16. Jalan Yang Kembali Terbuka

9.5K 698 81
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSetelah kejadian selesainya ta'aruf Hilmi dengan Fatimah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Setelah kejadian selesainya ta'aruf Hilmi dengan Fatimah. Hilmi langsung melarikan diri ke Bali selama satu minggu, tiba-tiba dan sendirian. Dia butuh waktu berpikir, walaupun entah apa yang perlu dipikirkan. Karena itu, pekerjaanya jadi menumpuk, Hilmi juga sempat beberapa kali bolos bekerja. Pergi sendirian ke pulau seribu atau hanya sekedar diam di kamar.

Bunda dan ayah sempat menegurnya, mengingatkan untuk tidak lalai dengan kewajiban, tapi tidak maksa juga, mereka mengerti jika Hilmi membutuhkan waktu sendirian.

Tok.. tok..

"Meeting." Ucap Zildan dari depan pintu,

Hilmi mengangkat wajahnya lalu mengangguk, membereskan sedikit meja kerja lalu berdiri dan membawa tablet pintarnya.

"Makan siang apa hari ini?" Tanya Hilmi saat berjalan mendekat ke arah Zildan,

"Baru juga jam sembilan udah tanya makan siang." Jawab Zildan,

Hilmi terkekeh pelan, "udah lapar, di ruang meeting ada cemilan ga sih? Kalo ga ada suruh beli dulu."

"Ada, udah ayo buruan meeting dulu."

Hilmi mengangguk berjalan bersisian dengan Zildan sambil mengobrol. Sampai di ruang meeting, terlihat beberapa orang sudah menunggu, mereka berdiri menyapa Hilmi.

Meeting itu dilaksanakan selama beberapa jam, selesai sebelum jam makan siang. Hilmi langsung kembali ke ruangannya, melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu lalu keluar dan mengajak Zildan untuk makan siang.

"Pesan aja deh, Dan. Saya malas keluar." Ucap Hilmi,
"Aku beli langsung aja. Kamu mau apa?"
"Ayam geprek, dua dan pedas ya."

Zildan mengangguk, lalu pergi setelah mengucapkan salam. Sedangkan Hilmi berjalan ke arah pantri untuk membuat teh.

Hilmi terdiam saat melihat wanita di dalam pantri yang memunggui pintu masuk. Setiap lantai di gedung ini tersedia pantrinya sendiri, dan di lantai ini hanya ada ruangan Hilmi, ayahnya dan ruang meeting, jadi biasanya jarang ada orang di pantri ini.

Dilihat dari belakang, wanita itu mirip seperti perawakan ...

"Laila?" Bisik Hilmi pelan,

Wanita itu berbalik dan terlihat sedikit kaget melihat Hilmi, begitupun Hilmi.

"Gus Hilmi?" Tanyanya,

Wanita itu sungguhan Laila. Hilmi menelan salivanya kelu. Bagaimana bisa? Apa Hilmi sedang berhalusinasi?

"Gus Hilmi lagi ngapain di sini? Kerja di sini juga?" Tanyanya setelah kagetnya hilang.

Hilmi mengerutkan keningnya lalu berjalan mendekat dan duduk di kursi berhadapan dengan Laila yang masih berdiri.

"Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu di sini? Dan di pantri lantai 5?" Tanya Hilmi,
"Saya kerja di sini, baru satu minggu."
"Kerja?"

Laila mengangguk, mengambil botol minumnya lalu diisi dengan teh dan juga gula.

HiLalWhere stories live. Discover now