Chapter 12: Kota Baru, Rumah Baru, dan Pertemuan yang Menarik

27 13 48
                                    

Braga dan Anan turun dari pesawat dengan rasa lega, melangkah keluar dari bandara Surabaya. Mereka merasakan hembusan angin Surabaya yang berbeda dengan Yogyakarta, menggambarkan awal petualangan baru mereka.

Setelah keluar dari bandara, Braga mengamati sekitarnya dan memesan taksi online. Pak Sopir yang ramah membuka pintu kendaraan untuk mereka.

"Mari, Pak. Silakan masuk."

Braga tersenyum. "Ya, Pak. Terima kasih."

Mereka memulai perjalanan mereka mengelilingi kota Surabaya. Sambil menikmati pemandangan dari balik kaca mobil, Pak Sopir berinisiatif mengajak mengobrol pasangan bapak dan anak tersebut.

"Darimana, Pak?" tanya Pak Sopir memulai pembicaraan.

"Saya dari Yogyakarta, Pak."

"Oh, begitu. Selamat datang di Surabaya. Semoga cepat beradaptasi. Boleh tahu alasan pindah ke Surabaya apa, Pak?"

"Kami ingin mencari suasana baru dan memulai kehidupan yang fresh di sini. Selain itu, pekerjaan baru saya ada di Surabaya."

"Bagus, Pak. Surabaya punya pesonanya sendiri. Semoga Bapak dan anak Bapak betah di sini."

Perjalanan terus berlanjut, dan dalam perbincangan, Pak Sopir mengetahui bahwa mereka belum memiliki tempat tinggal tetap. Mendengar hal itu, Pak Sopir memberikan informasi menarik.

"Sebenarnya, Pak, di dekat tempat kerja Bapak ada sebuah rumah yang dijual. Tadinya milik kerabat saya, namun sekarang kosong."

"Oh, begitu? Mengapa dijual?" tanya Braga mulai kepo.

"Pemiliknya pindah ke daerah lain, tapi masih di sekitar Surabaya sini, Pak. Tadinya rumah ini sempat dijadikan kost-kostan. Setelah semua penghuni keluar, rumah ini kosong selama satu tahun. Jadi pemiliknya memutuskan untuk menjual rumah itu."

"Hmm, menarik. Boleh tahu lebih detailnya?"

"Tentu, Pak. Rumah ini luas, memiliki beberapa kamar tidur dan fasilitas yang masih bagus. Harganya juga cukup terjangkau."

Braga memikirkan tawaran tersebut, mengingat kebutuhan untuk menemukan tempat tinggal yang nyaman di Surabaya.

Braga pun bertanya, "Bisa kita melihat rumah yang Bapak maksud? Saya ingin melihat kondisinya sebelum memutuskan untuk membelinya atau tidak."

"Tentu, Pak. Saya bisa membawa Bapak langsung ke sana setelah ini."

Perjalanan taksi berlanjut dengan suasana percakapan yang penuh harapan, Braga dan Anan semakin penasaran dengan kemungkinan rumah baru mereka di Surabaya.

***

Rumah bergaya bangunan jaman Belanda itu menarik perhatian Braga dan Anan begitu mereka tiba. Anan yang baru pertama kali melihat rumah tersebut langsung terlihat excited, matanya berbinar-binar.

"Papa, ini rumahnya bagus banget, kayak rumah di cerita dongeng!"

Braga tersenyum melihat antusiasme Anan, "Iya, Nak, memang bagus. Kita tunggu pemilik rumah ini dulu ya, Nak."

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di, depan mereka dan keluarlah sang pemilik rumah yang ternyata seorang pria parubaya dan anak lelakinya yang masih remaja. Mereka dengan ramah menyapa Braga dan Anan, kemudian mengajak mereka masuk.

"Selamat datang di rumah kami. Saya Albert dan ini anak saya Brandon."

Braga juga memperkenalkan diri. "Saya Braga, Pak. Ini anak saya, Anan."

Pak Albert tersenyum. "Mari kita masuk dan melihat-lihat rumah ini."

Mereka masuk ke dalam rumah yang penuh sejarah ini. Pemilik rumah menjelaskan setiap sudut ruangan dengan bangga.

Lintasan Hati yang Tak TerdugaWhere stories live. Discover now