alasan. Aku tak biasa diikuti seperti ini. Lagipula, aku yakin keluargaku tidak akan menerimamu dengan mudah." Ucap Ravel. 
"Kau belum mencoba nya. Siapa yang tahu reaksi mereka akan lebih baik dari yang kau bayangkan." Aluna tetap teguh dengan keinginan nya. 

"Baiklah jika mau mencoba. Jika kau sakit hati, aku tak akan bertanggung jawab." 

Akhirnya Ravel tak punya solusi lain. Ia membawa Aluna pulang ke istana setelah 3 hari mereka berkeliaran di hutan tanpa tujuan yang jelas. 
Kini mereka sampai di gerbang masuk istana Fiestar. Gerbang yang menjulang tinggi itu masih tertutup rapat sehingga bagian dalam nya tak terlihat. 

Aluna nampak terkejut ketika Ravel membawa nya menuju istana. 
"Tunggu, ini istana? Kau anggota keluarga kerajaan?!"

"Bukankah seharusnya kau tahu? Kupikir kau mendengarkan percakapan kami saat itu." Tanya Ravel. 
"Aku langsung pergi menjauh dari kalian. Kupikir kau hanya seorang penjaga biasa yang selalu berada disamping para Pangeran." Balas Aluna. 

"Ceritanya panjang jika harus aku jelaskan. Kalau begitu, izinkan aku kembali memperkenalkan diri. Aku Ravelious Cameron Alieston. " Ravel menatap Aluna

Aluna kini hanya terdiam dan hanya menatap Ravel. 
Tak lama, gerbang istana akhirnya terbuka dan nampak Putri Mahkota bersama Pangeran Trezio sedang menunggangi kuda. 

"Ravel?! Akhirnya kau pulang juga!" Ucap Putri Mahkota. 

"Salam Yang Mulia." Ravel membungkukkan tubuhnya. 
Sementara Aluna hanya terdiam menatap Pangeran Trezio dan Putri Mahkota Irena. 

"Hei! Berikan hormat! Dia adalah Putri Mahkota Irena dan Pangeran Trezio!" Ravel memaksa Aluna membungkuk. 

Pangeran Trezio akhirnya turun dari kuda yang dinaiki nya dan bergegas mendekati Aluna."Masih mengingatku?"

Aluna kini masih menundukkan kepalanya tak berani bertatapan langsung dengan Pangeran Trezio. 
Dari arah pintu masuk utama istana, terlihat Putri Windy berlari diikuti oleh Pangeran Saga dan Putra Mahkota Jeremy. 
"Ravel sudah pulang?!" Teriaknya. 

"Yang Mulia Putri Windy!" Ravel langsung berlari memeluk Putri Windy dan segera menghalangi pandangan nya agar tak menatap Aluna. 

"Aluna tetaplah menunduk!!"

TBC
Nah loh ketemu juga mereka akhirnya.

Terima kasih sudah mampir untuk membaca. Jangan lupa untuk Vote, Comment dan Share cerita ini.
Mohon maaf jika masih terdapat kesalahan dalam pengetikan.

Thank You~



Dark Velvet : Feel The RhythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang