Situasi Kondisi

63 4 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









"Aaa dulu".
Ucap Shakila mendekatkan sesendok nasi ke depan mulut Naren. Yang disuapi menggeleng dengan raut wajah memelas.

"Kenapa lagi?"
Ucap Shakila sedikit kesal. Tidak menyangka selalu menemui sifat Naren yang manja seperti ini.

"Kamu paksa aku buat makan terus minum obat kan?"
Tanya Naren menyelidik. Shakila berusaha melipat bibirnya menahan tawa.

Sejak ingin menyuapi Naren, Shakila memang berkata tidak akan memaksa cowok itu untuk minum obat. Tetapi itu hanyalah kebohongan kecil bagi Naren. Dia akan tetap memaksa Naren minum obat setelah makan.

"Kenapa sih emang? Minum obat biar kamu cepet sembuh. Emang ngga mau cepet keluar dari rumah sakit? Jalan bareng aku?"
Shakila berusaha membujuk Naren.

"Pahit Sha, aku ngga bisa minum. Kamu kan tau".
Naren membujuk dengan mata yang tersorot lucu. Shakila yang melihat itu tidak mampu menahan tawanya. Dia tertawa karena tingkah lucu Naren.

"Kamu udah besar loh Naren. Masa minum obat masih aja susah".
Shakila memasang raut wajah sedih. Dia tidak tau lagi bagaimana merayu Naren.

Naren mengerucutkan bibirnya. Dia paling tidak suka minum obat. Tapi melihat raut wajah memelas milik Shakila, Naren tanpa sadar mengangguk. Shakila menepuk tangannya senang. Dia segera mengambil piring makan untuk menyuapi Naren kembali.

"Besok harusnya udah boleh pulang kan?"
Tanya Shakila yang diangguki Naren. Dokter tadi sudah menjelaskan kondisinya.

Gerakan mengaduk nasi yang dilakukan Shakila terhenti. Kemarin, setelah pulang dari rumah, orangtuanya ingin menjenguk Naren. Sebenarnya itu pertanda yang baik. Tetapi Shakila tetap takut akan apa yang dilakukan orangtuanya terutama sang papa.

"Kenapa? Ada yang kamu pikirin?"
Tanya Naren pelan. Tidak ingin memaksa jika kekasihnya tidak mau berbicara.

"Mama sama papa mau jenguk kamu. Mungkin nanti malam mereka datang".
Jelas Shakila. Dia tidak akan menyembunyikan ini.

"Oh bagus dong. Aku harus keliatan tampan di depan orangtua kamu kan?"
Naren berusaha menggoda Shakila. Tidak ingin membuat Shakila terlalu banyak berpikir.

Shakila memukul pelan lengan Naren yang tidak terluka. Dia tidak terbiasa dengan sikap Naren yang lucu ini.

"Kalo nanti papa tanya macem-macem, kamu ngga perlu tanggepin ya. Papa emang orangnya gitu. Tapi ngga usah peduli. Dia ngga bisa mempengaruhi apapun sesuai kemauan dia".
Shakila mengatakan hal itu bukan tanpa alasan. Dia takut papanya akan banyak menanyakan hal yang mampu membuat Naren menjauh darinya.

"Emang mau ditanyain apa? Kerjaan? Asal keluarga? Punya apa sampai berani pacarin anak saya?"
Naren menebak. Dia bahkan menghitungnya dengan jari.

Shakila yang melihat itu menggelengkan kepalanya. Dia rasa tidak perlu ada yang dia takutkan. Kali ini Shakila yakin Naren pasti tau yang harus dia lakukan.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now