"Apa ada yang salah dengan otak mu? Hingga sebuah fenomena aneh untuk kau datang kemari, dan terlihat sekarang juga mood mu sedang baik. Katakan apa," Jacob bersidekap dada menatap putra kedua James itu. Imanuel merotasi kan mata nya  malas, memang tidak aneh lagi jika putra sulung Tuan Lee itu banyak bicara berbeda dengan James, dan Zelixon. Kedua manusia tanpa Ekspresi itu bahkan sangat jarang untuk mengeluarkan suara mereka. Mereka cenderung memilih diam jika tak ada hal serius yang akan di sampaikan.

"Apa yang akan aku dapatkan jika menjawab pertanyaan mu?" Imanuel memantik nikotin nya dan mulai menyesap batang nikotin itu. Jacob sendiri masih diam dengan menyandarkan badan nya di ujung meja. Mata nya melirik ke arah kaca besar tepat di Sebelahnya.

Jacob berbalik arah, tepat langsung menghadap ke arah Imanuel. Pria itu mengeluarkan ponsel nya di saku jas nya, lalu mengarahkan kameranya ke arah Imanuel yang masih sibuk menghisap nikotin nya. Kamera flash ponsel Jacob Tampak mengenai wajah Imanuel membuat pemuda itu menggeram tak suka. "Apa yang kau lakukan!?" Tekan Imanuel mengepalkan tangannya kuat, tapi pemuda itu masih tampak santai menghisap nikotin nya.

"Aku sedang tak ingin memberikan orang sesuatu, namun aku hanya ingin mengirim foto ini pada kesayangan ku," Beber Jacob Santai. Dengan tangan sibuk bergerak di layar ponsel nya. Imanuel terdiam sejenak, seolah masih mencerna apa yang di lontarkan kakak dari James itu. Sampai akhirnya pemuda itu berdiri dengan menghunus tajam ke arah pria yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Sialan, jangan mencoba berulah dengan ku Jacob," Imanuel berusaha mengambil ponsel pria itu namun dengan gesit Jacob menghindar. Pria itu menatap remeh ke arah nya dan itu semakin memberi Imanuel menggeram tak suka. "Kembalikan," Desis Imanuel. Namun Jacob seolah tak mendengar namun justru malah menunjukkan foto dirinya yang tengah menghisap nikotin dan menegak Whiskey tadi. Yang kini tampak tercentang satu ke sebuah nomor Wattshap tak lain adalah nomor Marvel.

"Biadab," Hembus Imanuel. Tak lama ponsel milik nya berbunyi segera pemuda itu melihat nya. Sepersekon kemudian dirinya menghembuskan nafas lalu kembali merubah raut wajahnya menjadi seperti biasa, saat melihat nama adik bungsu tak lain adalah Marvel yang tertera di panggilan itu. Dia menempelkan ponsel nya di telinga kanan nya. "Halo," Imanuel mencoba berkomunikasi namun tak lama suara seorang pria yang terdengar, mengerutkan dahi nya namun tak lama orang itu membuat berbicara membuat Imanuel segera memutuskan sambungan kontak dan bergegas keluar dari ruangan Gilbert tak lupa langsung menyambar jas nya yang tersampir di kursi kerja Gilbert. Kepergian nya membuat perempatan imajiner mereka semua timbul ke permukaan. Menerka nerka, ada apa dengan Pemuda itu.

****

Langkah penuh wibawa serta raut wajah dingin tak tersentuh itu terlihat jelas pada pemuda dewasa tak lain adalah Imanuel. Emosinya sedikit meluap saat mendengar jika sang adik ada di ruang bk karena telah berbuat ulah dengan pengaduan jika sang adik memukul seseorang hingga hidung orang itu mengeluarkan darah. Sebenarnya dia bukan marah karena adiknya membuat seseorang terluka namun yang menjadi suasana emosinya bagi nya saat ini adalah, adiknya nya di tuduh melukai orang lain tanpa mendengarkan dulu ucapan dari adik nya. Pintu bercat putih tulang itu langsung Imanuel tendang hingga terbuka, tak terlalu kuat namun semua atensi berpusat pada nya namun Dirinya hanya acuh netra nya bergulir mencari presensi sang adik sampai akhirnya ia menemukan sang adik yang kini tampak duduk santai di sofa dengan menyesap susu kontak yang berada di tangan anak itu. Bahkan bisa ia lihat sang adik yang kini beraut wajah datar tanpa minat. Tepat di depan Marvel ada seorang pemuda yang kini hidung nya tersumpal tissue dan di sebelah kanan dan kiri pemuda itu ada seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya yang kini menatap penuh amarah ke arah Marvel.

Imanuel menekan emosinya lalu berjalan mendekati kesayangan nya. Dirinya langsung memeluk badan sih bungsu dengan erat, dirinya menundukkan kepalanya guna mengecup pucuk kepala sang adik berkali-kali. "Kau tak apa sayang?" Imanuel mengelus surai legam sang adik, lalu kembali membubuhkan kecupan di kedua pipi sang adik.

MARVELO ANDROMEDESWhere stories live. Discover now