Chapter 1

94 11 2
                                    

Hi, readers,

Terima kasih sudah mampir di Chapter 1 TWIL ❤

Karya yang dibuat sepenuh hati dan sebaik mungkin ini, bisa kamu nikmati dengan gratis loh!

Asal...

Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote dulu ya! 

Happy reading 👌

Sudah lama Jenaka mengubur impiannya untuk memiliki kehidupan yang biasa-biasa saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah lama Jenaka mengubur impiannya untuk memiliki kehidupan yang biasa-biasa saja. Di mana ia bisa berjalan di lorong sekolah tanpa menyadari beberapa orang saling berbisik-bisik saat melihatnya, berkenalan dengan orang-orang baru dan mendapati mereka mau berteman dengannya secara tulus—tanpa sebuah agenda tersembunyi—dan, yah, tahulah, menemukan cinta yang tidak disangka-sangka?

Seperti dalam novel-novel komedi romantis remaja yang sering ia baca, Jenaka ingin menjadi seorang gadis kebanyakan. Gadis yang menjalani hari-hari yang biasa-biasa saja, hingga sesuatu yang seru dan tidak terduga terjadi.

Sayang, tidak ada yang biasa-biasa saja dalam hidup Jenaka.

Segalanya akan menjadi mudah ditebak jika hampir seluruh penduduk kota tahu siapa dirimu dan memperlakukanmu dengan sangat... berlebihan. Seolah-olah kau ini Taylor Swift atau siapalah, dan bukannya seorang anak SMA biasa.

Sesuatu yang seru dan tidak terduga? Cinta yang tidak disangka-sangka? Jena mendengus. Mimpi saja, deh.

Jam besar yang menempel di dinding lorong menunjukan masih ada lima belas menit sebelum pelajaran pertama dimulai. Gadis itu berbelok menuju ruang tata usaha sekolah, alih-alih terus lurus menuju kelasnya di gedung bagian IPA. Pintu ruangan itu terbuka, dan seorang petugas muda duduk di salah satu meja di dalamnya. Bukan orang yang dicari Jena, tetapi mungkin ia bisa membantu.

"Pagi, Pak," sapa Jena sambil mengetuk pelan daun pintu. "Saya diminta menemui Bu Vita hari ini."

Petugas lelaki itu mengangkat kepalanya dari kertas yang sedang ia amati di atas meja, lalu tersenyum saat mendapati siapa yang berdiri di ambang pintu. "Pagi, Jenaka. Terlalu pagi, sebenarnya. Bu Vita nanti datangnya agak siang. Mungkin kamu bisa ke sini lagi pas jam istirahat?"

Jena berkedip. Ia tidak ingin memberitahu petugas tata usaha ini bahwa dirinya tidak akan ada di sekolah pada jam istirahat nanti. Bahwa setelah pelajaran kedua usai, ia akan pergi ke SMA Nusa Cendekia untuk mengikuti kompetisi debat antar sekolah di sana. Jena tidak perlu terdengar lebih sok sibuk dan sok penting lagi, dan ia jelas tidak perlu menerima lebih banyak tatapan kagum dan pujian berlebihan dari orang lain, terima kasih.

The Wolf I LoveWhere stories live. Discover now