Number eight

Mulai dari awal
                                    

Alora mengernyitkan dahinya, bagaimana bisa Rey bertanya seperti ini? Ah Alora paham mungkin dari postingan milik Varro. Alora menampilkan smirknya .

"Urusannya sama Lo?" Tanya Alora.

Rey menggeram, ia mencengkram erat kedua bahu Alora. Alora yang notabene nya jago bela diri merasa cengkeraman tangan Rey tidak lah terlalu sakit.

"Jadi bener yang di postingan Varro itu Lo!" Bentak Rey.

"Lah kalo iya, kenapa Lo marah marah? Lagian kita bukan siapa siapa" sahut Alora santai.

Wajah Rey memerah dengan rahang mengeras, ntah karena malu atau marah, emm atau keduanya. Rey melepas cengkraman nya.

"Lo tau kan dia musuh gue?!" Tanya Rey dengan nada tinggi.

Alora mengangguk seperti anak kecil, "tapi kan musuh Lo bukan musuh gue, gimana tuh?" Jawabnya di akhiri sedikit nada mengejek.

"Rey Rey, sikap Lo yang kayak gini malah kayak lagi cemburu" ucap Alora menyeringai.

"Cemburu? Ck gue gak suka sama Lo buat apa cemburu. Gue cuman mau mastiin ternyata Lo semurah itu!" Sinis Rey.

Alora terkekeh,"terserah, asal Lo cepet keluar dari sini. Lo buang waktu berharga gue soalnya"

Damn! Dengan wajah memerah Rey keluar dari perpustakaan. Alora menyeringai, seperti nya dekat dengan Varro berdampak bagi Liondark.

***

Markas Liondark.

Anggota inti Liondark membawa Syera ke markas mereka , tangisan gadis itu sudah mereda. Setelah mengantar Syera ke markas Rey langsung izin keluar sebentar ntah kemana, tidak tahu saja mereka  bahwa Rey kembali ke sekolah menemui Alora.

Figo memberikan susuk kotak kesukaan Syera yang ia baru beli di depan markas tadi. Syera menerimanya dengan senang hati.

"Makasih kak Figo, tau aja aku suka susu" ucap Syera tersenyum manis dengan mata masih memerah.

Figo mengelus puncak kepala Syera, "sama sama, jangan nangis lagi gue gak suka". Syera hanya mengangguk saja.

"Awas loh ntar suka" sindir Gerry.

"Gak mungkin kan bang, Lo nikung Rey?" Tanya Elang hati hati.

Figo menoyor kepala keduanya, "ya kagak lah!".

"Isi hati manusia gak ada yang tau bang"

"Kalian bahas apa?" Tanya Syera yang sedari tadi memperhatikan.

"Gak ada kok" jawab Figo.

"Btw, Lo tadi di apain sama Alora Syer?" Tanya Gerry.

Syera menggeleng,"gak di apa apain kok, cuman dia bilang aku hidup cuman numpang sama orang lain, hiks padahal bukan mau aku" Syera kembali menangis.

Figo menggeram marah, lihat saja ia akan memberi Alora pelajaran saat di rumah.

"Gak heran sih, cewek iblis kek dia emang gak punya hati kalo ngomong" cetus Elang.

"Kenapa gak Lo tampar dia aja sih Syer" kesal Gerry.

"Aku gak berani" cicit Syera.

"Rey mana?" Tanya Adnan yang baru saja datang.

"Tadi keluar tapi gak tau kemana" jawab Figo.

"Bang Adnan, kenapa Lo di takdir kan irit bicara?" Tanya Elang ngasal.

"Pertanyaan gak berguna!" Cetus Gerry.

"Biar gak banyak omong kayak Lo berdua" sahut Adnan datar lalu kembali ke kamar yang berada di markas tersebut.

"Njir baru dateng udah ke kamar lagi!"

Figo meraih tangan Syera, "kayaknya Rey lama kesini nya, gue anter Lo balik"

Elang dan Gerry menatap mereka berdua yang melangkah keluar.

"Dari tatapan bang Figo ke Syera aneh gak sih?" Tanya Elang.

"Bener kayak suka gitu"

***
Alora melajukan motornya dengan kecepatan tinggi,  badannya sudah pegal membersihkan perpustakaan tadi. Ia memilih memotong jalan melewati jalanan yang sunyi agar cepat sampai rumah. Namun Alora melihat seorang cowok yang sedang di serang oleh pria berbadan besar sekitar lima belas orang tentu saja cowok tersebut kalah jumlah apalagi cowok itu hanya sendiri.

Alora turun dari motor, "CEMEN!! MAINNYA KEROYOKAN!" teriak Alora dengan suara lantang.

"Siapa Lo gak usah ikut ikut!" Peringat salah satu pria itu.

"Iya gak usah ikut Lo gak di ajak! Lagian Lo cewek!"

Alora membenarkan rambutnya, "karena Lo keroyokan jadi gue ikut, karena Lo ngehalangin jalan gue jadi gue harus ikut"

Alora menendang perut pria berambut ikal hingga tersungkur, "badan doang besar tendang dikit tumbang" sinis Alora.

Pria itu menggeram dan menyuruh temannya untuk menyerang. Dengan senang hati Alora meladeni bahkan pukulan mereka tidak ada yg kena di wajah Alora, Alora menghajar mereka habis habisan hingga tumbang dan sisanya kabur. Karena Alora kebanyakan menendang aset berharga milik mereka.

"Cuih Cemen" Alora meludah sembarangan. Ia menghampiri cowok  yang meringis di pinggir jalan dengan posisi duduk .

Alora mengulurkan tangannya, "Lo gapapa?" Tanyanya.

Cowok tersebut menerima uluran tangan Alora, "gapapa thanks ya kalo gak ada Lo gue pasti tewas".

"Alora"

Cowok tersebut menerima uluran tangan Alora, "Galen".

Alora mengangguk, "ayo gue anter Lo pulang, Lo gak bawa motor kan?"  ajak Alora.

Galen mengangguk, tadi ia hanya jalan jalan santai saja  tetapi malah di Serang.

"Naik" titah Alora saat sudah di atas motor dan memakai helm nya.

"Lo yang bawa motor?" Tanya Galen ragu ragu.

Alora melirik sinis Galen,  "jadi siapa Lo? Lo aja udah sekarat mau ngajak gue juga Lo!"

"Iya iya" Galen menaiki motor Alora.

Alora melajukan motornya ngebut, Galen hanya bisa pasrah di belakang ingin memeluk takut di bilang modus, jadi Galen hanya memegang jaket yang di kenakan Alora saja sembari berdoa dalam hati.

Motor yang di kendarai Alora berhenti di sebuah bangunan lumayan besar. Galen turun dari motornya.

"Sekali lagi thanks yaa"

"Rumah Lo serem amat" celetuk Alora.

"Ini bukan rumah tapi markas"

"Markas? Lo anak geng motor?" Tanya Alora.

Galen mengangguk,"gue Anggota inti Orpheus" mata Alora langsung membulat.

"INI MARKAS ORPHEUS!!"

*****
Vote dan komen gengs

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang